Kamis (30/8) Yusuf Mansur bertandan ke rumah KH. Ma’ruf Amin (Kiyai Ma’ruf) calon wakil presiden dari Jokowi di bilangan Tanjung Priok, Jakarta. Sesaat setelah pertemuan itu Kiyai Ma’ruf mengungkapkan kepada wartawan, bahwa Yusuf Mansur masuk tim sukses pasangannya. Media langsung menkonfirmasi informasi dengan Yusuf Mansur. Sayang, tidak ada jawaban pasti dari pemilik moneygame Paytren itu. Dia menjawab dengan kalimat bersayap. Begitu juga dalam akun media sosial pribadinya, Yusuf Mansur menjawab pengakuan Kiyai Ma’ruf ini dengan ketidakpastian. Yusuf Mansur memberi kesan abu-abu, tak jelas.
Masih dalam hari yang sama, seusai acara silaturahmi PBNU di Hotel Aryaduta, Jalan KKO Usman dan Harun, Jakarta, Kiyai Ma’ruf menegaskan sekali lagi, bahwa benar Yusuf Mansur masuk dalam daftar Tim Sukses Jokowi-Ma’ruf. Namun Rais Aam PBNU itu mengaku lupa jabatan Yusuf Mansur dalam timses Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019 itu.
Hari Kamis itu ramai pemberitaan di media online maupun di media sosial. Warga net seolah mendapat kepastian besar yang selama ini masih abu-abu soal keberpihakan Yusuf Mansur. Memang, salama ini Yusuf Mansur selalu tampakkan dengan bangga berbagai bentuk kerjasama bisnis dengan anak Jokowi. Juga berulang kali dia tampakkan foto-foto kebersamaannya dengan Jokowi, baik beramai-ramai maupun sendiri. Bersama foto-foto itu tak lupa Yusuf Mansur menulis puja-puji terhadap Jokowi.
Pemberitaan dan tanggapan warga net terhadap masuknya Yusuf Mansur dalam tim sukses ini, bisa jadi mambuat dia merasa terganggu. Pasti dia berpir keras bagaimana nasib eksistensinya sebagai penceramah, bagaimana nasib bisnis-bisnisnya yang selalu berhubungan dengan dukungan dan sumbangan umat, baik investasi, sumbangan maupun sedekah.
Mungkin itu pula sebabnya, besoknya, Jumat (1/9) media memberitakan Yusuf Mansur makan di kaki lima bersama Sandiaga Uno, seusai sholat Jumat. Selepas itu, Yusuf Mansur memberikan tanggapan kepada wartawan yang menanyakan kepastian (sekali lagi) soal masuknya dia dalam tim sukes Jokowi-Ma’ruf. Menurutnya, tetap dalam posisi netral dan tidak ada di pihak manapun, dia berada di tengah-tengah.
Dalam hari itu pula beredar sebuah video yang oleh pengikut Yusuf Mansur disebut sebagai klarifikasi. Namun, yang berada dalam video itu bukan klarifikasi soal kenetralannya, melainkan tentang penggunanan fotonya dalam kartu nama seorang anggota partai. Dalam video itu tampak Yusuf Mansur berjenggot yang lumayan tebal. Padahal dalam pemberitaan dihari yang sama, Yusuf Mansur tidak berjenggot. Jelas sekali, video tersebut sudah dibuat beberapa waktu sebelumnya dan bukan untuk klarifikasi soal tim sukses.
Sayang sekali, upaya Yusuf Mansur “membela” diri itu tidak berpengaruh apapun terhadap pandangan masyarakat tengang keberpihakannya kepada Jokowi-Ma’ruf setelah beredar sebuah rekaman voice note baclofen no rx, lioresal reviews. . Di situ jelas sekali suara Yusuf Mansur memerintahkan dewan guru dan pegawai PPPA (lembaga pendidikan miliknya) untuk mendukung dan memenangkan Jokowi-Ma’ruf. Dia memerintahkan anak buahnya menyambut Jokowi-Ma’ruf di Gedung KPU dalam acara pendaftaran capres-cawapres setelah mendapat telepon dari istana.
Yusuf Mansur seperti tersandung kakinya sendiri. Pengakuannya bahwa seolah ia berada di posisi netral, langsung tumbang oleh viralnya peredaran voice note di media sosial sampai hari ini.
Spontan, pengikut Yusuf Mansur yang tergabung dalam moneygame Paytren yang selama ini menyanjungnya ramai mengundurkan diri. Tidak sendikit yang mengambil langkah uninstall aplikasi Paytren.
Ada pertanyaan, apakah salah kalau Yusuf Mansur mendukung Jokowi? Tidak salah. Toh ada juga ulama dan ustadz yang mendukung Jokowi. Pendukung Prabowo-Sandiaga Uno justru lebih banyak, baik dari ulama atau ustadz terkenal maupun yang biasa-biasa saja. Berbeda pilihan adalah hal biasa dalam alam demokrasi. Akan tetapi, yang salah itu adalah ulama atau ustadz yang berusaha mengaburkan identitas diri agar bisa meraup keuntungan pribadi.
Keuntungan pribadi itu, umpamanya, sebagaimana yang kita ketahui, dalam dua tahun belakangan ini Yusuf Mansur sedang menghadapi banyak laporan polisi di Jakarta, Bogor, Jawa Tengah, Jogja dan Surabaya, terkait dugaan penipuan yang dilakukannya. Mulai dari dugaan penipuan investasi Patungan Usaha, investasi Patungan Asset, investasi Condotel Moya Vidi, dugaan penipuan kerjasama bisnis atau upaya meminta kembali uang pendaftaran Paytren. Bisa jadi, informasi Yusuf Mansur masuk dalam tim sukses Jokowi-Ma’ruf dan usaha dia tampil bersama Sandiaga Uno adalah bagian dari upaya dia mempengaruhi penyelidikan polisi atau menakuti para pelapor.
Ulama atau ustadz yang seperti ini cenderung tak punya nyali untuk memperjuangkan kebenaran. Ulama atau ustadz seperti ini lebih mendekati istilah yang terkenal dalam Islam, yakni Ulama Suu’ atau ulama jahat.
Rasulullah SAW lebih mengkhawatiri (takut) kepada ulama suu’ daripada kepada Dajjal. Sebuah yang terkenal menyebutkan, Dari Sahabat Abu dzar ra, dia berkata, “Aku bersama Nabi suatu hari dan aku mendengar beliau bersabda, “Ada hal yang aku takutkan pada ummatku melebihi dajjal”. Kemudian aku merasa takut, sehingga aku berkata, “Yaa Rasulullh apa itu? Beliau bersabda, “Ulama yang sesat lagi menyesatkan”. {Musnad Ahmad (5/145) no 21334 dan 21335}.
Ustad Haikal Hasan Baras dalam menanggapi “suara bising” warga net tentang sikap abu-abu Yusuf Mansur ini menulis di akun pribadinya @haikal_hasan pada Rabu (1/9), “ada politisi yg main didua kaki? Ada kiyai yg main didua kaki? ada ustadz yg main didua kaki? Lalu menyangka itu posisi aman? aman palelo! Itu MUNAFIK tau???!!