Oleh : Alhadi Muhammad
17 Februari kemaren, laga sepak bola terbesar di tanah air berlangsung, Persija mencukur plontos Bali United 3-0 di Istora Bung Karno. Kompetisi ini memperebutkan piala Presiden, saya tidak berminat mengupas kehebatan tim “macan kemayoran”. Tapi ada yang menarik saat pemberian perhargaan, dimana beberapa tokoh yang terkait diminta hadir ke panggung kehormatan.
Pak Anies Baswedan selaku tuan rumah, dan selaku pemenang dihalangi oleh pengawal kepala cepak bersafari hitam, sekaligus nama beliau tidak dipanggil oleh MC acara, Kebesaran hati beliau dipertontonkan sekali lagi di hadapan puluhan ribu suporter Persija, yang notabene beliau adalah komandan Jakmania, beliau kembali ke tempat duduk semula.
Saya melihatnya kesengajaan, karena bersafari hitam begitu sigap menghalangi beliau. Panggung yang seharusnya diperuntukan untuk beliau, disabotase oleh KEDENGKIAN.
Kedengkian karena kekalahan 2 digit saat pilkada memang menyakitkan, hingga dibawa sekarang dan dipertontonkan ke panggung olah raga, yang seharusnya tidak terkait dengan politik. Menjijikan sekali kelakuan gerombolan pendengki, aksi mereka malah menambah coreng hitam yang memang mukanya sudah hitam. Kekalahan yang menghujam, membawa dendam kebencian. Luar biasa menjijikan *PANGGUNG KEDENGKIAN* kemaren. Sementara di sisi lain, Jokowi selalu beretorika agar berlapang dada dan bersatu dalam satu bangsa, tapi disisi lain implementasinya berbeda.
Terlalu banyak kredit negatif rezim saat ini, ekonomi yang semakin morat marit dengan hutang yang melambung, sosial kemasyarakatan yang selalu panas, kini ditambah ketidak dewasaan dalam bernegara.
Huh mereka mempermalukan dirinya sendiri.