Oleh : Nandang Burhanudin
Kita harus cemburu atas segala rekayasa sosial dan rekayasa strategis yang dilakukan Yahudi Salibis internasional terhadap dunia Islam.
Sikap reaktif kita selalu berkaitan dengan cangkang, permukaan, tampilan luar, atau asap yang memedihkan mata dan menyesakkan pernafasan kita.
Namun, semua tak menyentuh substansi, inti masalah, bahkan fenomena di balik berita. Akhirnya kita ribut dan rela mati untuk laa syai’, abai dengan “syai’”
Kemunculan Muhammad bin Salman, ternyata telah direkayasa sejak 1993 oleh Shimon Peres dalam bukunya The New Middle East.
Arab Springs, membuka jalan pelengseran Mubarak dan pemusnahan Ikhwanul Muslimin. Mubarak dianggap penghambat. IM ancaman.
Naiknya As-Sisi, penyerahan 2 pulau Mesir ke Saudi Arabia, pemusnahan wilayah Refah Mesir, penguasaan mutlak atas Gurun Sinai.
Munculnya ISIS, perang Syiria, kudeta di Turki (walau gagal), hingga embargo atas Qatar. Semua adalah test the water ala Zionis.
Bisa dikatakan, makar Zionis 85 % sukses. Tersisa suksesi Ben Salman. Maka rencana Israel Raya akan mulus bebas hambatan.
New Middle East yang akan terbangun adalah: Palestina-Jordania-Israel akan membentuk zona kawasan khusus. Kontrol sepenuhnya dimiliki Israel.
Zona regional akan dibentuk antara Saudi-Mesir-Israel, menjadi negara yang borderless, alias tanpa batasan baik udara, darat, laut.
Zona ekonomi, akan menghubungkan Dar Bidha Maroko hingga Israel-Latakia-Turki dengan kereta api supercepat. Terbentuklah kawasan mirip UE.
Zona pertahanan keamanan, akan muncul NATO versi Timur Tengah yang dikomando Israel tentunya, sebagai kekuatan superpower.
Targetnya? 2027 versi Israel dan 2030 versi Saudi Arabia. Adakah yang bisa melawan?
Turki jika konsisten dengan 2023-nya, dan AKP masih berkuasa, bisa jadi akan menjadi penghambat serius laju Israel.
Indonesia, sangat tergantung di 2019 dan 2024. Siapa pengendali Indonesia? Jika pribumi tak berkutik, China mengangkangi Indonesia.
Wallahu A’lam.