Breaking News

IDUL FITRI SEBAGAI MOMENTUM PERADABAN ISLAM

KHUTBAH IDUL FITRI 1 SYAWAL 1438 H/JUNI 2017 M

Oleh Inayatullah Hasyim
(Dosen Fakultas Hukum
Universitas Djuanda, Bogor)

IMG-20170624-WA0207

الله اكبر… الله اكبر… الله اكبر… لااله الاالله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

َاللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْد

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، الحمد لله الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
أَمَا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Maha Suci Allah yang tiada apapun di seluruh jagat semesta ini terjadi kecuali atas kehendak dan pengetahuan-Nya.

وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ (59)

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS Al-An’am: 59)

Maka, tak ada kesombongan apapun di hadapan Allah SWT. Bukanlah penyair Allama Iqbal menulis dalam Payame Mashriq:

شہید ناز او بزم وجود است
نیاز اندر نہاد ہست و بود است
نمی بینی کہ از مہر فلک تاب
بہ سیمای سحر داغ سجود است

Semesta berada di bawah kekuatan-Nya
Dimana segala hal terciptak untuk sujud.
Bahkan matahari itu terbit tak lain adalah tanda
sujud panjang di atas kuasa-Nya

Kesombongan Fir’aun berakhir hanya dengan air. Dia pun tenggelam di tengah lautan. Keserakahan Qarun tamat hanya dengan lumpur. Dia pun ditelan bumi. Peradaban bangsa Tsamud (kaum Nabi Shaleh) berakhir dilumat petir. Kemajuan peradaban bangsa ‘Ad (kaum Nabi Hud) tamat riwayatnya dimangsa angin. Dan keperkasaan pasukan Abrahah luluh lantak hanya dengan kerikil batu-batu kecil.

Orang mengaakan, kain terindah adalah sutera. Ia diproduksi oleh ulat. Makanan terbaik adalah madu. Ia diproduksi oleh lebah. Perhiasan paling spesial adalah mutiara, dan ia dihasilkan oleh kerang. Kesombongan apa yang patut kita banggakan di hadapan Allah ketika semua yang istimewa itu dihasilkan oleh makhluk-makhluk kecil ciptaan-Nya.

Subhanallah, hanya Allah yang pantas sombong sebab Dia-lah Al-Qahhar dan Al-Jabbar sementara kita, umat manusia, sangatlah lemah, bahkan ketika mata kita terpapar debu pun kita memerlukan bantuan orang lain untuk meniupnya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, yang diutus dengan risalah kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dan menerangi umatnya dengan cahaya keimanan.

Ya Allah, jadikanlah kecintaan kami kepada Rasulallah SAW bagaikan Abu Bakar yang menangis bahagia saat diizinkan Rasulallah SAW untuk menemaninya dalam berhijrah ke Madinah.

Aisyah (RA) berkata,

فَرَأَيْت أَبَا بَكْر يَبْكِي , وَمَا كُنْت أَحْسَب أَنَّ أَحَدًا يَبْكِي مِنْ الْفَرَح

Maka, aku melihat Abu Bakar menangis, dan aku tak pernah mengira ada seseorang yang menangis sedemikian hebatnya karena bahagia.

Ya Allah, jadikanlah cinta kami kepada Rasulallah sekuat Thalhah bin Ubaidillah yang dalam perang Uhud membela Rasulallah SAW hingga ke atas bukit Uhud dan menyababkan tangannya buntung disabet pedang. Namun, berbahagialah Thalhah bin Ubaidillah, sebab Rasulallah SAW telah menjanjikannya satu di antara “sepuluh orang langsung masuk surga”.

Dalam satu hadits, Rasulallah SAW bahkan mengatakan,

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى شَهِيدٍ يَمْشِي عَلَى رِجْلِهِ ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ

barangsiapa yang ingin melihat seorang syahid dan masih jalan dengan kedua kakinya (di atas muka bumi), lihatlah pada Thalhah.

Maka itu, setiap kali disebut perang Uhud, Abu Bakar mengatakan, perang itu milik Thalhah.

Ya Allah, meskipun kami ini awam dengan agamamu, namun doa kami, jadikanlah kami penyambung risalah perjuangan Rasulallah SAW hingga tidak ada umat manusia di muka bumi ini yang tidak tahu keagungan dakwah dan risalahnya.

Maka, jadikanlah perjuangan kami seperti Iqbal yang berkata,

إنْ كَانَ لِيْ نَغْمُ الْهُنُودِ وَدِنٍهم ***لَكِنْ ذَاْكَ الصَوْتِ مِنْ عَدْنَانِ

Meskipun dalam darahku mengalir keturunan India *** tetapi suaraku adalah penyampai keturunan Adnan (Rasulallah SAW)

الله أكبر…الله أكبر…الله أكبر…ولله الحمد

Hadirin kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang mulia.

Maka, pada pagi yang indah ini, saat kumandang takbir bersahutan dengan kicauan burung dan gemericik rahmat ampunan dari Allah SWT, saya selaku khatib, pertama-tama ingin mengajak hadirin sekalian untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Taqwa dalam arti menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Izinkanlah saya selaku khatib dalam khutbah yang singkat ini menyambaikan khutbah berjudul, “Idul Fitri dan dan Peradaban Islami”.

Ketika Rasulallah SAW berhijrah ke Madinah, beliau SAW mendapati orang-orang berpesta dalam dua hari. Rasulallah SAW bertanya, “Hari apa ini?” Para penduduk Madinah itu menjawab, “Kami dulu berpesta dalam dua hari ini”. Rasulallah SAW kemudian bersabda,

قدابدلَكم اللهُ تعالَى بِهِمَا خيرًا مِنْهُمَا يومَ الفطرِ ويومَ الأَضْحَى

Sungguh, Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan yang lebih baik dari padanya Idul Fitri dan Idul Adha.

Sejak peristiwa itu, atau tepatnya pada tahun kedua hijriyah, umat Islam menunaikan shalat Idul Fitri di Madinah. Rasulallah SAW kemudian bertindak selaku imam dan khatib shalat Idul Fitri tersebut. Semua pemimpin besar ingin menciptakan peradaban. Tetapi tak ada yang mampu menciptakan peradaban par-excellence seperti Rasulallah SAW.

Secara ilmu fiqh, ulama kemudian berbeda pendapat tentang tata cara menunaikannya. Dalam madzhab Syafii, shalat Idul Fitri ditunaikan dengan tujuh takbir di rakaat pertama, setekag takbiratul ihram, dan lima takbir di rakaat kedua. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatlan oleh Imam Tirmidzi dan Ibn Majjah bahwa Nabi SAW bertakbir pada dua shalat ‘Id dengan tujuh takbir di rakaat pertama sebelum membaca (alfatehah) dan lima takbir di rakaat kedua (juga sebelum membaca al-fatehah).

Tetapi, dalam madzhab Hanafi, shalat Idul Fitri ditunaikan hanya dengan tiga takbir di rakaat pertama setelah takbiratul ihram dan tiga takbir di rakaat kedua setelah membaca al-fatehah dan surah lainnya. Madzhab Hanafi kini dianut oleh saudara-saudara muslim kita di negara lain seperti Turki, Afghanistan, Pakistan dan sebagian Mesir.

Ikhtilaf fiqhiyah itu menunjukan keragaman pemahaman dalam Islam. Namun, keragaman itu tidak pernah boleh keluar dari bingkai ukhuwah atau persaudaraan. Di tengah gencarnya arus informasi instan saat ini, kadang kita mudah menuduh seseorang atau suatu kelompok sebagai bid’ah tanpa pernah mempelajari sebab-sebab perbedaan dalam ibadah.

الله أكبر…الله أكبر…الله أكبر…ولله الحمد

Hadirin kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang mulia.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peristiwa Idul Fitri yang mulai dilakukan Rasulallah SAW di kota Madinah itu?

Pertama: Pembentukan Pranata Sosial.

Sejak peristiwa Idul Fitri itu, maka lahirlah masyarakat baru di kota Madinah yang dimulai dengan hijrahnya Rasulallah SAW ke kota itu. Itulah pranata sosial paling indah dalam peradaban manusia. Rasulallah menegaskan:

خير الناس قرني ، ثم الذين يلونهم ، ثم الذين يلونهم ، ثم يجيء قوم تسبق شهادة أحدهم يمينه ، ويمينه شهادته” ؟

Pranata sosial yang dibangun oleh Rasulallah SAW adalah masyarakat yang taat pada aturan hukum dengan membangun rasa persaudaraan antara pendatang dari Mekah (Muhajirin) dan penduduk pribumi (Anshar) Madinah. Bahasa sekarang, Rasulallah membangun civil society atau masyarakat madani, yaitu masyarakat yang menjujung tinggi aturan-aturan hukum tanpa ada paksaan dari siapapun.

Sebelum kita menunaikan shalat Idul Fitri ini, kita diwajibkan berpuasa. Dan berpuasa menjadi ibadah yang tidak bisa dilakukan kecuali oleh orang yang taat hukum, taat aturan Allah SWT. Bahkan berpuasa menjadi satu-satunya ibadah yang tidak bisa dilakukan oleh orang munafik.

Orang munafik bisa pura-pura shalat, bayar zakat, pergi haji, bahkan jihad sekalipun. Tapi orang munafik yang tidak taat aturan Allah itu tidak bisa pura-pura puasa. Sebab, puasa tidak dinilai karena seseorang itu terlihat lemas atau sering berludah, misalnya. Karena itulah, dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman, “semua (pahala) amal anak cucu Adam terpulang pada dirinya, kecuali puasa. Akulah yang menentukan balasannya”. Maka, puasa menjadi pembeda kita dengan orang-orang munafik, orang-orang yang culas dengan aturan hukum.

Karena itu, Madinah menjadi kota yang penuh ketaatan, yang pada akhirnya terbebas dari kaum Munafik. Bahkan, setiap orang yang berkunjung ke Madinah saat ini akan mengatakan kota ini sangat damai. Ya, demikianlah kota Rasulallah SAW ini kenyataannya. Nama lama kota ini adalah Yathrib. Allah SWT berfirman:

وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا ۚ وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ ۖ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا

Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mreka berkata: “Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu”. Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata: “Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)”. Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari. (QS al-Ahzab: 13)

Konon, kata Yathrib berasal dari kata Jetroba (Yetroba), salah satu anak keturunan Nabi Nuh (AS) setelah peristiwa banjir besar melanda planet bumi. Rasulallah SAW kemudian mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah. Kata Beliau SAW,

من قال للمدينة (يثرب) فليستغفرالله

“barangsiapa yang menyebut Madinah sebagai (Yatsrib) hendaklah dia beristigfar”. (Musnad Imam Ahmad).

Sedemikian nyamannya kota yang dibangun Nabi ini hingga debu yang berterbangan pun menjadi obat. Suatu hari, ada seorang yang mengeluh pada Rasulullah SAW karena sakit, beliau SAW kemudian meletakkan tangannya di tanah lalu mengangkatnya (sambil berkata), “Dengan nama Allah, tanah kami yang baik ini, semoga dapat menyembuhkan orang-orang yang sakit di antara kami dengan izin Tuhan kami” Dengan kata lain, Madinah telah menjadi kota yang bebas polusi sejak dulu hingga kini.

Sedemikian indahnya ibadah di kota itu, orang bahkan berlomba memiliki rumah dekat masjid. Menurut riwayat, keluarga Bani Salmah memiliki rumah jauh dari masjid. Mereka acap kali telat shalat jamaah dengan Rasulallah SAW. Suatu hari dia ingin menjual rumah dan pindah ke sekitaran masjid Nabawi.

Mendengar itu; Nabi berkata,”Wahai Bani Salmah dari rumah kalian dicatat langkah kalian..dari rumah kalian dicatat langkah kalian.”. Lalu turunlah firman Allah SWT:

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ

“Sesungguhnya kami menghidupkan yang mati: dan kami catat apa-apa yg kalian perbuat: dan langkah-langkah kalian..” (QS Yaasiin: 12)

Pranata sosial yang merindukan masjid seperti itu hanya lahir dari kekuatan dakwah Rasulallah SAW yang mempersaudarakan kelompok pendatang (muhajirin) Mekkah dengan kelompok pribumi (anshar) Madinah. Maka, demikianlah kita dengar kisah Abdurrahman bin Auf.

Ia adalah seorang yang pedagang yang sukses. Padahal, saat hijrah meninggalkan Mekkah ke Madinah, Abdurrahman tak memiliki perbekalan yang banyak. Sampai di Madinah, ia dipersaudarakan oleh Rasulallah SAW dengan Saad bin Rabi’, seorang tokoh di Madinah. Saad berkata, “Aku adalah salah satu penduduk Madinah yang kaya. Aku bersedia membagi setengah hartaku untukmu. Isteriku juga ada beberapa. Jika kau mau, aku ceraikan salah satunya agar kau nikahi”. Tetapi, Abdurrahman bin Auf tahu diri. Dia hanya minta ditunjukan pasar. Dari sana dia berdagang, tak lama kemudian dia sukses dan memberi tahu Rasulallah SAW bahwa ia akan menikah.

الله أكبر…الله أكبر…الله أكبر…ولله الحمد

Hadirin kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang mulia.

Kedua: Menerima kritik dalam membangun peradaban.

Setelah berhasil membangun Madinah, antara lain dengan mempersaudarakan orang Mekkah dengan orang Madinah, bukan berarti Rasulallah SAW terbebas dari kritik dan tantangan. Namun, semua kritik disikapi dengan bijak demi keutuhan perjuangan. Mari ambil contoh perang Hunain, salah satu peristiwa siaga satu yang paling panjang dalam sejarah Rasuallah SAW.

Seperti kita ketahui, pada perang Hunain, suku Hawazin menyerah, sedangkan suku Tsaqif melarikan diri ke Thaif. Di kota itu, terjadi ketegangan selama 20 malam. Suku Tsaqif mengutus para tokoh untuk menemui Rasulallah SAW agar membebaskan tawanan wanita dan mengembalikan harta mereka.

Di antara delegasi itu, Rasulallah SAW melihat wajah yang lamat-lamat dikenalinya. Ya, dia adalah Halimatus Sa’diyah, ibu angkatnya sendiri. Rasulallah SAW menyambutnya dengan kehangatan, dan menghamparkan selimut untuknya. Rasulallah SAW bahkan memenuhi permintaannya; seluruh tawanan wanita dibebaskan dan harta rampasan dikembalikan.

Keputusan Rasulallah SAW mengejutkan para sahabat, terutama kaum Anshar Madinah. Mereka mulai terhasut bahwa Rasulallah SAW berpihak pada masyarakat Makkah, tanah kelahirannya. Untuk apa bersabung nyawa, menggadaikan leher di kilatan pedang, jika pampasan perang dikembalikan pada kaumnya sendiri?.

Suara-suara sumbang semakin santer terdengar terutama saat Rasulallah SAW terlihat di mata kaun Anshar mengistimewakan Ikrimah, anak Abu Jahal, dengan memberinya harta rampasan perang.

Sampai disitu, Rasulallah SAW tetap menahan diri sampai akhirnya Sa’ad bin ‘Ubadah datang menghadap Rasulallah. Seakan protes, Sa’ad berkata, “kemenangan ini bertumpu pada orang-orang Anshar Madinah, tetapi mereka telah dibuat kecewa hatinya dengan pembagian rampasan perang. Engkau bagikan rampasan perang pada kaummu sendiri, sementara Anshar tak mendapat apa-apa”

“Kemana arah pembicaraanmu, Sa’ad?”, tanya Rasulallah.
“Aku ini penyambung lidah kaumku, ya Rasulallah!”

Rasulallah SAW kemudian mengumpulkan seluruh kaum Anshar. Dengan suara bergetar dia berkata, “Wahai Anshar, tidak relakah kalian jika orang-orang itu kembali ke rumah mereka dengan membawa isteri, budak dan harta mereka. Sedangkan kalian kembali ke Madinah dengan (membawa) Rasulallah? Demi Allah, seandaianya orang-orang berjalan di suatu bukit, dan kaum Anshar berjalan di bukit yang lain, niscaya aku berada dalam barisan yang dilalui orang-orang Anshar itu”.

Para sahabat Anshar terdiam, lalu menitikan airmata. Mereka telah salah mengira maksud Rasulallah SAW sebab tak lama setelah itu, para pemuka suku Tsaqif menyatakan keislamanannya.

الله أكبر…الله أكبر…الله أكبر…ولله الحمد

Hadirin kaum muslimin dan muslimat jamaah shalat Idul Fitri yang mulia.

Ketiga: Sempurnakan amal kebaikan.

Setelah kita berpuasa selama sebulan, Rasulallah SAW menganjurkan kita untuk membayar zakat fitrah sebelum shalat Idul Fitri ditunaikan.

روي عن عبدالله ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قال فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنْ الصَّدَقَاتِ

Zakat fitrah menjadi penyempurna amal kebaikan sepanjang bulan suci Ramadhan. Demikian pula seharusnya dalam kehidupan kita di dunia ini. Sempurnakanlah amal kebaikan sebelum kita dihisab oleh Allah SWT kelak.

Rasulallah SAW memberikan keteladanan dalam menata kehidupan itu. Saat panji kemenangan telah berkibar. Umat telah terbentuk di Madinah. Ayat terakhir telah turun. Haji telah menjadi wada’. Pohon telah sempurna dan tak lagi tumbuh tunas muda. Rasulallah SAW merasakan sakit sisa racun Yahudi Khaibar.
Beberapa hari sebelum wafat Rasulallah SAW berziarah ke makam Baqi di kota Madinah.

Pemakaman Baqi’ juga disebut sebagai Jannatul Baqi’ atau Baqi’ul Qarqad yang berarti “kebun dari pohon Boxtrhorn”. Pada awalnya, di tempat itu banyak pohon Qarqad sehingga, dalam hadits, Rasulallah SAW mengatakan bahwa pada akhir zaman pohon Qorqod menjadi tempat berlindung orang-orang Yahudi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ (رواه مسلم)

Jadi, pohon Qorqod adalah pohon kuburan yang tumbuh di Madinah sejak sekian abad lalu. Semog ia kelak menjadi pohon kuburan bagi orang-orang Yahudi yang memerangi kaum Muslimin di Palestina.

Selesai berziarah ke makam Baqi’, Rasulallah SAW mengeluh sakit kepala. Pada suatu malam, seharusnya beliau SAW berada di rumah istrinya yang bernama Maimunah, namun beliau SAW izin agar diperbolehkan bermalam di rumah Aisyah. Dengan dipapah oleh Alfadlu Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib, Rasulallah SAW menuju rumah Aisyah.

Selama beberapa hari tinggal di rumah Aisyah, Rasulallah SAW merasakan panas badannya makin tinggi. Sampai suatu pagi, beliau SAW merasa agak sehat dan meminta untuk dibimbing menemui orang-orang di masjid.

Di mimbar, Rasulallah SAW berkhutbah:

فَمَنْ كُنْتُ جَلَدْتُ لَهُ ظَهْرًا فَهَذَا ظَهْرِي فَلْيَسْتَقِدْ مِنْهُ ، أَلا وَمَنْ كُنْتُ شَتَمْتُ لَهُ عِرْضًا فَهَذَا عِرْضِي فَلْيَسْتَقِدْ مِنْهُ ، وَمَنْ كُنْتُ أَخَذْتُ مِنْهُ مَالا فَهَذَا مَالِي فَلْيَسْتَقِدْ مِنْهُ

“Wahai manusia, siapa yang pernah aku pukul punggungnya, maka inilah punggungku. Siapa yang pernah aku caci-maki, maka inilah kehormatanku. Siapa yang pernah aku ambil hartanya, inilah hartaku. Ambilah.”

Seorang mengaku pernah dicambuk. Namun dia tak kuasa mencambuk Rasulallah SAW dan justru memeluknya sambil berurai air mata. Seorang lagi meminta tiga dirham, Rasulallah SAW membayarnya.

Rasulallah SAW kemudian berkata, “Sesungguhnya membuka aib di dunia lebih ringan dari pada membuka aib di akherat.” Ya Allah, jadikanlah kami bagian dari orang-orang yang berbaris bersama Rasulallah SAW dalam hisab-Mu kelak.

Semoga kita termasuk orang-orang yang menyempurnakan amal-amal di dunia dengan kebaikan di hadapan Allah SWT dan Idul Fitri menjadi momentum secara berjamaah untuk membangun peradaban.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

About Redaksi Thayyibah

Redaktur