Thayyibah.com :: Ijtima’ Pimpinan Pondok Pesantren Se-Indonesia
SINGA-SINGA KELUAR SARANG DEMI BELA AGAMA.
Sudah beberapa perhimpunan pondok pesantren yang menyatakan sikap penolakan tegas terhadap kiprah Yayasan Peduli Pesantren milik Hary Tanoe. Sepertinya hari ini akan bertambah lagi jumlahnya.
Saya sekarang sedang ikut “hajatan” terkait hal tersebut. Beberapa Kyai sepuh pengasuh pesantren sudah berdatangan dari beberapa pelosok negeri di gedung Menara Dakwah, jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Pimpinan pesantren yang muda-muda, tentu juga tidak ketinggalan. Dari perbincangan kami, tampak sekali kegairahan jihad menuju ‘izzul Islam wal muslimin.
Semoga ini akan produktif menghasilkan benteng-benteng ummat di berbagai sektor : ipoleksosbud hankam. Sudahlah cukup kita tercabik oleh kerakusan dan kebrutalan musang-musang berbulu domba. Cukup hingga di sini ummat tercerai-berai dan terseok. Kita telah dikarunia-Nya energi kebangkitan ruh baru.
# 1. Saya hanya bisa bilang, Maasyaa Alloh, Allohu Akbar. Acara “Ijtima’ Pimpinan Pondok Pesantren Se-Indonesia”, dimulai dengan sholat dhuhur berjamaah di Masjid Al Furqon, Gedung DDII Pusat, Jakarta. Kemudian tausiyah oleh KH. Muhammad Al Khattat, sekretaris GNPF-MUI.
# 2. Masjid dipenuhi oleh para Kyai dari berbagai penjuru tanah air. Jumlahnya sekitar 400 orang. Itupun peserta yg menyusul datang bergelombang masih mengalir. Sampai detik ini, insha Alloh yang datang berjumlah 500an orang.
# 3. Ini para Kyai beragam, seolah cerminan komunitas yang hadir di Aksi 212. Saya lihat juga para Kyai NU, Muhammadiyah, dan lain2nya. Kalau ada yang suka menyebut kelompok dari sifat garisnya, maka di sini sekarang berkumpul : garis keras, garis lembek, garis fleksibel. Ini sekarang jadi satu : GARIS TEGAS BELA ISLAM.
# 4. Aroma pengawalan thd kasus Ahok dan kesiagaan menghadapi manuver Hary Tanoe, sangat mendominasi. Dalam aura spirit 212, di sela2 bincang2 kami bernostalgia. Hmmm,,, sweet memory, tapi nostalgia yg menggemuruhkan kreasi dan produktivitas
#5. Sesudah sholat dhuhur berjamaah, peserta ke ruang pertemuan. Kursi yg tersedia tdk mencukupi. Banyak peserta yg berdiri atau duduk lesehan. Panitia bilang, semua wartawan silakan masuk meliput acara, KECUALI METRO TIVI.
#6. KH. Kholil Ridwan memberikan tausiyahnya. Bercerita juga ttg acara yg undangannya hanya melalui WA itu. Luar biasa, sambutan antusias para pengasuh dan pimpinan pondok pesantren ternyata meriah dalam semangat sami’na wa atho’na.
#7. Kemudian KH Didin Hafidhuddin, memimpin acara perumusan pernyataan sikap. Beberapa kalimat dikoreksi oleh hadirin. Misalnya, ada yang minta agar kata “Saudara” yg mendahului penyebutan nama Ahok dihilangkan.
#8. Ada peserta mengusulkan agar kita bukan hanya menolak bekerjasama dengan Yayasan Peduli Pesantren Hary Tanoe, tapi juga menuntut pembubarannya. Saya dukung usulan itu, dan agar jelas bagi hadirin, saya berdiri dan (ehm, maaf…) berteriak, “Setuju. Jawa Timur menuntut dibubarkan.
# 9. “Saya bersyukur dengan adanya acara ini, walaupun undangan disampaikan melalui WA. Sebelumnya saya menangis, melihat pondok pesantren kok dipeduliin oleh Yayasan milik orang kafir. Itu penghinaan, dianggapnya kita tidak bisa mengurus lembaga2 pendidikan kita”, itulah antara lain yang disampaikan oleh seorang Kyai dari Palembang.
# 10. Sesi sekarang yang sedang berlangsung, peserta perwakilan dari masing2 propinsi dipersilakan maju dan menyampaikan usulan dan pandangan2nya. Yang usil dan bernafsu mengajari orang Islam tentang bhinneka tunggal ika, wah, seharusnya ikut hadir menonton forum ini.
# 11. Para Kyai merekam sedemikian cermat getar kalbu masyarakatnya. Lalu menyajikannya di sini lengkap dengan usulan sikap sesuai kondisi negara terkini. Nada, gaya, model pendekatannya sangat beragam. Tapi substansinya sama : jangan terus mendzalimi ummat Islam karena kini mereka bangkit bersama.
Oleh: Ust Achmad Fathoni