Breaking News

3 Tipe Cinta pada Manusia (Bag. 1)

heart

thayyibah.com :: Cinta pada hakikatnya suci, murni, dan bersih. Tetapi manusialah yang mengotori cinta itu sendiri. Manusialah yang membuat cinta hina. Nista. Rendah. Karena manusia yang menyalah gunkan arti cinta, hakikat cinta.

Kebanyakkan manusia pada saat ini, memandang cinta dari sudut padang nafsu, nafsu, dan nafsu. Manusia hanya menikmati cinta tanpa aturan. Tuntunan dan menyepelekan segala fitrah yang ada.

Memang manusia menjungjung cinta demi kedamaian, kebahagiaan, dan keindahan. Tetapi cara dan praktik (pelaksanaan) yang salah kaprah. Salah tahap, salah duga. Karena kapasitas manusia yang terbatas dengan cinta. Atau tak mau cari tahu tentang cinta yang sejatinya.

Seyoyanya cinta pergunakan untuk hal yang tepat, kepada orang yang tepat. Bukan diubar, disebar, dan dipamerkan. Memang cinta bagaikan pamflet acar yang di sebar agar banyak orang yang datang keacara yang kita adakan. Tidak. Cinta bukan pamfel acara, tetapi cinta adalah suci, fitrah. Sejatinya cinta kita berikan kepada seseorang yang tepat. Karena di akhirat kelak kita akan disatukan, dikumpulkan dengan orang-orang yang kita cintai.

Ada tiga tipe cinta manusia pada umumnya, manusia yang memandang cinta, hakikat cinta, cinta, dan cinta.

Pertama, mereka yang mempercayai bahwa kecintaan tersebut karena Allah. Hal ini banyak terjadi di kalangan orang-orang awam serta mereka yang menamakan dirinya sebagai orang-orang fakir. Memang cinta berasal dari Allah SWT akan tetapi kita harus tahu apa cinta yang kita miliki murni karena Allah SWT atau ada sesuatu yang mengalir di dalamnya, hawa nafsu misalnya.

Kedua, mereka yang mengetahui dalam hatinya bahwa hal tersebut bukan karena Allah, tetapi mereka menampakkannya bahwa hal itu karena Allah, sebagai bentuk penipuan dan menutupi diri.

Golongan ini, dari satu sisi, lebih dekat untuk mendapatkan ampunan daripada golongan yang pertama, sebab mereka masih diharapkan mau bertaubat. Tetapi di sisi lain, mereka lebih keji, sebab mereka mengetahui bahwa hal itu diharamkan tetapi mereka melanggarnya.

Sebagian dari mereka mungkin ada yang jatuh pada perkara syubhat, sebagaimana syubhat sebagian besar yang menganggap bahwa mendengarkan suara nyanyian adalah suatu bentuk pendekatan diri kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya.

Bahkan hal tersebut terjadi pada orang-orang yang dikehendaki Allah dari kalangan orang-orang zuhud dan ahli ibadah.

Demikian pula orang yang ilmu dan imannya lemah jatuh pada syubhat yang menganggap bahwa menikmati gambar-gambar (lawan jenis), menyaksikannya dan bermesraan dengannya merupakan suatu ibadah dan pendekatan kepada Allah.

Tipe yang dua ini, sudah banyak kita jumpai di mana-mana. Orang berpacaran, dewas kini sudah tidak malu-malu lagi, memamerkan perzinahan di tempat umum. Padahal, mereka tahu bahwa pacaran mengandung kecintaan yang berasal dari hawa nafsu semata.

Akan tetapi, tetap dijalankan. Entah, banyak alasan yang menudukung apa yang si pacaran ini mau, apalagi di zaman yang serba cepat ini. Mempermudah mereka melakukan maksiat dan perzinahan.

BERSAMBUNG

About A Halia