Breaking News

Yusuf Mansur, Menebar Cerita Fiktif Menjaring Harta Umat

Buku Baru teribitan Teras Publishing
Buku Baru teribitan Teras Publishing

buku ucup12 buku ucup13thayyibah.com :: Buku sederhana yang diberi judul ‘Yusuf Mansur Menebar Cerita Fiktif Menjaring Harta Umat’ ini adalah kumpulan tulisan penulis yang mengkritisi konsep dan aplikasi (dakwah) sedekah Yusuf Mansur. Tulisan-tulisan tersebut telah dipublikasikan di situs berita ini dan Dakwatuna.com sepanjang tahun 2015 hingga Februari 2016.

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa selain memotivasi umat bersedekah, Yusuf Mansur juga mengambil sedekah dari umat yang diceramahinya itu. Selain itu, Yusuf Mansur juga menjaring sedekah dari umat (untuk dirinya) lewat berbagai program. Untuk menjangkau umat yang lebih luas, Yusuf Mansur memanfaatkan media sosial dan media konvensional.

Dalam pengamatan penulis, salah satu hal yang membuat umat tertarik mensedekahkan uang dan hartanya kepada Yusuf Mansur adalah akibat mendengar kisah-kisah yang dikonstruksinya. Kisah-kisah yang diakui Yusuf Mansur sebagai testimoni itu bercerita tentang orang yang meraih sukses, yakni menjadi kaya, akibat dia bersedekah. Hanya saja, dalam penilaian penulis, kisah-kisah dalam cerita Yusuf Mansur itu hanyalah kisah fiktif yang lahir dari imajinasi Yusuf Mansur sendiri.

Berulang kali penulis meminta Yusuf Mansur menjelaskan tokoh dalam ceritanya, dengan meminta nama, alamat dan nomor telepon sang tokoh dalam cerita Yusuf Mansur itu, namun itu tak pernah dipenuhi.

Bisa saja orang berpendapat, bahwa sah-sah saja Yusuf Mansur merekonstruksi kisah untuk sebuah tujuan yang baik. Akan tetapi jika tujuannya untuk menjaring uang dan harta umat untuk diambilnya dengan dalih sedekah, maka ini bisa dikategorikan sebagai pembohongan. Apalagi jika, umpamanya, uang dan harta yang telah terjaring itu digunakan untuk membangun usaha dan bisnis tanpa ada laporan pertanggungjawaban yang amanah dan transparan, maka bisa jadi ini kategorikan sebagai penipuan.

Selama artikel-artikel dalam buku ini dimuat di Dakwatuna.com dan Thayyibah.com, penulis mendapat pengalaman menarik. Banyak pembaca yang menghubungi dan meminta penulis untuk meminta kembali uang atau harta mereka yang sudah mereka serahkan kepada Yusuf Mansur. Ada yang meminta kembali uangnya, sertifikat tanah dan bangunannya juga dana investasinya. Semua permintaan itu terus berproses hingga saat ini.

Untuk bisa menulis artikel tentang kisah-kisah Yusuf Mansur yang menurut penulis adalah fiktif ini, penulis mengunduh dan menyaksikan banyak video ceramah Yusuf Mansur dari situs Youtbe.com. Hasil pengamatan ini penulis tuangkan dalam artikel-artikel bertajuk ‘Resensi Ceramah Yusuf Mansur’ yang kemudian dimuat pada situs Thayyibah.com.

Untuk membantu pembaca, penulis sertakan alamat video di Youtube.com tersebut dan sebagian diantaranya penulis membuat transkripnya.

Ketika disodorkan buku ini, Pimpinan Madrasah Daarun Naim, Semanan, Cengkareng, Jakarta KH. Bunyamin yang ditemui penulis Ahad (13/03) di kediamannya, menyampaikan dukungannya terhadap penerbitan buku ini. Menurutnya, saling memberi peringatan itu memang bagus. “Saya juga banyak mendapat masukan soal pola pengumpulan sedekah yang dilakukan oleh Yusuf Mansur. Bahkan, ada juga yang menjadi korban dari pola sedekah yang salah,” kata KH. Bunyamin. Kiyai Benyamin kemudian banyak menyampaikan contoh-contoh para ustad yang kelihatannya saja berdakwah namun sesungguhnya mereka sedang mengumulkan pundi-pundi kekayaan.

Buku ini memang masih jauh dari sempurna. Karena itu penulis mengharapkan banyak masukan dari pembaca sehingga terbangun sebuah ide wa tawaa shoubil haq wa tawaa shaubis shobri. Bagi pembaca yang berminat memiliki buku ini bisa memberikan nama dan alamat dengan mengirism SMS ke nomor 085282440664 dan buku akan dikirim secara cuma-Cuma. Semoga buku sederhana ini bermanfaat. Wallaahu a’alm.

 

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.