Breaking News
Jembatan Barelang dilihat dari Senandung Melayu.

Sisi Lain Jembatan Barelang

Jembatan Barelang dilihat dari Senandung Melayu.
Jembatan Barelang dilihat dari Senandung Melayu.
Papan petunjuk arah. Semua fasilitas tak berfungsi.
Papan petunjuk arah. Semua fasilitas tak berfungsi.
Gubuk sebagai warung di sekeliling Jembatan Barelang. Tak tertata, kumuh dan kotor.
Gubuk sebagai warung di sekeliling Jembatan Barelang. Tak tertata, kumuh dan kotor.
Musholla dan Tolet. Tak terawat, rusak  kotor, berdebu dan bau.
Musholla dan Tolet. Tak terawat, rusak kotor, berdebu dan bau.

thayyibah.com :: Jembatan Barelang adalah ikon Kota Batam. Barelang adalah singkatan yang diambil dari nama tiag pualu di sini, yakni Batam – Rempang – Galang. Jembatan ini menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Rempang. Selain jembatan ini masih ada beberapa jembatan yang menghubungkan Pulau Rempang dan Pulau Galang, dan beberapa pulau di kawasan itu.

Jembatan ini ramai dikunjungi masyarakat, termasuk turis lokal dan luar negeri. Sadar akan hal ini Pemda Kota Batam membangun fasilitas untuk pengunjung. Di sini pengunjung bisa dapatkan informasi, bisa dapatkan sudut pandang yang pas untuk melihat jembatan secara utuh, bisa berfoto dan sebagainya. Semua fasilitas ini dinamai ‘Dendang Melayu’.

Sesuai dengan namanya, pengelola lokasi wisata ini menggantung beberapa “dendang” khas Melayu pada beberapa bagian tempat ini. Ada Gurindam 12 Ali Haji Akbar dan ada juga lainnya.

Sayang beribu sayang, Pemda Kota Batam hanya bisa membangun tapi tak bisa merawat semua fasilitas yang ada. Pemda juga tak bisa menata lingkungan jembatan sehingga lebih teratur, lebih tertib, lebih cantik dan lebih lebih ramah.

Pada ruang informasi taka da petugas yang benar-benar bisa memberi informasi. Kantornya tak layak disebut kantor. Toilet dan fasilitas di dalamnya banyak yang rusak, kotor, tidak terawat dan tentu saja bau. Tak ada air yang tersedia, hanya beberapa ember yang kosong dan kotor.

Bangunan musholla yang tak layak dipakai sholat. Lantai dan karpet yang berdebu dan kotor. Beberapa sajadah yang ada sudah seperti kain kotor dan berlumpur. Pintu dan jendela yang sudah rusak sehingga tak bisa tutup buka.

Pada kedua sisi jembatan berdiri warung-warung tak tertata yang dibangun dengan bahan seadanya sehingga lebih pas disebut gubuk. Pemilik gubuk selain berjualan di situ juga dijadikan sebagai tempat tinggal dengan mengambil aliran listrik secara illegal. Jika malam datang, suasana warung-warung itu tampak seperti warung remang-remang.

Perparkiran di lokasi dikelola oleh kelompok tak resmi. Sehingga biaya parkir akan membuat anda geleng-geleng kepala.

Jembatan Barelang memang berfungsi baik. Namun sayang, Dendang Melayu yang merupakan sarana pendukungnya tidak dikelola dengan baik sehingga tak layak menjadi destinasi wisata. Ini tentu sangat disayangkan. Padahal Jembatan Barelang hanyalah sepelembaran batu dari Singapura.[] (Foto-foto diambil pada Selasa (2/2) oleh Darso Arief)

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.