thayyibah.com :: Salah satu sebab munculnya ekspresi cinta kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam yang salah dari sebagian kaum muslimin adalah karena mereka keliru dalam memahami makna cinta kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam. Seandainya mereka memahami makna cinta kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam sebagaimana yang diajarkan oleh Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dan para sahabatnya, niscaya mereka tidak akan terjatuh dalam kesesatan dan kemaksiatan.
Makna Cinta Kepada Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasallam
Dalam bahasa Arab kata cinta dikenal dengan kata al-hubb atau al-mahabbah, dan lawan katanya adalah al-bughdh yaitu benci. Sedangkan secara istilah ketika kata al-hubbatau al-mahabbah ini disandarkan kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam, maka maknanya adalah:
“Seorang muslim yang hatinya cenderung dan mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam, yang diekspresikan melalui sikap mengutamakan Rosululloh sholallohu alaihi wasallam atas segala sesuatu yang dicintainya baik itu dirinya, orang tuanya, anaknya, maupun seluruh manusia lainnya.” (Abdurrouf Muhammad Utsman, Mahabbatur Rosul Bain al-Ittiba’ dan al-Ibtida’, hlm. 45)
Jadi, hakikat mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam itu dapat diwujudkan dengan segenap jiwa raga kita. Dalam hati dan jiwa kita harus menghujam kecintaan kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam melebihi kecintaan kita terhadap diri kita dan yang lainnya.
Sedangkan mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dalam raga kita dapat diwujudkan dengan banyak bersholawat kepadanya, mengamalkan sunnah-sunnahnya, membaca sejarah perjalanan hidupnya, mengutamakan perkataannya daripada perkataan orang lain, mengedepankan syariatnya walaupun bertentangan dengan tradisi nenek moyang kita, menjadi yang terdepan dalam membelanya terhadap cacian dan tuduhan keji dari orang-orang yang mencela Rosululloh sholallohu alaihi wasallam, dan lain sebagainya.
Dalil-dalil Cinta Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasallam
Makna cinta Rosululloh sholallohu alaihi wasallam di atas, tentu berangkat dari akumulasi dalil yang ada, baik dari al-Qur`an maupun Hadits Rosululloh sholallohu alaihi wasallam. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah [9]: 24)
Dalam sebuah hadits sohih Bukhori disebutkan tentang mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam:
Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Aqil Zuhroh bin Ma’bad bahwasanya ia mendengar kakeknya Abdulloh bin Hisyam berkata, “Dahulu kami bersama Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dan beliau sedang memegang tangan Umar bin al-Khottob, maka Umar bin al-Khottob berkata, ‘Wahai Rosululloh! Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri. Maka Nabi sholallohu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak demikian, demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih dicintai olehmu daripada dirimu sendiri. Umar menjawab, ‘Demi Alloh sesungguhnya sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri. Rosululloh ` bersabda, ‘Sekarang wahai Umar’.” (HR. Bukhori)
Di samping itu, dalil-dalil di atas juga menunjukkan wajibnya seorang muslim untuk mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam. Bahkan Rosululloh sholallohu alaihi wasallam harus kita cintai melebihi diri kita sendiri. Jadi, tak ada alasan bagi kita sebagai umat Islam untuk tidak mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam.
Tingkatan Cinta Kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam
Mencintai Rosululloh sholallohu alaihi wasallam memiliki dua tingkatan yaitu:
Pertama, wajib. Yaitu kecintaan kita kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam yang berkonsekuensi untuk menerima segala sesuatu yang dibawanya dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Mengambilnya dengan penuh kecintaan, keridhoan, pengagungan, dan kepasrahan. Dan secara total tidak mengambil petunjuk dari selain Nabi Muhammad sholallohu alaihi wasallam.
Di samping itu, mengikuti Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dengan baik dengan membenarkan segala apa yang dikhabarkannya, mentaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya, membela agamanya, memerangi siapa saja yang menyelisihinya sesuai dengan maksimal kemampuan kita.
Kedua, keutamaan. Kecintaan kepada Rosululloh sholallohu alaihi wasallam yang menuntut kita untuk meneladaninya dengan baik. Mewujudkan keteladanan tersebut dengan merealisasikan cara beragamanya, akhlaknya, adabnya, perkara-perkara yang sunnah dan mustahabbah. Meneladani Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dalam cara makan, minum, berpakaian, mempergauli istri dengan baik, dan lain sebagainya yang termasuk adab-adabnya yang sempurna dan akhlak-akhlaknya yang terpuji. (Fahd Abdulloh al-Hubaisyi, Mahabbatun Nabi Wa Ta’zhimuhu)
Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala membimbing kita untuk meneladani Rosululloh sholallohu alaihi wasallam dalam setiap sendi kehidupan kita. Amiin…
Oleh: Abu Hasnaa Umar Muhsin, Lc.,M.Pd.I.