thayyibah.com :: Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Kamu tau, ibu nomor satu. tiga kali ibu disebut, sebelum ayah.
Kamu tau, keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua. Ya, termasuk ibu.
Kamu tau,
Kamu tau, kamu tau, kamu tau
Dan terlalu banyak pengetahuan kamu lainnya.
Nyatanya?
“Mah, besok ada rapat nih jam 7 pagi” “Bun maaf mesti nginep di kosan temen buat ngerjain tugas” “Bu maaf ya nih buru-buru, mau ketemu dosen *tutup telepon* ” “Maaf ya Mah minggu ini ga bisa pulang dulu” “Maaf ya Pah besok ada rapat sampai jam 2 pagi jadi ga bisa pulang”
Terlalu banyak ‘kesibukan’ yang kita kambinghitamkan. Terlalu banyak alasan yang membuat kita merasa paling sibuk sehingga tak ada waktu untuk keluarga. Untuk ibu.
Padahal,
Sudah terlalu banyak pengorbanan yang dilakukan ibumu. Rela bertahan berbulan-bulan mempertahankanmu, mempersilakan nyawanya hampir hilang demi memberikan kesempatan bagimu untuk lahir ke dunia, menyusui dirimu dengan segala kepayahan, rela mengorbankan karirnya demi membesarkan kamu, rela berbohong, “Mamah udah kenyang kok” agar kamu bisa makan lebih banyak, rela memberikan uangnya yang mungkin sengaja dia simpan untuk hal yang sangat dia inginkan hanya demi keegoisanmu beli gadget baru, rela mencari utang kesana kemari untuk bayaran semesteranmu tanpa kau tau, rela menutup-nutupi kesulitan keluarga demi kebahagiaanmu.
Dan terlalu banyak kerelaan lainnya.
Apa yang kamu balas?
Belajar malas-malasan, mengerjakan tugas asal-asalan, berhari-hari bermain, membiarkan nilai hancur, membiarkan kewajiban terbengkalai, menyia-nyiakan uang yang telah diberikan orang tua, dan kembali pulang dengan kebohongan bahwa semua baik-baik saja. Makian pada ibumu karena merasa orang paling sibuk di dunia, cuek atas nasihat ibumu, dan kesal dengan segala perhatian yang ibumu berikan?
“Ah, mama kolot” “Ah gila ibu gue ngekang gue banget sih” “Ah bunda gue kok ga ngerti sih tau gue emang lagi sibuk banget di kampus.” “Aku lagi sibuk banget Mah!” “Mama ga tau perasaanku!”
Ah, bahkan, membalas dengan ucapan bahwa kau sayang ibumu saja kau segan. Malu, gengsi, katamu.
Katamu, belajarmu itu untuk kebahagiaan ibumu juga.
Katamu, kesibukanmu itu untuk kepentingan masa depanmu.
Katamu, aktivitasmu itu untuk merubah masa depan ke arah yang lebih baik.
Katamu,
Katamu,
Dan terlalu banyak katamu lainnya.
Ya Allah Maha Maha Berkuasa atas segala sesuatu,
lindungilah kami dari penyesalan dan kesadaran yang baru muncul setelah ibu kami meninggalkan kami selamanya. (put/thayyibah)