Breaking News
Iklan Patungan Usaha Yusuf Mansur, Proyek Mangkrak dengan Uang Umat tapi Tak Ada Pertanggungjawaban. (Foto : Tempo)

RESENSI VIDEO CERAMAH YUSUF MANSUR (Bag. 2)

 Antara Bahasa Iklan, Tokoh Rekaan dan Realita

thayyibah.com :: Sebuah video ceramah Yusuf Mansur berjudul ‘Ilmu Keyakinan Kepada Allah’ https://www.youtube.com/watch?v=oIIT1icZkec tertanggal 2 Mei 2013 terlihat sedang berceramah di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sepertinya, ceramah yang juga disiarkan oleh Anteve ini, adalah sebuah hajatan yang digelar oleh Remaja Masjid Al Azhar.

Yusuf Mansur memulai ceramahnya dengan bertutur, bahwa dia akan membuka sekolah bisnis di Cimanggis dengan memanfaatkan asset “kita”. Sudah pasti “kita” yang dimaksud Yusuf Mansur adalah lembaga miliknya atau memang asset pribadinya.

Sekolah bisnis ini disebut Yusuf Mansur dengan STMIK (dalam video ini Yusuf Mansur tidak menyebut dengan rinci STIMIK ini). Menurut Yusuf Mansur, STIMIK ini akan mengembangkan kuliah jarak jauh antar bangsa dengan program spesial bisnis dua tahun. Tidak jelas, apa yang dimaksud ‘kuliah jarak jauh antar bangsa’ dan ‘spesial bisnis’ dua tahun itu.

Uniknya, seperti cerita Yusuf Mansur dalam video ini, sekolah tinggi bisnis yang akan dikembangkannya ini tidak akan belajar soal bisnis. Mahasiswa diajarkan bagaimana mendekatkan diri kepada Si Pemilik Segalanya, Si Pemilik Maha Bisnis, yakni Allah SWT. Untuk itu, setiap hari semua mahasiswa akan dituntun untuk mendekati kepada Allah SWT dimulai dari pukul 02.30 tengah malam.

Yusuf Mansur kemudian membacakan Qur’an surat Al Imran ayat 38 – 49. Dia kemudian menjelaskan berbagai kemustahilan yang terjadi pada keluarga Imran, termasuk Zakaria dan Maryam. Bahwa semua yang mustahil bagi manusia itu bagi Allah itu cukup ‘kun fa yakun’, jadi maka jadilah.

Tak lupa, untuk menunjang isi ceramahnya ini, Yusuf Masur mengisahkan, bahwa belum lama dia kedatangan seorang kawan perempuan yang kuliah di Amerika. Dia datang bersama saudara Yusuf Mansur yang kuliah di Perth, Australia. Kawan perempuan ini, menurut Yusuf Mansur, punya hati yang sangat luar biasa. Betapa tidak, dia cantik, berpendidikan karena gelar S1 dan S2 diraihnya di Amerika, juga kaya dan salehah. Perempuan ini kemudian menikah dengan pria miskin yang badannya cuma separoh (Yusuf Mansur tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan ‘badan yang cuma separoh’ itu). Ketika ditanya, mengapa dia mau dinakhi laki-laki itu? Si perempuan yang luar biasa ini menjawab, “dia ingin beribadah”. Si perempuan ini begitu yakin bahwa kehdupan dunia dan akhiratnya akan menjadi baik karena pernikahannya berlandaskan ibadah, walaupun suaminya punya kuantitas dan kualitas yang jauh di bawahnya.

Sayangnya, video ini tidak diunggah secara utuh sehingga penonton kehilangan kisah yang diceritakan Yusuf Mansur selanjutnya.

Video Yusuf Mansur lain yang masih berbicara tentang ‘keyakinan terhadap janji Allah SWT’ bisa disaksikan pada video yang berjudul ‘Penghapus Dosa Angkat Derajat Jadi Kaya’ https://www.youtube.com/results?search_query=penghapus+dosa+angkat+derajat+jadi+kaya,  Video ini diunduh dari ceramah Yusuf Mansur yang (pernah) disiarkan Anteve setiap pagi.

Cermah Yusuf Mansur kali ini dimulai dengan membacakan Qur’an surat Annisa ayat 105-107. Yusuf Mansur juga membacakan sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Pada intinya, hadis ini memberikan pengertian bahwa jika ingin dosa terhapus dan derajat hidup akan diangkat oleh Allah maka setiap muslim harus membiasakan diri ‘berjalan ke masjid’.

Seperti biasa, Yusuf Mansur kemudian menyampaikan sebuah kisah kesuksesan sedekah. Kali ini tokoh yang tampil dalam kisa adalah adik Yusuf Mansur sendiri. Dikisahkan, adik Yusuf Mansur ini adalah karyawan pada sebuah perusahaan dengan gaji Rp. 7 juta per bulan. Meski sebagai adik, dia tak pernah mendengar ceramah abangnya.

Suatu saat, Yusuf Mansur bercermah tentang keajaiban sedekah di tempat adiknya ini bekerja. Setelah berceramah si adik bertnya tentang kebenaran matematika sedekah yang barusan diceramahinya. “Yaah, ente gimana sih. Abang ente ini sudah didengerin Indonesia dan dunia, masa ente baru denger sekarang?” begitu komentar Yusuf Mansur tentang ketidaktahuan adiknya pada isi ceramahnya.

Akhirnya adik Yusuf Mansur ini berjanji akan bersedekah seluruh gajinya pada bulan depannya. Tapi niat ini ditolak Yusuf Mansur. “Orang lain boleh bersedekah sebulan gaji. Tapi ente adik abang, maka yang pantas bersedekah setahun gaji,” begitu saran Yusuf Mansur.

Karena tidak memiliki uang sebesar Rp. 84 juta atau sebebanyak setahun gaji, maka Yusuf Mansur mensarankan agar adiknya mensedekahkan sesuatu seharga gajinya setahun. Untuk itu adiknya menjual rumahnya dan jadilah dia bersedekah setahun gaji.

Yusuf Mansur kemudian bercerita, bahwa setelah itu suatu keajaiban terjadi. Tiga atau empat bulan kemudian sang adik di PHK dari perusahaan tempatnya bekerja. Bagi orang yang tidak memiliki keyakinan akan janji Allah SWT yang tak bisa diukur dengan kemampuan otak manusia, mungkin saja dia bisa putus asa. Namun karena kesabaran dan keyakinannya sang adik menerima takdir itu dengan tidak panik. Ini adalah cara Allah menaikkan derajat adiknya itu.

Masih dalam cerita Yusuf Mansir, beberapa saat setelah terkena PHK, perusahaan tempat adiknya pernah bekerja itu diakuisisi pengusaha asal Timur Tengah. Adiknya itu kembali melamar dan diterima kembali bekerja. Jika dia tidak terkena PHK maka sang adik hanya mendapat gaji sesuai standar perusahaan terdahulu. Akan tetapi dia ter PHK dan masuk kembali sebagai orang baru, maka dia disikapi menejemen baru sebagai ekspatriat yang bekerja dengan posisi khusus. Untuk itu, sang adiknya mendapat gaji Rp. 125 juta setiap bulannya. “Begitulah cara Allah mengangkat derajat adik saya,” kata Yusuf Mansur.

***

Sekolah bisnis atau STMIK yang dimaksud Yusuf Mansur dalam video ini adalah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Kompoter Antar Bangsa. Sekolah tinggi ini didirikan Yusuf Mansur pada tahun 2007 dan memakai satu ruas ruko di Kawasan Bisnis BCD Ciledug.

Menurut Virda, karyawan yang ditugasi untuk melayani semua permintaan informasi, selama ini STMIK bisa beroperasi karena bekerjasama dengan Bina Sarana Informatika (BSI) sebuah lembaga penyelenggara pendidikan tinggi yang cukup terkenal.

Ketika ditanya soal konsep yang menurut Yusuf Mansur akan diajarkan kepada mahasiswa bagaimana mendekatkan diri kepada Si Pemilik Segalanya, Si Pemilik Maha Bisnis, yakni Allah SWT sehingga tak perlu belajar bisnis dari buku atau teori-teori bisnis, Virda tampak kebingungan. Begitu juga ketika ditanya soal bagaimana proses menuntun mahasiswa setiap hari untuk mendekati kepada Allah SWT yang dimulai dari pukul 02.30 tengah malam, Virda juga tampak lebih bingung.

Jadi ternyata, semua pujian Yusuf Mansur terhadap STMIK dalam video yang disebut tad hanyalah bahasa iklan yang bombastis. STMIK tak ada bedanya dengan lembaga sejenis yang hanya bisa jualan janji bisa cepat dapat tempat kerja. STMIK juga menjual nama dan foto Yusuf Mansur dalam brosur dan sapnduknya, dengan memberikan jaminan semua lulusannya bisa berjiawa leadership, berdedikasi tinggi serta akan memiliki networking dengan dunia usaha. Ini jelas bahasa iklan saja.

Dalam video yang tampil sebagai acara ceramah di Anteve ini, selalu muncul tulisan ajakan bersedekah kepada lembaga milik Yusuf Mansur, yakni Yayasan Darul Qur’an Nusantara. Hanya saja ajakan sedekah kali ini diberi judul ‘Sedekah Untuk Makan Santri’.

Iklan ajakan sedekah ini seakan menginformasikan bahwa untuk konsumsi santri yang mondok di pesantren Yusuf Mansur dijamin dari hasil sedekah masyarakat. Oleh karena itu, Yusuf Mansur terus beralasan bahwa sedekah yang dihimpun dari masyarakat itu memang untuk kepentingan konsumsi santri di pesantrennya.

Akan tetapi hal ini dibantah oleh salah satu orang tua santri Daarul Qur’an asal Lampung, Ibu Nurlina. Ibu ini bertemu penulis pada Ahad (4/9) di Pesantren Umul Quro, Leuwilang, Bogor. Ibu Nurlina memiliki tiga orang anak, masing-masing di sekolahkan di Pesantren Ummul Quro Bogor, Darunnajah Jakarta dan seorang lagi baru kelas 6 SD yang akan dia sekolahkan di Darul Qur’an milik Yusuf Mansur pada tahun depan.

Meski baru akan masuk pada tahun depan, namun orang tua murid, termasuk Ibu Nurlina, sudah harus mendaftarkan putranya pada Juli tahun ini. Sebelumya Ibu Nurlina membaca publikasi Pesantren Darul Qur’an yang hanya menerima pendaftaran satu atau dua tahun sebelumnya. Kuoto yang terbatas adalah alasan yang didapat Ibu Nurlina dari Darul Qur’an ketika dia bertanya tentang lamanya masa tunggu sebelum pembukaan tahun ajaran baru.

Biaya pendaftaran sebesar Rp. 500.000. Uang pendaftaran ini tidak akan dikembalikan jika calon santri dinyatakan tidak lulus. Sedangkan besarnya uang santri baru adalah Rp. 20 juta. Uang sebesar ini harus dilunasi saat pendaftaran. Namun, karena punya keuangan yang terbatas, Ibu Nurlina berjanji akan melunasinya pada Desember nanti. Jika nanti anaknya dinyatakan tidak lulus pada seleksi tahun depan atau jelang tahun ajaran baru, maka uang Rp. 20 juta bisa dikembalikan. Dengan demikian, uang orang tua calon santri sudah terendap dahulu selama setahun di Darul Qur’an. Bagaimana jika yang mendaftar ada 500 atau 1000 calon santri?

“Sebagai orang tua, kita tidak tahu anak kita masih bisa tertampung atau tidak, tapi hanya dinyatakan lulus atau tidak lulus,” kata ibu Nurlina.

Sedangkan biaya uang sekolah setiap bulan adalah Rp. 1.3 juta. “Tetapi pihak Darul Qur’an masih memungut beberapa jenis bayaran sehingga biaya setiap bulan seorang santri bisa mencapai Rp. 2 juta,” jelas ibu Nurlina.

Lalu bagaimana dengan publikasi selama ini, bahwa santri-santri Darul Qur’an itu dibiayai oleh sedekah dari masyarakat? Ibu Nurlina justru meragukan informasi ini. “Karena seorang santri untuk bisa dapat beasiswa dari Darul Qur’an itu harus memenuhi banyak persayaratan yang saya rasa mempersulit saja,” demikian katanya. Ibu ini kemudian mencotohkan, anak sepupunya yang berasal dari keluarga sederhana dan meminta pihak Darul Qur’an memberikan keringanan dalam pembayaran saja tidak dikabulkan.

Kembali ke video di atas. Yusuf Mansur dalam beberapa kesempatan berceramah selalu memulai dengan menginformasikan sekolah bisnisnya itu. Cerita sekolah bisnis itu dirangkai dengan kisah-kisah sekaligus doa dalam beberapa level. Allah Yang Maha Melihat, Maha Mengabulkan dan Maha Kuasa pasti akan mengabulkan doanya, seolah olah hanya dengan doa tanpa usaha apapun pasti akan Allah kabulkan dan Allah tunjukan kekuasaanNya. Padahal sudah jelas Allah berfirman dalam surat Ar-Rad ayat 11, yang artinya “Sungguh Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mengubah keadaan diri mereka sendiri”. Intinya apapun doa kita bila ingin dikabulkan harus dengan usaha juga, tidak bisa hanya dengan doa saja.

Sedangkan tentang keluhan ibu Nurlina tadi, pesantren Yusuf Mansur perlu menyampaikan laporan yang transparan dan akuntabel berapa sedekah yang diterima untuk program yang “dijual” kepada masyarakat. Sedekah untuk makan santri harus dilaporkan khusus dan penggunaannya juga harus benar- benar untuk makan santri.

Begitu pula tentang karir adik Yusuf Mansur yang melejit setelah sedekah gaji setahun senilai 84 juta dan kemudian setelah di PHK bekerja kembali di perusahaan yang sama dengan gaji 125 juta/bulan merupakan contoh yang menarik. Kalau itu benar dan bukan kisah fiktif, sebaiknya diinformasikan apa keahlian adik Yusuf Mansur itu.

Kalau kita cermati, dalam ceramah Yusuf Mansur selalu mengangkat tema baru untuk mencari “mangsanya” sehingga bisa bergabung dalam “proyek” dan bisnis yang menggiurkan, seperti bisnis yang menguntungkan bagi urusan akhirat.

Mengapa ini dilakukan Yusuf Mansur? Karena “proyek” lama dirasakan tidak lagi menguntungkan. Seperti Patungan Usaha dan Patungan Aset yang begitu bersemangat dikampanyekan namun belakangan menjadi proyek yang tak terurus, mangkrak. Hotel Siti di Pasar Baru, Tanggerang, Banten, yang diakui Yusuf Mansur sebagai hasil dari proyek Paturangan Usaha itu terlihat sepi pengunjung.

Sedangkan peserta Patungan Usaha yang sudah punya sertifikat hanya bisa menelan ludah karena sudah lebih dua tahun ini mereka tidak pernah menerima laporan. Itu karena para investor usaha atau proyek-proyek Yusuf Mansur sudah diyakinkan, bahwa uang yang mereka setorkan adalah sebagai sedekah. Jadi tak perlu lagi dipersoalkan.

Celah inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Yusuf Mansur untuk menciptakan “proyek” baru, dengan cerita fiktif baru dengan narasi yang memukau dan membuai.Tokoh dalam narasi Yusuf Mansur selalu ditampilkan dengan keadaan yang serba susah dan nelangsa. Tapi setelah mereka bersedekah, keajaiban terjadi dan hidup mereka berubah menjadi sukses dan kaya raya. Atau orang biasa yang bersedekah uang dalam jumlah besar, perhiasan, rumah, mobil atau asset berharga yang kemudian mendapatkan kesuksesan yang luar biasa. Cerita bualan ini dikisahkan Yusuf Mansur agar audiens saat itu juga mau merogoh uang, mencopot perhiasannya, melego mobol atau sepeda motornya, menyerahkan sertifikat dan harta lainnya. Seperti hipnotis, audiens langsung melakukan itu.[]

***

CATATAB. Kepada teman perempuan Yusuf Mansur yang sukses bersekolah di Amerika yang bersuamikan pria sederhana itu dan adik Yusuf Mansur yang diceritakan dalam video ini (atau siapapun yang mengetahui keberadaan kedua tokoh ini) penulis meminta waktu untuk bersilahturahmi di mana saja selama masih di Indonesia. Silahturahmi ini bertujuan agar bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan pembaca thayyibah.com. Silahkan menghubungi penulis di email milik redaksi thayyibah.com. Terima kasih.

Online Drugstore,buy cialis viagra levitra online,Free shipping,clomid costco,Discount 10%

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.