Ustadzah Suryani Thahir Berpulang

Siti Suryani Thahirthayyibah.com :: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, berita duka menghampiri umat Islam Indonesia, Ustadzah Dr. Hj. Siti Suryani Thahir pada Sabtu (5/9/2015) meninggal dunia. Ulama perempuan Betawi ini menghembuskan nafas terakhirnya di Rumas Sakite Premier, Kampung Melayu, Jakarta pukul 03.30 dini hari. Redaksi thayyibah.com menerima berita duka ini Ustadzah Ni’maturrahmah, pimpinan salah satu majelis taklim di Cakung, Jakarta Timur.

Menurut informasi, jenazah almarhumah akan disholatkan di Masjid Attahiriyah, Kampung Melayu pada pukul 12.00 atau setelah Sholat Zuhur. Jenazah kemudian akan dimakamkan di Assuryaniah Islamic Center, Cimuning Bekasi, Jawa Barat.

Sesaat setelah berita duka ini beredar, ucapan belasungkawa datang dari berbagai pihak. Salah satunya dari Ustadzah Hj. Atiqoh Noer, MA. Pimpinan Pondok Pesantren Attaqwa Putri, Ujungharapan Bahagia, Bekasi sekaligus Pimpinan Majelis Taklim Ruysdatul Ummah, Bekasi ini menyampaikan rasa dukanya yang mendalam. “Mari kita doakan beliau agar Allah SWT mengampuni segala kesalahannya dan menerima semua amal ibdahnya dan tempat beliau di surgaNya,” demikian pesan Ustdzah Atiqoh. Selanjutnya putri Kiyai Noer Alie ini menghimbau kepada alumni Attaqwa Putri khususnya dan ummat Islam Bekasi umumnya untuk mendoakan beliau. “Karena Ustadzah Siti Suryani adalah satu dari sedikit ulama peremuan di Jakarta yang telah berjuang dalam mendidik kaum perempuan Jakarta dan Jawa Barat melalui majelis taklim,” tambah Ustadzaj Atiqoh.

Lahir 1 januari 1940 di Kebon baru Tebet Jakarta selatan dini pasangan Thahir Rahili dan Salbiyab Ramli, kekeknya seorang tuan tanah yang disegani, sekolah SR di Bukit Pasirduri kebon baru Jakarta selatan tabun 1947, sorenya belajar agama di Madrasah Dinniyah Awwaliyah As syafi’iyah, Bali Matraman Jakarta. Disini ia mendapat bimbingan langsung dari Kiyai Abdullab Syafi’I atau ayahanda dari Ustadzah Tuty Alawiyah. Sebenarma ayah Suryani telah memiliki madrasah pada waktu itu, yakni Madrasah Sa’dutthoriqain sejak 1939 yang kemudian pada tahun 1951 namanya diubah menjadi Atthahiriah.

Suryani melanjutkan sekolahnya di Diniyah Putri, Padang Panjang, Sumatera Barat selama tiga tahun. Setelah itu lalu Suryani bersama sembilan suadaranya dikirim ke Timur tengah. Suryani, Syauqi, Anwar Sadat, Nonon Thoyibah dan Dardiriyah di Mesir, Ambariyah di Mekah, Khudriyah di Madinah, Darmiyah di lrak dan A.Ghozi di Syiria. Begitulah KiyaiThohir Rohili mendidik anak-anak tanpa membedakan kesempatan satu sarna lain.

Sebelum belajar ke Mesir itu Suryani menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya yaitu Syatiri Ahmad, seorang sarjana jebolan lAIN Sunan Kalijaga yang kebetulan mendapat beasiswa dari Univeritas Al Azhar Kairo. Di Mesir, Suryani kuliah di Kuliyatul Lil Al Banat jurusan Dirasah Islamiyah. Pasangan suami istri ini tinggal di Mesir selama delapan tahun.

Sekembalinya dari sekolah di Mesir ia membuka majelis talim di rumahnya, di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.

Seiring berjalannya waktu jamaahnya makin banyak dan tersebar dipelosok Jabodetabek. dengan semakin bertambah jamaahnya maka Suryani meresmikan berdirinya Majlis Ta’lim Kaum Ibu Attahiriyah (MTKIA). Majelis Taklim Attahiriyah boleh dikatakan sebagai pionir bagi majelis taklim di Jakarta dan sekitarnya. Setelah majelis taklim ini berjalan, Suryani dibantu suaminya mulai mengembangkan pendidikan agama dengan mendirikan Kursus bahasa Arab dan Agama.

Ketertarikan jamaah terhadap maj lis Ta’lim Attahiriyah adalah pola pengajaran yang dilakukan oleh Suryani Tahir dengan pendekatan dancara yang berbeda dari yang biasa dilakukan oleh para pengkaji kitab kuning yang sudah ada. Biasanya dalam pengajian kitab kuning murid hanya “ngaji nguping” hanya menyimak penjelasan sang guru, maka dengan Suryani pola tersebut diubah dengan cara memberikan kesempatan kepada anggota majlis untuk membaca sendiri kitab kuning yang menjadi bahan pengajian. Setelah memberi penjelasan, Suryani juga membuka dialog interaktif. Hal lain yang menarik dari majelis taklim ini adalah dengan menghadirkan penceramah atau semacam dosen tamu. Para ulama yang sering diundang untuk memberikan ilmunya di majelis taklim ini diantaranya Dr. Nachrowi Abdussalam, Dr. Wahfiudin, Dr. Mulya Tarmidzi, Drs. Effendi Zarkasih dan lain-lain.

Langkah Suryani Tahir dalam bidang dakhwah terus mengalir dengan ide-ide cemerlangnya. Metode majlis taklim yang monoton diubahnya dengan sentuhan akademis, sehingga selain mengaji kitab kuning, untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan diadakan seminar dengan mengundang para pakar yang kompeten dibidangnya. Belakangan, Suryani juga Membuka biro perjalanan Haji dan Umroh dan akhimya mendirikan Universitas Islam Attahiriyah (UNIAT) Jakarta.

Selamat jalan Ustadzah Suryani. Hari ini dan seterusnya, jutaan murid-muridmu yang kini tersebar di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara mendokanmu. (darso arief/thayyibah).

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.