INVESTIGASI

(Foto : Istimewa) Sesuai keputusan PN Jakarta Selatan, Jam’an (Yusuf) Mansur harus membayar kepada Zaini Musthafa sebesar 1 milyar lebih dan kepada mantan karyawan Paytren, Jam’an akan hadapi eksekusi PHI lebih dari 400 juta. Apakah Jam’an cukup punya uang untuk membayar kedua masalah itu..? Tentu saja. Karena dia punya usaha  berasset dan beromset berbilang milyar.

(Foto : Depri) Uang yang dikumpulkan Suwarto sepuluh tahun lalu dari hasil kuli bangunan diinvestasikan semuanya kepada Jam’an (Yusuf) Mansur. Tepat 10 tahun kemudian harapan mendapatkan uangnya kembali dengan keuntungannya buyar. Cuma satu permintaan Suwarto kepada Jam’an, pulangkan uangnya dan jangan macam-macam.

Dua warga Cipondoh, Tengerang merasa terpedaya dengan CV. Keysha Almansur Property Agent. Bermaksud membeli rumah lewat perusahaan itu setelah uang mereka setor. Namun rumah tak kunjung dimiliki dan uang tak kembali. Lalu muncul Jam’an (Yusuf) Mansur dalam masalah mereka. Sebenarnya ada hubungan apa Jam’an (Yusuf) Mansur dengan perusahaan itu..?  

  Pengurus PPPA Darul Qur’an, lembaga pengumpul dan penyalur zakat – infak – sedekah (ZIS) milik Jam’an (Yusuf) Mansur menolak permintaan wawancara. Begitu juga dengan pegawai di PPPA Cirebon. Bahkan permintaan foto bersama pun mereka menolak. Ada apa sebenarnya?

  Paytren Jam’an (Yusuf) Mansur benar segera bangkrut? Merugi dan terjadi PHK besar-besaran terhadap karyawannya. Sementara Jam’an akan hadapi masalah (hukum) baru.  

Masih ada aktivitas di kantor Paytren di Bandung. Tapi sesungguhnya Paytren sudah tak ada geliat, seperti menunggu nafas penghabisan. Sementara gugatan para karyawannya terus berjalan dan bakal ada gugatan berikut dari karyawan yang lain.  

Tanah seluas 21 ha milik 17 keluarga di Kampung Jengkol, Desa Leuwibatu,   Rumpin, Bogor dibuat terkatung-katung oleh Jam’an (Yusuf) Mansur.

  Tahun lalu, Jam’an (Yusuf) Mansur mengajak orang daftarkan anak di Daarul Mansur, di Rumpin, Bogor. Orang juga diajak bersedekah membeli lahan itu. Sayang tanahnya belum dibayar sehingga kembali lagi ke pemiliknya. Sebuah modus yang awalnya dikira sekedar isu.  

  April lalu, ketika perselisihan jamaah masjid Al Hurriyah, Kebon Sirih, Jakarta Pusat dengan MNC sedang memanas, Jam’an (Yusuf) Mansur mengunjungi Masjid Al Hurriyah baru yang berada di Pejaten, Jakarta Selatan. Apakah Jam’an disuruh atau inisiatif sendiri? Ada apa antara Jam’an dengan perselisihan Al Hurriyah?  

  Selain Daqu sebagai pesantren, Jam’an (Yusuf) Mansur juga mau punya perusahaan bernama Daqu, lengkapnya PT. Daqu Baja Indonesia. Jadi, jika Jam’an meminta sedekah/infak atau saat memberikan sedekah/infak kepada Jam’an kita perlu mempertegas, untuk Daqu yang mana..?