thayyibah.com :: Di dalam Islam, niat memiliki kedudukan yang amat penting dalam amal seseorang. Terkait itu, Rasulullah saw. bersabda, “Sungguh amal itu bergantung pada niatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim). .
Rasulullah saw., saat ditanya perihal seseorang yang berperang dengan tujuan demi unjuk keberanian, yang berperang dengan tujuan demi unjuk kesombongan, yang berperang atas dasar kebencian, yang berperang demi unjuk kehebatan; manakah di antara semua itu yang termasuk ke dalam jihad fi-sabilillah? Beliau menjawab, “Siapa saja yang berperang dengan tujuan semata-mata demi meninggikan kalimat (agama) Allah, itulah yang disebut dengan jihad fi sabilillah.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas dengan jelas menerangkan bahwa amal perbuatan apapun—yang benar dalam pandangan syariah—hanya benar-benar dapat dinilai baik jika disertai dengan niat yang lurus di dalam hati. Contohnya adalah jihad. Jihad tentu amal yang agung. Namun, saat niatnya bukan semat-mata demi meninggikan kalimat (agama) Allah SWT, ia tidak terkategori jihad fi sabilillah yang amat besar pahalanya. Begitu pula amal-amal yang lain. Meski secara lahiriah benar karena terkategori amalan yang disyariahkan seperti shalat, zakat, haji, sedekah, menuntut ilmu, dll, jika semua itu dilakukan bukan karena Allah SWT, tentu sia-sia; tidak ada nilainya di sisi-Nya.
Jika amal lahiriah yang disyariahkan saja tidak dinilai baik jika niatnya tidak lurus, apalagi sakadar penampilan fisik kita yang dianggap sudah baik. Di sinilah pentingnya kita memahami sabda Rasulullah saw., “Sungguh Allah SWT itu tidak memperhatikan tubuh-tubuh kalian, tidak pula bentuk rupa kalian. Namun, Dia memperhatikan kalbu-kalbu kalian.” (HR Muslim).
(Loveislam)