Mengelola Kekuasaan dengan Pengetahuan
Oleh: Muhammad Anis Matta, LC
(Ketua Bidang Kerjasama Internasional DPP PKS)
SALATIGA – Pada dasarnya, mengelola kekuasaan merupakan pekerjaan ilmiah. Seorang pemimpin idealnya menjadikan pengetahuan sebagai pijakan dalam mengambil kebijakan. Pemimpin yang tidak memiliki ilmu akan mendatangkan kesulitan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Hal tersebut disampaikan Anis Matta saat mengisi Tarhib Ramadhan bertema “Indonesia Cinta Ramadhan, Islam, dan Keutuhan NKRI”, pada Sabtu (13/5/2017), di Hotel Laras Asri, Salatiga, Jawa Tengah.
“Ada hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan dan kekuasaan. Itulah sebabnya Umar bin Khattab berwasiat kepada kita, belajarlah kalian sebelum memimpin. Karena pada dasarnya, mengelola pemerintahan itu merupakan pekerjaan yang scientific, ada ilmunya,” buka Anis.
Di era demokrasi, lanjut presiden PKS periode 2013-2015 itu, pekerjaan politik sebenarnya menjadi lebih sederhana. Pemimpin diangkat berdasarkan suara terbanyak. Kondisinya pun dipermudah dengan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang menjadi populer dalam waktu yang singkat.
Tapi, masalah tidak selesai hanya dengan terpilihnya seorang pemimpin. Karena pemimpin yang tidak memiliki pengetahuan juga merupakan bagian dari masalah. Pemimpin jenis ini akan melakukan banyak kesalahan yang memalukan sepanjang masa kepemimpinannya.
“Orang yang mengalami lack of knowledge, kekurangan pengetahuan, akan melakukan blunder waktu dia mengelola pemerintahan. Karena basis pengetahuannya tidak cukup untuk mengelola kekuasan yang ada padanya. Ketika orang yang kekurangan pengetahuan itu berkuasa, dia akan lebih banyak menggunakan porsi kekuasaannya daripada pengetahuannya,” ungkap Anis.
Padahal, Sun Tzu pernah menyebutkan cara untuk meraih kemenangan terbesar. Ahli militer Cina itu mengatakan bahwa kemenangan yang paling besar diraih bukan ketika musuh kalah sampai sehancur-hancurnya. Kemenangan besar diraih ketika bisa menaklukkan lawan tanpa harus melalui pertempuran.
Jauh hari sebelum itu, Nabi Sulaiman telah berhasil menundukkan Ratu Bilqis tanpa peperangan. Meski memiliki kekuatan untuk meratakan istana Bilqis dengan tanah, dia tidak menggunakannya. Anak Nabi Daud itu memilih menggunakan pendekatan persuasif. Hasilnya, ratu cantik yang semula menyembah matahari itu menjadi beriman dan mengikhlaskan diri untuk takluk kepadanya.
“Ibaratnya, Anda dihadapkan pada tombol-tombol. Jika Anda punya pengetahuan, Anda tahu tombol mana yang akan Anda pencet untuk waktu dan tempat yang tepat. Tapi, jika Anda tidak punya pengetahuan, Anda pasti memencet semua tombol sekaligus. Itulah sumber kesalahan dan kekacauan,” simpulnya.