Si Anak yang Bertekad Menaklukkan Konstantinopel
Oleh : Indratno Widiarto
Kalau ada yang bilang “mimpi itu gratis,” Sultan Mehmet II, alias Al-Fatih, adalah buktinya. Bayangkan, dari kecil sudah bercita-cita jadi penakluk Konstantinopel. Ini bukan mimpi biasa, lho. Ini mimpi yang disulut oleh nubuat Nabi Muhammad SAW:
“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”
Pernah dengar kan, kalau anak kecil sering ditanya, “Mau jadi apa kalau gede?” Nah, Mehmet kecil punya jawaban anti-mainstream: “Mau jadi penakluk Konstantinopel!”
Masa Kecil dan Pendidikan
Lahir tahun 1432, Mehmet kecil ini bukan anak biasa. Ayahnya, Sultan Murad II, pastikan Mehmet punya pendidikan kelas wahid. Gurunya nggak cuma ngajarin baca tulis, tapi juga matematika, astronomi, strategi militer, bahkan teologi Islam.
Ada cerita lucu tapi menginspirasi. Waktu kecil, Mehmet ini bandel banget. Sampai ayahnya bilang ke gurunya, “Kalau nggak keras, anak ini bakal tumbuh jadi manja.” Jadi, Mehmet digembleng habis-habisan. Dari bandel jadi serius banget.
Belajar bahasa? Wah, jangan ditanya. Anak ini poliglot sejati. Dia bisa bahasa Arab, Persia, Latin, Yunani, dan Turki. Intinya, dia siap jadi pemimpin dunia.
Obsesi pada Konstantinopel
Sejak kecil, Mehmet tahu nubuat Nabi tentang Konstantinopel. Kota itu seperti harta karun yang belum ditemukan. Strategis banget, menghubungkan Eropa dan Asia, dikelilingi tembok raksasa, dan punya nama besar sebagai pusat Kekaisaran Bizantium.
Ayahnya sempat mencoba menaklukkan kota itu, tapi gagal. Banyak sultan sebelumnya juga mencoba, tapi semua balik dengan tangan kosong. Bukannya takut gagal, Mehmet malah makin terobsesi.
Saat Menjadi Sultan
Di usia 19 tahun, Mehmet naik takhta. Anak muda, baru 19 tahun, tapi ambisinya segede galaksi. Dia langsung mulai menyusun strategi buat wujudkan mimpinya.
Yang bikin dia hebat, Mehmet nggak cuma andal perang, tapi juga taktik. Dia bikin meriam raksasa yang namanya Dardanelles Gun. Meriam ini besar banget sampai butuh waktu berminggu-minggu buat pindahin ke medan perang. Selain itu, dia juga membangun benteng Rumeli Hisarı di seberang Bosphorus buat memutus suplai Konstantinopel.
Momen Emas: Tahun 1453
Setelah berbulan-bulan mengepung, akhirnya Mehmet dan pasukannya berhasil masuk Konstantinopel pada 29 Mei 1453. Strateginya jenius, mulai dari serangan meriam sampai memindahkan kapal lewat daratan untuk menghindari rantai pelindung di Golden Horn.
Bayangkan betapa kerennya: kota yang disebut “tak tertaklukkan” selama lebih dari 1.000 tahun akhirnya jatuh ke tangan seorang pemuda berusia 21 tahun!
Warisan dan Legenda
Setelah Konstantinopel jatuh, Mehmet langsung mengubah Hagia Sophia jadi masjid, sebagai simbol kemenangan Islam. Dia juga mengganti nama kota itu jadi Istanbul, meskipun butuh waktu ratusan tahun sampai nama itu populer.
Mehmet nggak cuma berhenti di situ. Dia terus memperluas kekuasaan Utsmani, bikin Istanbul jadi pusat peradaban, dan membangun citra sebagai pemimpin yang adil.
Kenapa Kisah Mehmet Inspiratif?
Karena dia bukti hidup bahwa mimpi besar butuh kerja keras, strategi, dan doa. Kalau anak muda zaman sekarang bilang, “Kamu harus all in buat cita-citamu,” Mehmet udah praktikkan itu sejak 500 tahun lalu.
Jadi, kalau kamu punya cita-cita yang terdengar mustahil, ingat Mehmet II. Siapa tahu, kamu bisa jadi “penakluk Konstantinopel” di bidangmu sendiri!