thayyibah.com :: Alloh subhanahuawta’ala telah memilih umat Muhammad Sholallohu’alaihi wa Sallam untuk memikul tugas dakwah islam yang mulia, dan tugas mulia ini tidak diberikan pada makhluk Alloh Subhanahuawta’ala yang lain, sampai Gunung-gunung pun tak sanggup mengembannya. Dan tidak semua manusia diberikan kesempatan untuk ikut mengemban tugas dakwah ini, hanya hamba-hamba Alloh Subhanahuawta’ala yang beriman saja yang mampu memikul tugas dakwah ini.
Sungguh beruntung dan berbahagialah orang-orang yang dipilih AllohSubhanahuawta’ala untuk meniti jalan dakwah ini. Sebagaimana firman AllohSubhanahuawta’ala : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. ali ‘Imron [3]: 104)
Maka sungguh rugilah orang-orang yang sudah diberikan kesempatan untuk ikut meniti jalan dakwah islam ini dan sudah berjalan sekian waktu, namun sebelum sampai ke tujuan atau ajal menjemput, dia sudah keluar dari jalur dakwah ini karena syahwat atau syubhat. Kalau saja mereka yang keluar mau bersabar sebentar, tentu kebahagiaan yang hakiki pun mereka akan meraihnya. Lebih rugi lagi orang-orang yang menghalang-halangi jalannya tugas dakwah ini.
Tugas dakwah hanya mampu diemban oleh orang-orang yang terbaik, karena dakwah adalah sebaik-baik perkataan dan sebaik-baik amal. Tidak ada perbuatan lain yang lebih baik selain tugas dakwah menyeru kepada yang makruf dan melarang dari yang munkar. Sungguh beruntunglah mereka yang terlibat aktif dalam dakwah kerana ia telah melakukan sebaik-baik amal perbuatan.
Pengemban panji dakwah bukan hanya bahagia di dunia tetapi di akhirat. Dengan kebahagiaan yang kekal Alloh Subhanahuawta’ala memberikan pahala yang besar bagi mereka. Rosululloh bersabda kepada Ali bin Abi Tholib: “Demi Alloh, jika AllohSubhanahuawta’ala memberikan hidayah kepada seseorang karena (dakwah) mu, maka itu lebih baik bagimu dari pada unta merah.” (Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Ibnu Hajar Al-‘Asqolani ketika menjelaskan hadits ini, ia mengatakan bahwa: “Unta merah adalah kendaraan yang sangat dibanggakan oleh orang Arab pada saat itu.”
Bahagia nya para pengemban tugas dakwah pun dikuatkan dengan doa-doa para makhluk ciptaan Alloh Subhanahuawta’ala yang berada di langit dan bumi, sampai ikan-ikan di lautan dan semut-semut di lubangpun mendoakan mereka. Hal ini sebagaimana Rosululloh bersabda: “Sesungguhnya Alloh yang memberi banyak kebaikan, sampai para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut yang ada di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR. at-Tirmidzi).
Berapa banyak jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di dunia ini? Bayangkan betapa besar kebaikan yang diperoleh oleh seorang da’i dengan doa mereka semua!
Imam at-Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga mengutip ucapan Fudhail bin ‘Iyadh yang mengatakan:
“Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan dipanggil sebagai orang besar (mulia) di kerajaan langit.”
Kebagiaan yang lain adalah bahwa orang-orang yang berdakwah tidak hanya pada besarnya balasan pahala untuknya, lebih dari itu pahalanya akan terus menerus mengalir kepadanya meskipun ia telah wafat. sebagaimana sabda Rosululloh berikut ini:
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada perbuatan baik dalam Islam, lalu diamalkan oleh orang lain, maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya tanpa dikurangi sedikit pun pahala mereka yang mengamalkannya.” (HR. Muslim)
Pengemban dakwah adalah orang-orang yang akan pertama diselamatkan AllohSubhanahuawta’ala. Dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dakwahnya. Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Alloh Subhanahuawta’ala sehingga ia terhindar dari adzab Alloh Subhanahuawta’ala . Sebagaimana firman Alloh Subhanahuawta’ala yang artinya:
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zholim yaitu siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS.al-A’raaf [7] : 165)
Ayat ini adalah pelajaran bagi orang-orang yang berpikir. Sebelum ayat ini dikisahkan bahwa ada daerah yang bernama “Aylah.” atau “Eliah,” sebuah perkampungan Bani Isroil. Penduduknya diperintahkan Alloh Subhanahuawta’ala untuk menghormati hari Jum’at dan menjadikannya hari besar, namun mereka tidak bersedia dan lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai hukumannya Alloh Subhanahuawta’ala melarang mereka untuk mencari dan memakan ikan di hari Sabtu, dan Alloh Subhanahuawta’ala membuat ikan-ikan tidak muncul kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari Sabtu masuk ke dalam perangkap lalu mereka mengambilnya di hari Ahad dan memakannya. Sementara orang-orang yang tidak melanggar larangan Alloh Subhanahuawta’ala terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka yang mencegah kemungkaran dan mereka yang diam saja.
Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan mereka yang berdakwah mengingatkan saudara-saudaranya yang melanggar larangan Alloh Subhanahuawta’ala. Dialog ini disebutkan dalam Al-Qur’an:
Dan tanyakanlah kepada Bani Isroil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang selain itu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: ‘Mengapa kamu menasehati kaum yang Alloh akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?’ Mereka menjawab: ‘Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa.’ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zholim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. al-A’rof [7]: 163-165)
Perhatikan jawaban orang-orang yang berdakwah ketika ditanya mengapa mereka menasehati orang-orang yang melanggar perintah Alloh Subhanahuawta’ala:
1. Kami berdakwah agar menjadi argumentasi & penyelamat kami dihadapan Alloh Subhanahuawta’ala.
2. Mudah-mudahan mereka bertakwa.
Dari dua ayat ini dijelaskan bahwa yang diselamatkan Alloh dari azab-Nya adalah orang-orang yang melarang perbuatan maksiat. Dan yang akan dibinasakan adalah yang melakukan kemungkaran dan orang-orang yang tidak berdakwah.
Jadi, dakwah adalah kunci ke bahagia an dan solusi setiap permasalahan yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan. Semoga kita termauk orang-orang yang senantiasa diistiqomahkan dijalan dakwah, terutama untuk memajukan “Dakwah Islam di Indonesia”. (put/thayyibah)