Oleh: Joko Intarto
Saya ngeri: Kalau PPKM akan diperpanjang lagi. Apalagi kalau beneran diperpanjang hingga tahun 2022.
Sudahlah. Tidak perlu PPKM lagi. Walau diganti dengan istilah lain.
Saya merasa perpanjangan PPKM itu kurang berguna. Hanya membuat polisi makin capek saja. Ditambah anggaran belanja negara terbuang percuma.
Semua sudah sama-sama tahu. Dalam PPKM, satu jalan dicegat, tapi jalan lain dibiarkan saja. Apa memang begitu caranya?
Kalau hanya seperti itu, PPKM bukan solusi cerdas. PPKM itu hanya menyusahkan masyarakat yang taat. Tapi menjadi olok-olokan masyarakat yang bandel.
Mungkin ada yang mengatakan, berkat PPKM jumlah BOR di RS menurun drastis.
Benarkah BOR di RS turun karena suksesnya PPKM? Saya tidak yakin.
Sekarang orang sedang takut periksa kesehatan di rumah sakit, klinik maupun puskesmas. Apalagi kalau gejala klinisnya batuk, demam ditambah memang punya komorbid.
Mereka pilih sakit sampai mati di rumah sendiri ketimbang masuk ruang isolasi di RS yang akhirnya juga mati.
Tanpa periksa dokter, mereka terbebas dari cap korban Covid-19. Sakit di rumah ada tetangga dan teman yang menjenguk. Kalau mati pun ada yang datang melayat dan ikut menguburkan.
Dikunjungi sahabat saat sakit dan ditakziyahi ketika meninggal merupakan barang mewah dua tahun terakhir ini.
Daripada PPKM lagi, lebih baik pemerintah mengumpulkan gagasan masyarakat yang bisa menurunkan kerumunan sosial, yang bisa memaksa masyarakat taat prokes dan ikut vaksinasi.(jto)