Breaking News
(Foto-foto : Doni Riw)

Mudik dan Kebon Kopi

Oleh: Doni Riw

Dahulu, di belakang rumahku ada lembah kecil dengan kebun kopi di dalamnya. Setiap musim bunga, aromanya semerbak masuk sampai ke dalam kamar, melalui celah-celah dinding kayu. Bunga putih di tengah rimbun hijau dedaunan melengkapi dengan elemen visual yang senada dengan aromanya. Udara dingin menyempurnakan suasananya.

Kampungku ini menempel di kaki Gunung Perahu. Di puncaknya ada dataran tinggi Dieng.  Di kaki gunung sebelah selatan ada kota Wonosobo. Kampungku di sebaliknya, di kaki gunung bagian utara.

Beberapa tahun terakhir ini, kebun kopi itu sudah lenyap. Berubah menjadi kapling perumahan. Oh iya, kebun kopi itu bukan milikku. Rumah orang tuaku kecil saja, berdiri ringan di sebelahnya.

Aku coba menelusuri kapling itu sampai ke ujung, di mana lembah yang lebih dalam berada di sisinya. Dalamnya mungkin sekitar belasan meter. Di dasarnya ada sungai kecil tempat kami dahulu mandi dan mencuci.

Ternyata di sebelah lembah itu masih tersisa sepetak kebun kopi. Tapi sayang tidak sedang musim bunga. Tapi cukup membawa pada suasana masa lalu, saat diri masih remaja.

Kini semua beranjak menua. Rumah kecil ini nampak makin renta. Beberapa dindingnya mulai keropos. Bapak sudah meninggalkan kami sekitar enam tahun yang lalu. Ibu sudah semakin sepuh, lengannya retak karena jatuh. Tapi alhamdulillah lebaran kali ini kami bisa membersamai beliau, meski harus pulang di tengah suasana larangan mudik.

Sahabat yang dahulu ku kenal satu persatu telah pergi mendahului. Sementara kampung ini tetap ada, meski kelak akan turut hancur bersama gunung-gunung yang beterbangan bagai bulu.

(Foto-foto : Doni Riw)

Dunia memang tak selamanya. Hanya ladang ujian yang kelak harus dipertanggung jawabkan di hadapan Sang Maha Kuasa.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur