Breaking News
Penulis (kanan) dan Yusuf Mansur berfoto bersama sesaat setelah pemakaman alm KH. Arifin Ilham (Foto : Istimewa)

PENGAKUAN TATYANA TENTANG YUSUF MANSUR (2)

Tatyana : “Saya Masih Menunggu Waktu yang Tepat untuk Keluar”

 

Salah satu sudut Kota Sukabumi (Foto : Istimewa)

Setelah artikel ‘Pengakuan Mantan Istri Isteri Yusuf Mansur : Dia Pembohong’  tayang di media ini (https://thayyibah.com/2021/02/08/42420/pengakuan-mantan-isteri-yusuf-mansur-dia-pembohong/)

Wartawan dari beberapa media online dan elektronik menghubungi redaksi. Banyak permintaan mereka. Mulai dari meminta nama sebenarnya, alamat rumah, nomor telepon hingga bukti pengakuan perempuan dalam artikel tersebut. Para jurnalis itu mendesak redaksi untuk adakan pertemuan dengan mereka.

Kamis (11/2) redaksi akhirnya bertemu dengan para wartawan ibukota di sebuah tempat tak jauh dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Pada pertemuan itu, redaksi menyampaikan kronologis dari awal hingga artikel tersebut ditayangkan. Tak lupa redaksi menyampaikan bukti-bukti tentang telah disampaiakannya pertanyaan dan klarifikasi serta permintaan memberikan tanggapan kepada Yusuf Mansur.  Redaksi juga menunjukkan bukti, bahwa artikel itu juga sudah disampaikan terlebih dahulu kepada Tatyana.

Tidak puas sampai di situ, para jurnalis ini juga meminta agar redaksi bisa menunjukkan kediaman Tatyana di Sukabumi. Ini sebagai pembuktian dari pernyataan redaksi, bahwa sudah menconfirmasi dengan mendatangi langsung sebuah alamat yang pernah diberikan Tatyana sendiri.

Atas permintaan itu, Sabtu (6/3) lalu, penulis bersama dua reporter dari situs berita terkemuka pergi ke Sukabumi. Tujuan utamanya adalah sebuah rumah yang terletak di Perum KC. Rumah yang dituju itu berdekatan dengan sebuah kos-kosan elit yang masih dalam kawasan Salabintana, Kota Sukabumi.

Sayang, rumah yang dituju dalam keadaan kosong. Menurut seorang ibu tetangga rumah tersebut, penghuni rumah itu dua bulan lalu pergi ke Jawa Tengah untuk sebuah urusan keluarga.

Si ibu tetangga rumah yang keberatan namanya disebut ini kemudian memberi saran agar penulis dan rekan-rekan wartawan mencari informasi ke Perum PE. Karena yang dia tau, Tatyana selama ini tinggal di sana. “Rumah ini lebih sering ditempati Ibu Hajah R,” jelas ibu tetangga rumah itu.

Penulis (kanan) dan Yusuf Mansur berfoto bersama sesaat setelah pemakaman alm KH. Arifin Ilham (Foto : Istimewa)

Dari Pak Maman Ketua RT setempat, penulis mendapat penjelasanan, bahwa Ibu Hajah R sering ke luar kota. “Karena beliau sudah pensiun, jadi suka silahturahmi ke rumah anak dan saudara-saudaranya,” demikian Pak Maman memberikan alasan.

Penulis dan dua rekan wartawan itu menuju Perum PE mengukuti petunjukan si ibu tetangga. Perum PE terbilang perumahan kelas atas di Sukabumi. Masih berada dalam Kota Sukabumi dan hanya 20 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat dari kawasan Salabintana.

Perum PE dikelompokkan dalam tiga blok yang dibagi dalam tiga Rukun Tetangga (RT). Meski tak begitu luas tapi itu bukanlah hal mudah menemukan jejak penghuninya. Kesibukan di luar rumah dan keakraban yang berjarak membuat para penghuni jarang bersosialisasi. Karenanya, kalimat ‘tidak kenal’ dan ‘tidak tahu’ adalah jawaban yang sering dilontarkan oleh penghuni yang ditemui.

Secara terpisah penulis menemui ketiga ketua RT di Perum PE itu. Penulis memperkenalkan diri dan dua rekan wartawan itu sekaligus menyampaikan maksud kedatangan. Para Ketua RT di situ tidak bisa memberikan kepastian tentang orang yang penulis dan para wartawan cari. Kewaspadaan dan kehati-hatian yang pantas.

Setelah mengantongi nomor telepon salah satu Ketua RT, penulis dan kedua wartawan meninggalkan Sukabumi ketika matahari sudah jauh condong di Barat.

Ahad (7/3) jelang maghrib, penulis mengirim pesan  whatsapp kepada salah satu ketua RT di Perum PE itu. Penulis kembali mengingatkan dan meminta tolong soal orang yang penulis hendak temui. Jika saja benar adalah warganya, maka penulis meminta untuk bersama-sama menemuinya di waktu yang akan datang. “Saya masih di jalan dari Jakarta menuju Sukabumi”, begitu jawab bapak ketua RT itu.

Di luar sangka, jelang tengah malam itu, Tatyana menelpon penulis. Kali ini dia memakai nomor baru, berbeda dengan nomor yang pernah digunakan sebelumnya.

Awalnya Tatyana memprotes sikap penulis yang telah berusaha menemuinya ke Sukabumi bersama wartawan lain. Dia juga keberatan sikap penulis yang menumui tetangga dan ketua RT setempat. Dia sesalkan penulis yang tidak bersabar sampai dia menghubungi penulis. “Saya masih menunggu waktu yang tepat untuk tampil ke publik,” begitu alasannya.

Tatyana juga mengatakan, dia bisa saja memberikan bantahan terhadap artikel yang pernah tayang di media ini. Hanya saja, bantahan seperti apa yang direncanakan, Tatyana tidak memberikan penjelasan. Setelah lebih dari sejam, diakhir pembicaraan Tatyana kembali berjanji akan menemui penulis untuk bericara.

Senin (8/3) penulis mengirim pesan whatsapp, meminta Tatyana siapkan waktu bertemu seperti yang telah diucapkan malam sebelumnya. “Nanti saya pertimbangkan dulu,” begitu singkat jawab Tatyana.

 

 

About Darso Arief

Lahir di Papela, Pulau Rote, NTT. Alumni Pesantren Attaqwa, Ujungharapan, Bekasi. Karir jurnalistiknya dimulai dari Pos Kota Group dan Majalah Amanah. Tinggal di Bekasi, Jawa Barat.