Vaksin Sinovac (Foto : Tirti)

Vaksin Dalam Kacamata Ilmu Nahwu

 Oleh: Gus Nur

Vaksin Sinovac (Foto : Tirto)

Dulu bangat almagfurlah kiyai saya menjelaskan, kalo asal muasal vaksin itu dari penggalan hadits:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ.

“Semua penyakit ada obatnya.” [HR. Muslim]

Penjelasannya simple banget. Dan itu bisa dipahami ketika diterjemahkan pake bhs jawa mengikuti makna sebenarnya.

Nah, hadits tersebut diawali dengan “Li” yang merupakan huruf jer. Huruf jer sendiri mengandung “ma’na mustaqirr” yang artinya “terkandung memiliki”.

Kalo ditarjim pake bahasa Jawa:

لِكُلِّ دَاءٍ

“Lan iku tetep keduwe ing dalem saben-saben penyakit.” (Dan itu terdapat didalam setiap penyakit).

دَوَاءٌ

“Utawi obat.”(Adalah obat).

Atau terjemah bebasnya, obat itu terkandung dalam tiap-tiap penyakit. Obat itu ada dalam penyakit itu sendiri, bukan diluar penyakit.

Jadi ketika ada virus yang bikin penyakit, maka dalam virusnya sendiri ada obat. Yang itulah sekarang pake bahasa vaksin. Hanya saja yang ngerti masalah vaksin tetep harus ahlinya.

إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ وَأَنْزَل لَهُشِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ و جَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya. Ada orang yang mengetahui ada pula yang tidak mengetahuinya.” [HR. Ahmad]

Saya dulu nulis ginian pernah dihabisin sama golongan antivaksi.Sayangnya karena penggunaan vaksin gak ditunjang pengetahuan yang mumpuni, sehingga dulu tidak jarang habis divaksin polio malah kena polio. Habis divaksin si anak malah demam tinggi. Lah, ngasih vaksinnya waktu si anak gak dalam kondisi sehat.

Tapi by the way, Alquran dan Alhadits itu banyak kandungan sains, banyak bercerita tentang obat. Tapi sayangnya terjemahan Bahasa Indonesia tidak cukup untuk mengurikan kedalaman maknanya. Harus bener-benar ahli lughoh/ahli Bahasa Arab untuk bisa menyelami maknanya dan mendapat faidah darinya. Dan Bahasa Arab sendiri semakin lama semakin ditinggalkan. So sad

Jadi kalau ingin menjadi ahli, atau setidaknya kepingin anak kita menjadi ahli, maka masukkan pesantren yang serius mempelajari Bahasa Arab.

Kalo yang sudah pernah belajar sedikit-sedikit kayak kita, harus sering muthola’ah sambil ditemenin secangkir kopi pahit . Apalagi pas malem Jumat, idealnya pake kopi lanang. Karena kalo nurut ahlinya,

Khoirul laili lailatul jum’ah fiiha al-qohwah khudimat, sebaik-baik malam itu malam Jumat yang kopi tersaji disana.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur