Pengepungan dan Penyerbuan Szigetvár
6 Agustus s/d 8 September 1566
thayyibah.com :: Pengepungan ini dieja sebagai [ˈsiɡɛtvaːr] dalam bahasa Hungaria dalam istilah Szigetvár ostroma, dalam istilah Kroasia sebagai: Bitka kod Sigeta atau Sigetska bitka, dan dalam istilah Turki sebagai: Zigetvar Kuşatması.
Pengepungan terhadap kota Szigetvár menjadi sebuah keharusan karena ia adalah titik itu berada pada jalur keberangkatannya menuju pengepungan kota Wina (Vienna) pada tahun 1566. Pertempuran yg terjadi bersamaan dengan pengepungannya mempertemukan antara kekuatan Kerajaan Habsburg Austria yang dipimpin oleh Ban-Kroasia yg bernama Nikola Šubić Zrinski (dalam bahasa Hungari: Zrínyi Miklós) melawan Khilafah Turki Utsmani yang dipimpin langsung oleh Sultan Suleiman I Kanuni (the Magnificent).
Latar Belakang
Setelah kekalahan di Mohács tahun 1526, yg mengakibatkan hilangnya kedaulatan Kerajaan Hungaria, Ferdinand I diangkat menjadi raja oleh para bangsawan Hungaria dan Kroasia. Setelah itu terjadilah serangkaian konflik yang menimpa Kerajaan Habsburg beserta sekutunya melawan Turki Utsmani. Pada Perang Pendek (Little War) kedua pihak kehabisan energi akibat besarnya korban yg jatuh. Kampante militer Turki Utsmani mereda hingga dimulainya penyerangan terhadap Szigetvár ini.
Pada bulan Januari 1566, tanoa disadarinya, Sultan Suleiman I berangkat perang untuk yang terakhir kalinya. Pengepungan Szigetvár yg berlangsung dari 5 Agustus hingga 8 September 1566 walau berakhir pada kemenangan Turki Utsmani namun kedua pihak kembali mengalami jatuhnya korban yg besar. Kedua pemimpinnya juga wafat dalam kejadian ini, Zrinski gugur pada serbuan terakhirnya sedangkan Suleiman wafat di tendanya karena sakit.
Lebih dari 20 ribu pasukan Turki Utsmani yang gugur dalam beberapa kali serbuan sedangkan hampir seluruh pasukan pertahanan Zrinski yg berjumlah 2.300 orang itu gugur semua. Sebagian besar barisan pertahanan terkahir yang gugur pada hari terakhir mencapai jumlah 600 orang. Pengepungan dan pertempuran itu kembali menghentikan langkah Suleiman menuju Vienna tahun itu. Setelah beliau wafat, Vienna aman dari ancaman hingga ke pengepungan berikutnya tahun 1683.
Pentingnya Arti Pertempuran Ini
Pertempuran ini penting artinya sampai-sampai seorang pemuka agama Perancis, Cardinal Richelieu, sempat menjelaskan bahwa “pertempuran ini telah menyelamatkan peradaban [barat].” Pertempuran ini masih populer dalam kesejarahan bangsa Kroasia dan Hungaria.
Pergerakan Pasukan
Pada bulan Januari 1566, Suleiman I Kanuni telah memerintah Khilafah Turki Utsmani selama 46 tahun dan usianya telah mencapai 76 tahun. Ia menderita penyakit asam urat (gout) sehingga keberangkatannya ke medan perang yg ketigabelas ini harus ditandu. Pada tanggal 1 Mei 1566, beliau berangkat dari İstanbul mengepalai balatentara Turki Utsmani terbesar yg pernah dipimpinnya.
Sedangkan lawannya, Ban Nikola Šubić Zrinski adalah pemiliki tanah paling luas di seluruh Kerajaan Kroasia, seorang komandan tempur yg berpengalaman, dan menjadi kepala para bangsawan (Ban) seKroasia selama periode 1542-1556. Pada awal karir hidupnya ia pernah merasakan pertempuran Vienna dan status kemiliterannya cemerlang.
Pasukan Turki Utsmani mencapai kota Belgrade pada 27 Juni setelah long-march selama 49 hari. Di sini Suleiman I bertemu dengan John II Sigismund Zápolya yg pernah ia janjikan utk menjadi pemimpin seluruh wilayah Hungaria. Sesampainya di Belgrade, Suleiman I mengetahui bahwa Zrinski sudah berhasil merebut pemukiman Turki di Siklós. Atas perkembangan ini beliau memutuskan untuk menunda rencana penyerangannya atas Eger/Erlau dan mengalihkan perhatiannya pada benteng Szigetvár guna melenyapkan ancaman ini sebelum meneruskan rencana besarnya.
Pertempuran
Elemen intai terdepan dari balatentara Turki Utsmani sampai di pinggir kota Szigetvár pada tgl 2 Agustus dan, diluar dugaan, pasukan Hungaria menyerang lebih awal dan sempat mengakibatkan kerugian yg tidak sedikit. Namun keadaan kacau ini segera diredakan sebelum akhirnya sultan tiba dengan pasukan utamanya pada hari Senin 19 Muharam 974 Hijriah. Tenda kebesarannya dibangun di atas bukit Similehov dimana ia dapat melihat keseluruhan pandan medan tempur. Dihambat mobilitas oleh penyakitnya, maka sultan menerima laporan harian di tendanya langsung dari Menteri Utamanya yg dijabat oleh Sokollu Mehmed Pasha. Sokollu merupakan panglima di lapangan.
Pengepungan itu dimulai keesokan harinya ketika sultan mengeluarkan perintah utk menyerbu parit pertahanan; gelombang pertama ini dihentikan setelah sultan mempelajari pola bertahan lawannya. Walaupun pertahanan di Szigetvár sebenarnya kurang personil dan kalah jumlah berkali lipat, namun mereka sampai akhir pertempuran tidak pernah dikirimi bantuan apapun dari Vienna.
Setelah beberapa bulan dikepung dengan penuh nestapa, sedikit personil pertahanan yg tersisa terpaksa mundur ke dalam pertahanan kota tua untuk mempersiapkan garis mundur terakhir jika bala bantuan tidak kunjung datang. Sebenarnya sultan telah memberikan peluang kepada Zrinski untuk menyerah dengan tawaran sebagai penguasa Kroasia dibawah Turki Utsmani namun sang Ben tidak pernah menjawab dan berniat untuk terus bertahan.
Benteng terkahir inipun sudah menunjukkan tanda-tanda kejatuhan namun para pemimpin kesatuan Turki Utsmani di lapangan tetap menunjukkan keraguan. Pada hari Jum’at 21 Safar 974 Hijriah (6 September 1566) sultan Suleiman I Kanuni – cucu Sultan Mehmed II Fatih – ini wafat di dalam tendanya. Kewafatannya dirahasiakan sedemikian rupa oleh lingkar satunya dan dengan segera kurir diperintahkan untuk mengantarkan surat tsrsegel kepada calon penerusnya, Selim II, untuk bersiap-siap. Sang kurir pun tidak mengetahui isi berita yg ia bawa menuju kediaman sang penerus yg berada jauh di sebelah timur Anatolia. Perjalanan jauh ini hanya ditempuh dalam 8 hari saja.
Pertempuran Terakhir & Jebakan
Babak terakhir terjadi keesokan harinya dimana benteng tersebut sudah tinggal puing-puing yg berserakan serta api yg menyala, dengan drum mesium menebarkan bau yg menyengat di sana-sini. Pada pagi hari dikeluarkanlah perintah serbuan terakhir dimana pasukan terdepan dibekali dengan “Api Yunani” setelah titik-titik pertahanan terakhir dihujani mortir terlebih dahulu. Dampaknya adalah, bangunan terakhir itu rubuh dan menimpa kamar-kamar imperial dan bekas barak.
Zrinski tetap bertaham dan tidak membiarkan pasukan Turki Utsmani utk menerobos ke bagian dalam istana. Kini lautan pasukan Turki Utsmani itu merangsek memenuhi jembatan kecil yang menghubungkan dengan istana bagian dalam. Tiba-tiba gerbangnya terbuka dan meriam kaliber besar Hungaria yg sudah disiapkan pun menyalak dan memuntahkan ratusan patahan besi yg menyambar nyawa sekitar 600 pasukan lawan terdepan tanpa ampun.
Setelah itu Zrinski memimpin serbuan balasan dari arah dalam istana menuju barisan pasukan Turki Utsmani yg masih terkesima dengan kejutan tadi. Keenam-ratus pasukan yg dipimpin oleh Zrinski itu mendapati pasukan lawannya tidak bergeming dan bentrokan jarak dekatpun tak terelakkan. Zrinski terkena tembakan musket dua kali tepat di dada dan panah tepat di kepala sebelum roboh. Sisa-sisa pasukannya mundur kembali ke istana bagian dalam.
Akhirnya pasukan Turki Utsmani berhasil merebut istana bagian dalam itu dan seluruh personilnya dieksekusi kecuali segelintir yg dibiarkan hidup oleh kesatuan Janisari atas kesalutan terhadap mereka. Tercatat hanya 7 orang pasukan Hungaria yg lolos atau dibiarkan lolos. Jasad Zriski dilepaskan dari kepalanya, jasadnya dikebumikan dengan penghormatan militer penuh, sedangkan kepalanya dibawa sebagai bukti kemenangan di hadapan pasukan.
Jebakan Lagi
Sebelum istana bagian dalam itu berhasil direbut oleh pasukan Turki Utsmani dan bahkan sebelum serbuan terakhir yg dipimpin oleh Zrinski, ia telah memerintahkan agar tumpukan mesiu di basement istana tersebut sdh dinyalakan dengan sumbu yg lambat. Benar saja, setelah semua personil pertahanan ditaklukkan maka pasukan Turki Utsmani berhamburan ke dalam istana dalam tersebut tanpa menyadari adanya jebakan lagi.
Ledakan tiba-tiba itu merenggut lebih banyak lagi pasukan terbaik Turki Utsmani!
Nyawa sang menteri utama nyaris terancam jika ia tidak diberi peringatan oleh pelayan Zrinski tentang jebakan itu ketika ia dan pengawalnya sedang memeriksa kamar pribadi Zrinski. Pelayan yg sama itu mengatakan bahwa harta pribadi Zrinski tekah tergadaikan semua untuk memperbaiki benteng tersebut. Mendengar dan mempercayai berita jebakan tersebur membuat Sokollu beserta pasukan pengawal berkudanya bergegas meninggalkan istana dalam bersama pasukan lainnya.. waktu yg demikian pendek menyebabkan tidak cukup waktu untuk mengevakuasi selurunya. Ledakan tersebut membawa serta hampir 3.000 pasukan terdepan Turki Utsmani wafat secara mengenaskan.
Akhir Pengepungan
Korban di pihak Turki Utsmani sangat besar sejumlah 7.000 Janisari, 28.000 pasukan infanteri lainnya, 3 orang berpangkat pasha, dengan total keseluruhan sekitar 20-35 ribu pasukan.
Setelah pertempuran itu Sokollu memalasukan cap kesultanan utk mengirimkan berita kememangan tersebut agar wafatnya Suleiman tidak diketahui dahulu. Surat tersebut juga menjelaskan kepada para komandan lapangan mengapa ekspedisi ke Vienna dibatalkan. Kondisi kesehatan sultan juga dijadikan alasan ia tidam dapat menemui pasukan yg menang itu secara langsung. Jenazah sultan dibawa balik ke İstanbul dan para pemimpin lingkar-1 bersandiwara seolah-olah terus berkomunikasi dengannya. Kerahasiaan tersebut dijaga selama 3 pekan lamanya dan dokter istana pun terpaksa diamankan untuk tetap menjaga kerahasiaan tersebut.
Letihnya perjalanan yang panjang dan taqdir juga yang mewafatkan sultan sehingga misi ke Vienna terpaksa dibatalkan. Sokollu harus kembali ke İstanbul utk menerima perintah berikutnya dari Sultan Selim II. Kalaupun sultan masih hidup, serbuan ke Vienna pun harus ditunda karena masa akhir penyerbuan ke Szigetvár sangat dekat dengan awal musim dingin. Pertahanan yg “bandel” di Szigetvár ternyata menjadi “penyelamat” basib kota Wina.
Agung Waspodo, kali ini tidak perlu menyimpulkan apa2 karena seluruhnya merupakan kesimpulan bagi mereka yg bersedia berpikir setelah 449 tahun kemudian, kurang satu hari. (put/thayyibah)
Pemateri: Ust. Agung Waspopo, S.E. M.Pp.