thayyibah.com :: Sekolah atau kampus merupakan factor terbesar yang mempengaruhi perilaku, pemikiran, ideologi, keyakinan dan cara pandang peserta didik. Sebab sekolah merupakan wadah pendidikan untuk membentuk karakter peserta didik. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena peserta didik menghabiskan aktivitas hariannya selama kurang lebih setengah hari untuk mengenyam pendidikan di sekolah atau kampus.
Sekolah atau kampus yang konstruktif (membangun) adalah sekolah yang berbasis pendidikan aqidah Islam yang murni. Dari mata air sekolah ini muncul manusia-manusia berkepribadian kuat, amanah, berakhlak terpuji dan patuh kepada aturan-aturan Ilahi.
Sekolah atau kampus yang destruktif (merusak) adalah sekolah atau kampus yang tidak menanamkan nilai-nilai religi pada peserta didik. Munculah dari sekolah ini manusia-manusia pengekor hawa nafsu, pengabai moralitas, dan pecinta gemerlap kehidupan dunia yang semu tanpa memperhatikan standarisasi halal dan haram.
Pendidikan dan Medan Dakwah Barat
Dunia pendidikan menjadi lahan yang subur oleh orang-orang barat untuk menebarkan dogma mereka secara sembunyi-sembunyi, seperti: pluralisme, demokrasi, sekulerisme, liberalisme, atheisme, dan lain-lain. Di samping itu, dunia pendidikan dijadikan sebagai wahana oleh mereka untuk menghancurkan nilai-nilai pendidikan Islami. Alloh ta’ala berfirman:
“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kalian sampai mereka (dapat) mengembalikan kalian dari agama kalian (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 217)
As-Sa’di rohimahulloh berkata: ”Kemudian Alloh subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwasannya mereka akan terus memerangi orang-orang yang beriman. Tujuan mereka bukanlah harta dan membunuh orang-orang yang beriman. Akan tetapi tujuan mereka adalah mengembalikan kaum Mukminin dari agama mereka sebagai orang-orang kafir setelah keimanan mereka hingga mereka menjadi penghuni neraka Sa’ir. Orang-orang kafir mengerahkan segala kemampuan mereka serta berusaha dengan segala kemungkinan yag bisa mereka lakukan. Namun Alloh tidak mau kecuali hanya menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.
Sifat ini berlaku untuk semua orang kafir. Mereka akan terus memerangi selain mereka (orang-orang yang beriman) hingga mengembalikan mereka dari agama mereka, khususnya ahli Kitab dari Yahudi dan Nashroni. Mereka mengerahkan organisasi-organisasi, menebar para da’I, mengirim para dokter, dan membangun sekolah-sekolah untuk menarik umat kembali kepada agama mereka, dan menaburkan berbagai syubhat untuk meragukan agama mereka. (Tafsir as-Sa’di, 1/91)
Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka ingin supaya kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kalian menjadi sama (dengan mereka)” (QS. An-Nisa [4]: 89)
Ibnu Katsir rohimahullohberkata, “Mereka menginginkan kalian sesat supaya kalian sesat sebagaimana mereka. Hal demikian tidaklah terjadi melainkan mereka sangat memusuhi dan membenci kalian.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/271)
Aksi Barat di Ranah Pendidikan
Berdasarkan dua ayat tersebut, maka kita mengetahui secara pasti dan yakin bahwa barat tidak tinggal diam dalam menebar ajaran mereka hingga kaum Muslimin setahap demi setahap mengikuti pola pendidikan Barat sampai akhirnya meninggalkan agama mereka.
Jikalau kita mau mengamati dan memperhatikan pendidikan di sekolah atau kampus Nusantara, niscaya kita jumpai campur tangan Barat di dalamnya. Berikut beberapa fakta tentang hal tersebut,
1. Banyaknya bacaan yang didatangkan dari pihak kafirin.
Contohnya di berbagai IAIN dan UIN didirikan American Corner, perpustakaan yang buku-bukunya diberi langsung oleh Amerika. Bahkan itu kadang diresmikan oleh menteri Agama, contohnya Menteri Said Agil Almunawwar tahun 2004 di IAIN Medan, meresmikan perpustakaan Amerika di IAIN Medan. Satu IAIN saja didrop buku oleh Amerika 1100 judul buku, (Islam & al-Qur’an pun diserang, hal 115, Hartono Ahmad Jaiz, dkk.)
2. Mengubur keyakinan ajaran Islam bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam alaihissalam dengan mempopulerkan teori evolusi.
Teori evolusi sangat popular di kalangan akademisi. Teori ini diajarkan di tingkat dasar, menengah atau atas. Berdasarkan teori ini asal manusia dari kera. Teori ini 180 derajat berbeda dengan keyakinan umat Islam bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam alaihissalam. Alloh ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (28) فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29)
“..Dan (ingatlah) ketika Robbmu berfirman kepada malaikat, ‘Sesungguhnya, Aku akan menciptkan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr [15]: 28-29)
3. Australia beri bantuan sekolah-sekolah
Pemerintah Australia mendukung Indonesia dalam menerapkan program wajib belajar selama sembilan tahun pada 2015. Biaya yang dikucurkan Australia untuk program itu sebesar 500 juta dolar Australia (sekitar Rp 4,4 triliun). Itu merupakan salah satu kesepakatan dalam pertemuan antara mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan tamunya dari Australia, Perdana Menteri Julia Gillard. Seperti diberitakan theaustralian.com.au, Gillard mengatakan demi kepentingan Australia orang-orang muda Indonesia dapat menerima pendidikan berkualitas dan utama – bukan pendidikan radikal maupun ekstrim – untuk mempersiapkan mereka menjadi warga negara suatu bangsa yang damai, toleran, dan demokratis. “Tidak ada yang lebih penting dalam kepentingan nasional kita selainhal itu,” katanya.
Jelas sekali dari bantuan tersebut menyimpan misi tersembunyi yaitu agar para pemuda Indonesia tidak memiliki sikap komitmen agama yang kuat terhadap Islam. Akan tetapi menjadi penganut agama yang memiliki aqidah liberalisme dan pluralisme. Menganggap semua agama benar dan tidak boleh menjustifikasi Islam bahwa Islam agama yang paling benar dengan beralasan adanya toleransi beragama. Inilah yang racun sangat berbahaya yang bisa membunuh aqidah umat Islam.
Oleh: Ust. Arifin, S.H.I