Breaking News
Pak Habibie dan poster istrinya, Ibu Ainun (Foto : Istimewa)

sebab cinta terlalu agung untuk diungkap dengan kata-kata

Oleh:  Inayatullah Hasyim (Dosen Universitas Djuanda Bogor)

 

Pak Habibie dan poster istrinya, Ibu Ainun (Foto : Istimewa)

 

Ketika Khadijah wafat, Rasulallah ﷺ sangat berduka. Bahkan saat sudah menikah dengan Aisyah sekalipun, Rasulallah ﷺ masih sering ingat almarhumah Khadijah.

Sesungguhnya, sekuat apapun seorang pria, dia akan terpukul ketika “setengah jiwanya pergi”. Itulah juga yang kita lihat pada Prof. Dr. Ir. B.J. Habibie, Presiden Republik Indonesia ke-3. Sejak Ainun Habibie meninggal, Habibie telah kehilangah separuh jiwanya. Dia tak lagi jadi elang yang berbicara dengan bola mata berbinar, menjelaskan mimpi dan ambisinya menjadikan Indonesia negara dirgantara yang maju. Dia telah jadi eyang yang menangis saat menyebut Ainun, mengais sisa-sisa tenaga untuk membuktikan cintanya. Kepada Ainun, kata Habibie suatu hari, cintanya bukan lagi cinta sejati, tetapi cinta ilahi.

Bagi sebagian orang, Habibie barangkali sangat naif. Dia begitu mencintai Aiunun, tetapi itulah cinta, sesuatu yang — kata Imam Ibnu Hazm Al-Andalusi — hanya bisa difahami oleh orang yang merasakannya. Habibie dan Ainun bagaikan sepasang merpati yang telah mematut janji di depan Ilahi. Melihat wajah keduanya saja, kita sudah bisa merasakan kesamaan sifat yang saling melengkapi itu. Demikianlah pula Ibn Hazm al-Andalusi menulis:

ومن الدليل على هذا أيضاً أنك لا تجد اثنين يتحابان إلا وبينهما مشاكلة واتفاق الصفات الطبيعية لا بد من هذا وإن قل، وكلما كثرت الأشباه زادت المجانسة وتأكدت المودة فانظر هذا تراه عياناً، وقول رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤكده: “الأرواح جنود مجندة ما تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف”

“Dan di antara tanda-tanda cinta adalah bahwa engkau tak akan mendapati sepasang suami-istri kecuali bahwa keduanya memiliki kemiripan, kesamaan pada beberapa sifat pembawaannya; hal demikian mestilah selalu ada, meskipun sedikit. Maka, semakin banyak sisi kemiripan, semakin banyak pula keserasian dan ketenteraman. Kalian dapat buktikan hal ini secara kasat mata. Demikianlah Rasulalah ﷺ menyampaikan hal itu, “ruh bagaikan tentara yang saling satu-padu; bila saling mengenal niscaya selalu terikat; bila saling berseberangan, niscaya selalu bertentangan…”

Selamat jalan Pak Habibie. Semoga teladanmu menjadi inspriasi kami semua.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur