Breaking News

Hari Dimana Wajah Manusia Memutih atau Menghitam

kiamat

thayyibah.com:: Hari kiamat pasti terjadi. Pemastian waktu terjadinya merupakan perkara ghaib, yang tidak seorangpun mengetahuinya.[Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam surah al-Ahzab ayat 63 yang artinya, “Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya”] Ketika Allah jalla jalaluhu menyebutkan tentang huru-hara hari kiamat di dalam al Quran, Allah menggambarkannya dengan penggambaran yang sangat dahsyat, gunung-gunung beterbangan bagai dedaunan gugur dari pohonnya, tanah terbelah, langit runtuh dan lain sebagainya.[Sebagaimana dalam surah al-Qari’ah ayat 1-3, “Al-Qari’ah (hari kiamat), Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”]

Allah Subhaanahu wa Ta’ala juga menyebutkan bahwa pada hari tersbut akan ada manusia-manusia yang wajahnya sangat putih bersih dan adapula yang hitam legam. Allah berfirman:

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (١٠٦)وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (١٠٧)

“Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya.” (QS. Ali Imran:106-107)

Lalu,siapakah orang wajahnya memutih itu? Siapa pula yang wajahnya menghitam itu?

Syaikh Abdurrahaman Ibnu Nashir as Sa’di rahimahullah berkata, “Hari ketika wajah putih bersih, ini merupakan wajah orang-orang yang bahagia dan selalu berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang bersatu dan berpegang teguh pada tali agama Allah (al Quran dan sunah). Adapun yang wajahnya hitam legam adalah orang-orang yang celaka dan selalu berbuat keburukan, mereka adalah orang-orang yang selalu berpecah-belah dalam agama dan selalu berbeda. Wajahnya menghitam disebabkan oleh keterhinaannya dan keburukan amalannya. Sedangkan orang yang berwajah putih bersih, hal ini disebabkan karena kebahagiaan, nikmat dan kesolehan yang nampak pada wajahnya.” (Lihat: Taisirul karimi ar rahman fi tafsiiri kalami al mannan hal:181 cetakan jam’iyyatu ihyaai at turasts al islami).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam tafsirnya bahwsanya ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Hari ketika wajah manusia ada yang memutih bersih dan ada yang menghitam legam yaitu hari kiamat. Wajah yang putih bersih adalah wajah ahlu sunnah wal jama’ah dan wajah yang hitam legam adalah wajah ahlu bid’ah dan al furqah yaitu orang-orang yang suka berpecah belah”. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/92 cetakan daruth thoyyibah lin nasyr wat tauzi’; asy syamilah).

Al Imam ath Thobari rahimahullah mengutip perkataan Qatadah rahimahullah tentang tafsiran firman Allah “Pada hari ketika wajah putih berseri dan hitam legam”; ada beberapa kaum yang kafir setelah keimanan mereka, sebagaimana yang kalian dengarkan. Sungguh telah disebutkan kepada kami bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, akan didatangkan ke telagaku suatu kaum dari kalangan orang-orang yang pernah bersahabat denganku, sehingga ketika mereka diangkat kepadaku dan aku melihat mereka, tiba-tiba mereka diusir, maka aku berkata, ”wahai Tuhanku, mereka adalah sahabat-sahabatku, mereka adalah sahabat-sahabatku. Maka dikatakan kepadaku, “sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan setelah engkau meninggal dunia.”

Beliau kembali menuturkan, ‘Adapun makna firman Allah “dan adapun orang-orang yang putih wajahnya maka mereka dalam rahmat Allah”, mereka adalah ahli ketaatan dan selalu mengerjakan perintah Allah’. (Tafsir ath Thobari, 7/94 cetakan muassasatur risalah; asy syamilah)

Syaikh Dr Utsman al Khamis hafizhahullah berkata dalam kitabnya hikbatun min at tarikh, yang dimaksud dengan sahabat yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang murtad setelah meninggalnya rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga tidak ada yang tersisa kecuali hanya penduduk Makah, Madinah dan thoif. Juga maksudnya adalah kaum munafiqin yang hidup di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang menyembunyikan kekufuran mereka. Sebagaimana firman Allah azza wajalla:

وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الأعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ (١٠١)

“Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) kamilah yang mengetahui mereka. nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (QS. At Taubah: 101)

Ayat tersebut berkaitan dengan ahlu bid’ah dan orang-orang kafir yang gemar memecah belah agama mereka. Allah juga mensifati orang-orang yang mengaku muslim namun suka memecah belah agama sebagai yang menyerupai orang kafir. Allah berfirman:

وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٣١)مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (٣٢)

“Dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar Rum: 31-32)

Sahal Ibnu Abdullah rahimahullah berkata, “Hendaklah kalian berpegang teguh pada atsar dan sunnah, sungguh aku sangat takut, akan datang zaman dalam waktu yang dekat. Dimana ada orang-orang yang apabila disebutkan kepada mereka nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan perintah untuk mengikutinya pada setiap keadaannya, maka mereka akan mencelanya, lari darinya dan berlepas diri dengannya”. (Lihat:Fathul Majid Syarah Kitab at Tauhid, cet. Darus salam lin nasyr wat tauzi’, hlm. 25)

Wallahu a’lam bishshowab

Oleh: Muhammad Ode Wahyu

About A Halia