Membela Islam dengan Segala Ongkosnya
Oleh: Tabrani Sabirin
Mengungkap kesesatan dan kebohongan yang disampaikan oleh Yusuf Mansur banyak pembaca yang bilang, “Kok usil aja nih orang?”.
Kita menulis tentang penyimpangan dan kesesatan yang diajarkan oleh Yusuf Mansur bukan karena mau usil, atau resek. Kita menyampaikan kekeliruan dan ajaran syirik yang disampaikannya karena ada rasa tanggungjawab untuk membela ajaran Islam. Selain itu kalau kemungkaran didiamkan maka terjadi kerusakan dikalangan umat dan kezholiman atas nama Islam.
Kalau ceramah sesat Yusuf Mansur dibiarkan, maka apa yang diceramahkannya akan terlihat indah dan baik di mata masyarakat. Tentu saja Yusuf Mansur akan makin berani membuat kebohongannya mengatas namakan Islam. Lalu umat Islam akan di diliputi suasana kebodohan dalam beragama.
Dalam lingkungan yang lebih luas akan terjadi kerusakan di tengah masyarakat الفساد. Maka Allah akan menurunkan siksa, laknat dan doa tidak dikabulkan.
Dalam QS 8:25, 5:78-79, dijelaskan bahwa siksaan itu akan menimpa semua kalangan. Laknat Allah akan turun ketika masyarakat yang tidak lagi saling mencegah kemungkaran.
Dalam tema besar nya, “Dai Sedekah” ini sering menyelewengkan ayat dan ajaran Islam. Dalam salah satu ceramahnya di Kediri Jateng, beberapa waktu lalu, Yusuf Mansur menjamin orang yang bersedekah dalam 40 hari ke depan pasti akan terjadi keajaiban dalam hidup. Bagi siapa yang tidak percaya maka dia KAFIR. Pada malam itu banyak ibu yang melorot kalung dan perhiasan emasnya karena ingin dapat balasan dalam 40 hari atau takut disebut kafir. Setelah berceramah, Yusuf Mansur pulang dengan riang gembira karena berhasil menggondol uang dan emas yang sangat banyak.
Ini jelas suatu penyelewengan ajaran Islam. Hal yang juga tidak kalah anehnya adalah ketika Yusuf Mansur mengajak orang untuk baca salawat 1000 x maka akan dapat mobil.
Lalu kalau tidak terbukti bagaimana? Yusuf Mansur akan lari dari tanggung jawab. Dia akan mengatakan, “Berarti antum tidak ikhlas dalam bersedekah. Atau tahajudnya masih kurang atau shalat dhuha nya tidak rutin.” Ini suatu alibi untuk lepas dari tanggung jawab.
Pernah seorang tukang becak di Jawa Timur menangis dan kesal karena hasil tabungannya dari menarik becak dia sedekahkan kepada Yusuf Mansur. Setelah 40 hari duitnya tidak berlipat seperti yang dijanjikan. Apakah Yusuf Mansur mau bertanggung jawab? Tidak!!! Karena tujuannya untuk menggondol uang masyarakat dengan menggunakan ayat-ayat sedekah. Perbuatan seperti ini jelas merusak ajaran Islam.
Tapi tetap saja banyak yang tetap tidak berani melakukan koreksi kepada Yusuf Mansur. Hal itu kerena banyak dari kalangan umat Islam malas kalau diajak membahas masalah aqidah. Atau membahas masalah prinsip dari ajaran Islam. Jadi wajar kalau terjadi penyimpangan dalam beragama dianggap bukan urusannya.
Malah juga ada yang balik bertanya, “Apakah Anda dirugikan?” Secara pribadi saya tidak dirugikan. Tapi ajaran Islam jelas dilecehkan. Sama halnya dengan pertanyaan, apa ruginya saya kalau seseorang terlibat LGBT? Secara pribadi saya tidak dirugikan. Lho, laki-laki ganteng, berbadan atletis, perutnya sixpack, ternyata menyukai sesama jenis. Sementara perempuan muda, cantik menyukai dirinya, eh malah dia acuhkan. Ini perbuatan yang dimurkai oleh Allah. Untuk itu perlu dijelaskan dan penguasa perlu menurunkan aturan.
Hal sama dalam contoh yang lebih jauh. Ketika kaum Muktazilah berkuasa, diberlakukan kebijaksaan negara yang represif. Siapa yang tidak setuju dengan prinsip ideologi negara akan ditangkap dan disiksa. Imam Ahmad dipanggil dan diinterogasi. Salah satu pertanyaan penting yang harus dijawab adalah, “Apakah bisa meyakini bahwa Al-Quran itu makluk? Imam Ahmad bin Hambal menjawab, bahwa Al-Quran bukanlah makhluk. Qur’an merupakan wahyu Allah secara lafaz dan makna. Konsekuensi dari jawabannya itu dia dituduh “Subversif “, tidak setia kepada negara. Dus, makar!!! Maka Imam Ahmad ditangkap, dipenjara dan disiksa karena mempertahankan prinsipnya itu.
Lalu apa ruginya Imam Ahmad bilang ‘iya’ saja sesuai keinginan penguasa? Toh hanya bilang ‘iya’ saja. Tapi tidak demikian halnya bila bicara kebenaran dan kebatilan.
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW membawa seperangkat keyakinan dan hukum. Dengan dasar itulah imperium dan kebudayaan Islam dibangun.
Tidak hanya dalam Islam yang ada nilai pahala dan reward dari Allah, di tengah masyarakat Barat yang menjunjung tinggi kebebasan individu dan demokrasi. Maka ketika ketika muncul suatu regim atau pemerintahan yang diktator maka mereka dengan kesadaran kolektif berjuang untuk menghancurkan regim atau partai diktator tersebut.
Slogan yang biasa di pakai adalah pernyataan Lord Acton, sejarawan Inggris pada akhir abad ke -19 dan awal abad XX. Katanya, “The power tend to corrupt, absolutely power corrupt absolutely.” (Kekuasaan cenderung korup. Kekuasaan yang absolut maka korupsi juga akan absolut).
Untuk menegak kekuasaan absolut, maka demokrasi harus ditegakkan berapapunun ongkosnya. Begitupun dalam membela dan menegakkan Islam, kebenaran harus ditegakkan, berapapun ongkosnya.