thayyibah.com :: Bahwa seluruh agama Islam masuk ke dalam ibadah, telah dijelaskan oleh Ahmad bin Abdul Halim Al Harrani -Rahimahullah- atau yang dikenal dengan Ibnu Taimiyah -Rahimahullah- dalam kitab Al ‘Ubudiyyah Beliau rahimahullahu ta’ala mengatakan,
“Agama seluruhnya masuk ke dalam ibadah. Telah shahih datangnya dalam kitab Shahih Muslim bahwa Jibril, ketika datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rupa seorang Arab badui dan menanyai beliau tentang Islam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
ﺍْﻹِﺳِﻼَﻡُ ﺃَﻥْ ﺗَﺸْﻬَﺪَ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺗُﻘِﻴْﻢَ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓَﻭَﺗُﺆْﺗِﻲَ ﺍﻟﺰَّﻛﺎَﺓَ ﻭَﺗَﺼُﻮْﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻭَﺗَﺤُﺞَّ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖَ ﺇِﻥِ ﺍﺳْﺘَﻄَﻌْﺖَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺒِﻴْﻼً
“Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, membayar zakat, shaum Ramadhan, dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.”
Jibril bertanya lagi, “Apa itu iman?”.
Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- menjawab,
ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘِﻪِ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭُﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺍﻟْﺒَﻌْﺚُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻭَﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟْﻘَﺪَﺭِ ﺧَﻴْﺮِﻩِ ﻭَﺷَﺮِّﻩِ
“Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, kebangkitan setelah mati dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”
Jibril kembali bertanya, “Apa itu ihsan ?”. Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- menjawab,
ﺃَﻥْ ﺗَﻌْﺒُﺪَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺄَﻧَّﻚَ ﺗَﺮَﺍﻩُ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺗَﺮَﺍﻩُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﺮَﺍﻙَ
“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tidak bisa melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Di akhir hadits, Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- mengabarkan,
ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺟِﺒْﺮِﻳْﻞُ ﺃَﺗـَﺎﻛُﻢْ ﻳُﻌَﻠِّﻤُﻜُﻢْ ﺩِﻳْﻨَﻜُﻢْ
“Tadi itu Jibril. Dia datang kepada kalian mengajarkan agama kalian.”
Karena itu, Allah menjadikan itu semua sebagai agama. Dan agama mencakup makna ketundukan dan perendahan diri.
Dikatakan, “Aku telah menundukkannya.” Maka, ia telah berada di bawah. Maksudnya, kurendahkan ia, maka ia pun jadi rendah.
Dikatakan juga, “Allah menundukkannya, maka ia tunduk kepada Allah.” Maksudnya, menyembah Allah, menaati Allah, dan mematuhi Allah. Agama Allah adalah beribadah, menaati, dan tunduk kepadaNya. Ibadah asal maknanya adalah merendahkan diri juga.
Dikatakan, “Jalan yang turun, jika jalan itu rendah dan sering terinjak kaki.”
Akan tetapi, ibadah yang diperintahkan itu juga mencakup makna merendahkan diri dan mencintai. Karenanya, ibadah itu menggabungkan puncak perendahan diri kepada Allah dengan puncak kecintaan kepada Allah. Sebab akhir tingkatan cinta adalah membudakkan diri, sedangkan awalnya adalah keterikatan—karena mengikatkan hati dengan yang dicintai. Lalu, menyukai, karena membuat hati menyukainya. Lalu, jatuh cinta. Yaitu, mencintai yang menuntut hadirnya hati. Lalu, cinta yang melampaui batas. Setelah itu, membudakkan diri. Maka dikatakan budak Allah, maksudnya hamba Allah. Karena itu, menjadikan budak untuk sesuatu yang dicintainya.” (put/thayyibah)
Sumber: Ibnu Taimiyah. Al ‘Ubudiyyah (Cet. II). TTp: TPn. TTh, halaman 12-13.