Oleh : Djadjang Nurjaman (Pengamat Media dan Ruang Publik)
Deklarasi Alumni UI for Jokowi yang diselenggarakan di Plaza Tenggara, Belora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta Sabtu (12/1) banjir ledekan dan kecaman.
Tersebarnya sejumlah video yang menunjukkan adanya pengerahan massa bayaran. Massa yang didandani dengan kaus kuning “alumni UI,” menjadi bahan ledekan dan hiburan yang menyegarkan di medsos. Mereka inilah yang disebut sebagai alumni “nasi bungkus” UI.
Ada juga yang menyebut mereka adalah alumni UI cabang Cibitung, Bekasi. Beberapa ibu-ibu yang sedang menikmati nasi bungkus, ketika ditanya mengaku berasal dari Cibitung. Tampilannya sebagai mantan mahasiswi, apalagi perguruan tinggi bergengsi sekelas UI, tidak cukup meyakinkan.
Di video lain pendiri pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi terlihat sedang memberikan pengarahan bagaimana nantinya para “alumni UI” ini meneriakkan yel-yel dukungan kepada Jokowi.
Sangat janggal ada alumni UI kok untuk meneriakkan yel-yel saja harus diarah-arahkan. Seorang mantan aktivis UI Hidayat Matnoer yang sangat malu melihat kenyataan ini sampai menulis begini:
“Jelas sekali, dihadapan Budi Arie (Muni) tersebut bukanlah ciri alumni UI yang cerdas dan terdidik. Melainkan satu massa yang sudah diberi nasi bungkus, berkondisi ngantuk dan dilabeli kaos Alumni UI dan urgen dibrieifing tentang kegiatan di tempat tidak jauh dari panggung utama. Sungguh penipuan dan memalukan.”
Di medsos beredar somasi dari Ikatan Alumni UI (Iluni), karena deklarasi kemarin mengatasnamakan alumni UI. Mereka marah karena nama besar UI sebagai kampus perjuangan dilecehkan.
Acara di GBK itu benar diselenggarakan oleh sejumlah alumni UI. Tapi yang hadir jumlahnya hanya sedikit. Kalah jauh dengan jumlah pasukan nasi bungkus.
Inisiatornya antara lain Musisi Adhie MS, dan Jay Subiyakto. Panggungnya di desain warna kuning, warna kebesaran UI. Mayoritas yang datang juga mengenakan kaus warna kuning.
Diantara yang hadir terlihat mantan wartawan Kompas Satrio Arismunandar. Pendiri Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) ini secara mengejutkan telah lama bertransformasi menjadi salah satu pendukung Jokowi garis keras.
Sangat menyedihkan kalau ada figur idealis model Satrio kemudian harus bercampur baur dengan pasukan nasi bungkus. Lebih memprihatinkan lagi dia juga membiarkan kedunguan itu terjadi di depan matanya. Sudah gak masuk nalar sehat.
Saya jadi teringat seorang teman yang bercanda. Di dunia ini ada dua orang yang sangat sulit diingatkan. Susah membedakan mana yang benar, dan mana yang salah. Pertama, orang yang sedang jatuh cinta. Kedua, para pendukung Jokowi. Bakal lebih sulit lagi mengingatkan, para pendukung Jokowi yang sedang jatuh cinta.
Sangat disayangkan bila para pendukung Jokowi modelnya seperti itu. Dia hanya diberi angin surga. Seakan massa pendukungnya sangat besar, padahal mereka massa bayaran.
Seakan Jokowi didukung oleh Iluni, padahal sesungguhnya itu hanya sebuah ilusi! The End