3. Menjadi salah satu syarat mendapatkan kesempurnaan pahala shalat Jum’at
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam hadits yang diriwayatkan dari Aus bin Aus Radliyallah ‘Anhu, bersabda:
“Barangsiapa mandi pada hari Jum’at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat yang sia-sia, maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun.” (HR. Abu Dawud no. 1077, al-Nasai no. 1364 Ahmad no. 15585. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, no. 6405)
Hadits yang mulia ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang yang melaksanakan shalat Jum’at sesungguhnya bisa meraih pahala berlipat, bahkan setara dengan pahala berpuasa dan qiyamulail selama setahun. Namun dengan sejumlah syarat, salah satunya adalah “berangkat lebih awal ke masjid.”
Di sini, bersegera mendatangi masjid pada hari Jum’at menjadi salah satu syarat bagi terpenuhinya seluruh syarat untuk meraih kesempurnaan pahala shalat Jum’at.
Hari Raya Kaum Muslim
Hadits-hadits di atas menggambarkan betapa tingginya keutamaan yang didapat dengan menyegerakan diri mendatangi masjid pada hari Jum’at. Sedemikian tingginya sehingga layaknya seperti memperbandingkan antara berkurban seeokor unta dengan sebutir telur.
Menyegerakan mendatangi masjid sebelum shalat Jum’at juga bisa mengantarkan seseorang mendapatkan kesempurnaan pahala shalat Jum’at, seperti pahala orang-orang yang melaksanakan puasa dan qiyamullail selama setahun.
Karenanya, tidaklah mengherankan dalam sebuah riwayat yang ditulis oleh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan dijelaskan bahwa sesungguhnya pada abad-abad pertama Islam, hari Jumat itu disambut seperti layaknya hari raya bagi kaum muslimin. Dimana, pagi hari setelah terbit fajar, jalan-jalan sudah ramai dengan orang-orang yang berpakaian bagus, memakai wangi-wangian, dan mereka bergegas menuju masjid.
“Mereka berjalan menuju masjid jami’ seperti halnya hari raya, hingga akhirnya kebiasaan itu hilang.” Lalu dikatakan, “Bid’ah pertama yang dilakukan dalam Islam adalah tidak berangkat pagi-pagi menuju masjid.” (Abu Syamah seperti dikutif Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan dalam Akhtha’ al Mushalliin — Edisi Indonesia: Kesalahan-kesalahan dalam shalat, hal. 236)
Patut disayangkan, sekarang ini banyak di antara kita kaum muslimin menganggab sepele perkara yang mulia ini. Padahal ganjaran di sisi Allah bagi yang mengamalkan sungguh-sungguh sangat menggiurkan.
Tidakkah kita ingin dicatat dalam buku catatan para malaikat yang ditugaskan khusus oleh Allah untuk berdiri di pintu-pintu masjid pada setiap hari Jum’at? Sebab, apabila khatib telah menaiki mimbar, maka para malaikat itupun menutup catatannya, dan mereka ikut mendengarkan khutbah.
Betapa banyak di antara kita yang ikut shalat Jum’at, tetapi kelak tidak ada dalam buku catatan malaikat. Tidakkah kita ingin mendapatkan amalan yang pahalanya diibaratkan seperti berkurban dengan seekor unta sekali dalam sepekan?
Dalam setiap Jum’at, berapa banyak-kah di antara kita yang masuk kategori ”datang lebih awal”, sehingga patut mendapat ganjaran terbaik di sisi Allah?
Atau jangan-jangan sepanjang hidup, kita ternyata belum pernah sekalipun mendatangi shalat Jum’at lebih awal dibanding jamaah lain umumnya? Sehingga dalam catatan malaikat, kita belum pernah sekalipun mendapat kategori datang ”diawal waktu.”
Jika demikian, sungguh betapa meruginya kita!! Sungguh, betapa banyak kesempatan berkurban unta yang kita lewatkan sia-sia!. (berdakwah)