10. Menghancurkan Mangrove Muara Angke dan Habitat Satwa yang Dilindungi
Hutan bakau sebagai tempat bertelur dan habitat ikan-ikan kecil (nursery) dan hutan mangrove penangkal abrasi akan digantikan oleh tumpukan pasir dan semen. Pada tahun 1992 Jakarta memiliki 1.140,13 Ha yang dikonversi seluas 831,63 Ha menjadi pemukiman elit, lapangan golf, kondominium dan sentra bisnis di kawasan pemukiman Pantai Indah Kapuk (PIK).
Saatini, hutan mangrove di Teluk Jakarta tersisa seluas 25,02 ha dan akan rusak secara perlahan karena sirkulasi arus yang berubah. Tanggul laut akan menambah tekanan dan mengakibatkan kerusakan suaka marga satwa tersebut. Jakarta Green Monster mencatat seluruhnya ada 91 jenis burung, yakni 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini. Sekitar 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi.
11. Merusak Situs Sejarah Jakarta
Situs sejarah kota Jakarta sebagai kota bandar dengan pulau-pulau bersejarahnya di sekitar Teluk Jakarta akan tergerus dan hilang. Pelabuhan Sunda Kelapa juga akan terancam dengan keberadaan 17 pulau reklamasi yang direncanakan oleh Pemerintah.
12. Mengancam Obyek Vital Nasional
Terdapat PLTGU dan PLTU di Muara Karang, Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman di Jakarta Muara Baru. Reklamasi Pulau akan merusak kabel pipa kabel dan gas bawah laut yang menjadi suplai listrik Ibukota Jakarta.
13. Reklamasi Untuk Siapa?
Reklamasi dibangun untuk kelas ekonomi atas, tidak untuk semua kelas apalagi kelas menengah ke bawah. Harga properti yang dijual paling rendah seharga Rp. 3.77 M (LB 128M2/LT 90M2). Siapa yangsanggup membelinya?
Kekurangan tanah menunjukkan kesalahan model pembangunan yang tersentralistik di Jakarta. Reklamasi hanyalah proyek rakus kemaruk menguntungkanpengusaha properti.
14. Teluk Jakarta Butuh Restorasi Bukan Reklamasi, Revitalisasi Tanpa Reklamasi
Pencemaran logam berat di perairanTeluk Jakarta masih dalam standar aman nasional tapi telah melampaui standar Netherlands Standards for Water Sendiment. Reklamasi akan memperberat pencemaran logam berat di teluk jakarta. Yang seharusnya dilakukan adalah melakukan restorasi lingkungan dengan membenahi pencemaran sungai dan mengembalikan fungsi teluk jakarta sebagai tempat pertumbuhan mangrove, kawasan hijau, dan biota laut bukanlah reklamasiyang justru akan menambah kerusakan dan pencemaran laut dan pesisir.
15. Pembusukan dan Comberan Raksasa Berakibat Kematian Ikan Makin Hebat
Perairan di Teluk Jakarta pasca proyek reklamasi danGiant Sea Wall akan menjadi comberan raksasa sebab arus laut yang diharapkan dapat mencuci limbah dari sungai-sungai di jakarta dihalangi oleh giant sea wall dan pulau-pulau reklamasi. Sementara limbah dari 13 sungai akan masuk ke daerah pulau-pulau rekmalasi yang akan mengakibatkan menumpuknya limbah-limbah dari sungai didasar pesisir sekitar pulau. Akibatnya terjadi kematian ikan akan semakin hebat karena kemampuan pembilasan alami (natural flushing) semakin hancur, pemumpukan sedimen beracun dari 13 sungai, terjadi ledakan alga (booming fithoplankton) yang mengakibatkannya kadar oksigen rendah dan terjadi kematian ikan.
16. Mengancam Identitas Nelayan sebagai Penopang Kedaulatan Pangan
Reklamasi akan merampas dan menghilangkan wilayah penangkapan ikan didaerah pesisi. Sebanyak 16.000. KK nelayan pesisir terancam tergusur dari wilayah hidup dan kehilangan pekerjaannya. Reklamasi 17 Pulau akan mengganggu aktivitas 600 kapal dari total 5.600 kapal nelayan yang ada di DKI Jakarta. Padahal nelayan merupakan pahlawan protein bangsa, salah satu penopang kedaulatan pangan. Hal ini telah diakui dunia internasional dengan mengubah paradigm nelayan tradisional sebagai solusi lapangan pekerjaan, pemenuhan pangan perikanan dan ketimpangan kemiskinan. Untuk diketahui bahwa ikan didaerah pesisir dan daerah laut dalam berbeda jenisnya, berbeda cara tangkapnya dan berbeda alatnya. Reklamasi secara langsung membunuh nelayan pesisir / tradisional.
17. Memperkuat Pemiskinan dan Ketidakadilan terhadap Perempuan Pesisir
Proyek reklamasi Teluk Jakarta tidak pernah memperhitungkan situasi khusus perempuan di pesisir Teluk Jakarta. Tidak pernah ada data terpilah gender maupun kajian dampak yang berbeda terhadap perempuan. Perempuan pengupas kerang hijau menurun tajam pendapatannya, sehingga banyak yang bekerja serabutan termasuk menjadi buruh cuci ataupun pemulung. Ditambah dengan beban kerja domestiknya, rata-rata perempuan di pesisirTeluk Jakarta bekerja setidaknya 18 jam sehari yang membahayakan kesehatan reproduksinya.
18. Reklamasi Tidak Memberi Nilai Tambah Pada Jakarta
Reklamasi hanya akan menjadi perumahan dan pusat komersial dengan desain arsitektur medioker yang tidak menjadi inspirasi ataupun kebanggaan Jakarta. Tidak ada capaian besar maupun urgensi ekonomi padahal biaya sosial dan lingkungannya sangat tinggi. Jangan bayangkan Esplanade di Singapura atau Pantai Rio di Brazil, atau fasilitas publik yang bermanfaat, tetapi bayangkan reklamasi akan sekedar menjadi Pantai Indah Kapuk seluas separuh Kota Bogor.
19. Mimpi Buruk Poros Maritim
Prof AB. Lapian menyatakan Indonesia adalah sebagai “Negara kelautan yang bertabur pulau-pulau”, namun reklamasi menjadikannya negara daratan rekayasa dan pembohongan kelautan. Reklamasi memungunggi lautan dengan menimbun laut menjadi daratan baru. Oleh karena itu reklamasi adalah mimpi buruk poros maritim yang hanya akan menjadi omong kosong. []
Pranala luar:
1. https://www.bantuanhukum.or.id/web/19-alasan-tolak-reklamasi-jakarta/
2. https://metro.sindonews.com/read/1102554/171/ini-17-alasan-reklamasi-teluk-jakarta-harus-dihentikan-permanen-1461139422
3. https://indonesiana.tempo.co/read/21152/2014/08/27/Pak-Jokowi–Inilah-Alasan-Kami-Menolak-Reklamasi–