Breaking News

Zohran, Walikota New York Dibenci Trump

Oleh: Choirul Aminuddin, Wartawan SWARAMU

NEW York, pada pekan-pekan ini hingga November 2025, diperkirakan bakal meriang.

Apa musababnya? Tak lain dipicu oleh Zohran Mamdani, berpeluang besar memimpin kota metropolitan tersebut. Dia dibenci Presiden Donald Trump. Bahkan, Partai Republik meminta Trump mendeportasinya.

Kebencian Trump itu disampaikan kepada publik seperti dikutip media, seraya menuduh Zohran Mamdani adalah manusia tidak pintar. “Penampilannya sangat buruk,” ucapnya.

Zohran Mamdani adalah imigran asal India beragama Islam yang menjadi warga negara Amerika Serikat. Kendati sebagai pendatang, dia memiliki popularitas tinggi di kota yang penduduknya 10 persen muslim. Data statistik kependudukan pada 2024 menunjukkan, jumlah penduduk New York mencapai 8,4 juta jiwa.

Popularitas Zohran Mamdani diperlihatkan saat Partai Demokrat menggelar pemilihan primary. Pada pemilihan raya internal partai tersebut, politikus berusia 33 tahun ini mengalahkan mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo, dengan perolehan suara 43 persen. Sementara, Cuomo hanya meraih 36,4 persen suara.

Kuat dugaan, kebencian Trump maupun Partai Republik terhadap Zohran Mamdani dipicu oleh tema kampanye pada setiap pertemuannya dengan konstituen maupun calon pemilih.

Pria yang belum genap 10 tahun menjadi warga negara Amerika Serikat itu berjanji akan membela bangsa Palestina serta menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, jika berkunjung ke New York.

Netanyahu dikenal sebagai pemimpin bengis yang tidak memberikan ampun terhadap rakyat Palestina di Gaza. Mereka disapu bersih, tidak peduli balita, anak-anak, perempuan, atau orang tua. Demikian juga keberadaan gedung perkantoran, rumah sakit, dan sekolah yang berdiri di Gaza diratakan dengan tanah. Pendek kata, “Gaza dibumihanguskan!”

Oleh sebab itu, sesuai Statuta Roma, Pengadilan Kejahatan Internasional (International Crime Court) menetapkan Netanyahu harus diadili untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan majelis hakim.

Seharusnya Trump yang mengaku sebagai pemimpin negara paling demokratis di dunia tak perku mengumbar kebencian terhadap Zohran Mamdani. Bukankah landasan demokrasi itu ada pada nilai-nilai perbedaan. Apakah karena dia seorang imigran India, atau sebagai muslim yang posisinya minoritas di Amerika Serikat sehingga layak dibenci?

Trump, apakah Anda takut bila New York dipimpin seorang muslim? Anda boleh belajar, bagaimana London dipimpin Sadiq Khan dari Partai Buruh beragama Islam. Dia menjadi pengendali Ibu Kota Inggris tersebut tiga kali, 2016 – sekarang dengan peroleh suara mayoritas.

Apakah London dibawah kepemimpinan Sadiq Khan selama tiga periode berturut-turut tersebut menjadi kota intoleran? Tentu saja jawabannya, “Tidak!” Sebaliknya, London kian bersolek serta menjadi kota paling damai dan bahagia dibandingkan dengan tempat lain di Inggris.

Trump, Anda dapat juga melihat situasi di Skotlandia. Salah satu negara anggota Great Britain, Inggris Raya, ini dipimpin oleh seorang muslim imigran Pakistan, Humza Yousaf. Dia berasal dari Partai Nasional Skotlandia (Scotland National Party) setelah mengalahkan Nicola Sturgeon pada 2023.

Apakah Anda menemukan fakta, setelah Humza Yousaf berada di tampuk kepemimpinan, Skotlandia menjadi negara ekstrim, atau gudang teroris sebagaimana yang kerap Anda tudingkan terhadap komunitas muslim. Jawabannya, “Tudingan Anda salah!”

Saya minta Anda mengoreksi diri bahwa seorang muslim yang memimpin sebuah kota, terutama di Amerika Serikat, bukanlah ancaman. Dia justru menjadi idaman sebagai pemimpin paling ideal bagi kota yang penuh perbedaan.

Saya juga mengingatkan Anda, jika Amerika Serikat ingin diterima di seluruh bangsa penghuni bumi, maka hilangkan sikap arogan Anda yang gemar menuding bahwa muslim adalah esktrim, radikal dan teroris.

***

Tanjung Priok, 30 Juni 2025

About Redaksi Thayyibah

Redaktur