Oleh : Choirul Aminuddin
PETANG ini, Selasa 10 September 2024, penggemar sepak bola di Indonesia bakal siap di layar kaca untuk menyaksikan lanjutan laga PSSI melawan Tim Australia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Bagi mereka yang mengantongi tiket pertandingan tersebut, bisa menyaksikan langsung ke lapangan hijau.
Keduanya memiliki niat sama: berdoa untuk kemenangan Tim Merah Putih!
Pada pertandingan round 3 Piala Dunia 2026 ini, skuad Garuda berada di Grup C bersama Jepang, Australia, Saudi Arabia, Bahrain dan Cina.
Sebelumnya, PSSI menghadapi tuan rumah Arab Saudi di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Jumat 6 September 2024, dini hari Waktu Indonesia. Di pertandingan tersebut, Indonesia berhasil menahan imbang dengan skor 1-1.
Saya sempat menyaksikan siaran ulang pertandingan tersebut melalui layar hape.
Terus terang, saya kagum dengan permainan yang disuguhkan Skuad Garuda, menyusul tik tak yang dipertontonkan sejumlah bule muda, wabilkhusus Ragnar Oratmangun, di atas rumput hijau. Hasil seri, 1-1, sangat menggembirakan.
Catatan lain yang ingin saya sampaikan pada tulisan, baru kali ini, saya benar-benar mengikuti perkembangan PSSI setelah Ketua Umum Erick Tohir menaturalisasi sejumlah pemain dari beberapa negara, terutama Belanda.
Hasilnya? PSSI mengukir prestasi aduhai, setidaknya di Asia Tenggara. Untuk kawasan negara jiran, Garuda telah menjelma kembali menjadi Macan Bertaring. Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina ataupun Singapura bakal menjerit ngeri ketika harus berhadapan dengan Indonesia.
Bahkan, Jepang dan Korea Selatan -kedua negara yang menjadi langganan peserta Piala Dunia- mengaku di publik tak ingin menutup sebelah mata bila bertemu tim Merah Putih.
Apa kunci PSSI moncer seperti itu? Salah satu musababnya, menurut saya, kehadiran para pemain “diaspora” berkakek moyang Indonesia. Negeri Kincir angin menjadi penyumbang pemain naturalisasi paling banyak. Nyaris 90 persen personil PSSI, kali ini, berasal dari Belanda.
Dari sisi prestasi, kebijakan mendatangkan kaum naturalisasi tersebut memberikan dampak positif. Boleh diacungi jempol.
Namun dari aspek lain, pemain lokal, sebut misalnya Asnawi Mangku Alam dkk tersisih.
Bagi saya, tidak masalah jika mereka harus terpinggirkan. Sebab, ujung dari olahraga adalah prestasi.
Pinggirkan dulu soal nasionalisme. Toh para “bule muda” itu sudah menjadi warga negara Indonesia yang memiliki tekad mengerek panji-panji bangsa Indonesia di kancah internasional. Saya yakin nasionalisme mereka tak kalah dengan warga Indonesia lainnya. Satu tekad mereka: Merah Putih berkibar di negeri orang.
Kita tak perlu risau beda rasa antara singkong dan keju. Jika keduanya bersatu dalam kudapan pasti sedaaaap. Bismillah, semoga PSSI berhasil melibas Australia di GBK Jakarta, malam ini.