oleh : Ayah Dedy
Memiliki puluhan perusahaan, namun mengaku banyak waktu kosong. Bahkan sering meluangkan waktu untuk sharing ilmu ke pesantren2. Minggu lalu saja misalnya, beliau sempatkan mengisi dua hari full sesi penuh inspirasi dan tak mau dibayar.
Saya tanya apa rahasia kok bisa serileks itu mengelola omzet ratusan milyar dari perusahaan2nya. Beliau menjawab dengan analogi syajaroh thoyyibah dalam Al Quran. Kuncinya untuk top leader, adalah mengetahui dan fokus pada “batang” dan jangan terkecoh energi mengurus hal hal remeh yg termasuk kategori “ranting’ dan ‘daun”.
Dengan cara itulah beliau bisa menerapkan apa yg beliau sebut dengan “diet fikiran”. Memilah2 dan memikirkan yang penting-penting saja. Trik yang luar biasa penting di era overload informasi seperti sekarang ini.
Uniknya, beliau justru sebenarnya kagum dengan dunia pesantren, dan itulah sering meluangkan waktu sharing utk dunia pesantren. Salah satunya karena menurutnya, merekalah lembaga yang masih setia fokus kepada pendidikan karakter. Sesuatu yang luar biasa mahal dari apa yg dibutuhkan seorang pengusaha untuk bisa sukses. Karakter adalah batang dari setiap diri anak manusia.
Di era modern ini, siapapun bisa memiliki bisnis/ usaha meski tak punya ilmunya. Gampang, tinggal beli, asal punya duit saja. Beragam jenis pilihan franchise, waralaba tersedia banyak pilihan diluar sana. Isinya ilmu mengelola usaha. Namun, butuh karakter untuk bisa sukses menjalankan dan mengembangkan usaha tersebut. Ilmu bisa dibeli, pendidikan tak bisa dibeli. Persis seperti pesan salah satu pendiri Gontor, kyai Imam Zarkasy pada sebuah kesempatan.
Masya Allah, semoga bermanfaat. Banyak belajar dari beliau, presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) Dr (HC) Heppy Trenggono. Nafa’a bi ilmikum al Islam wal muslimin.