Oleh: Joko Intarto
Apa yang paling memorable di Pontianak? Bagi saya, in: Kopi Asiang.
Apa yang membuat warung kopi tradisional itu begitu sulit dilupakan? Tentu saja karena gaya si Asiang, pendiri sekaligus baristanya.
Sepengetahuan saya, Asiang mungkin satu-satunya barista di Indonesua yang melayani konsumen dengan bertelanjang dada. Saya belum menemukan barista dengan gaya seperti Asiang.
Saya tidak tahu mengapa Asiang selalu tidak mengenakan baju. Walau pun hanya kaos dalam saat bertugas.
Padahal ketika menganggur ia mengenakan kaos. Ia pun melepas kaosnya saat saya minta foto bersama.
Sejauh ini tidak ada yang merasa risih. Apalagi protes. Malah banyak pengunjung yang mengabadikan Asiang saat menjadi barista bertelanjang dada dengan ciri khas tattoo naga.
Saya pernah menulis: Branding Kopi Asiang itu sulit dipertahankan. Generasi penerusnya belum tentu mau berpenampilan seperti itu.
Tak ada rotan. Akar pun jadi. Tidak ada Asiang. Amin pun jadi.
Gara-gara hujan, mampirlah saya ke Aming Coffee cabang Jakarta. Kopi khas Pontianak. Pesaing Asiang.
Kopi Aming mulai beroperasi tahun 1970 di Pontianak. Cabang Jakarta belum lama dibuka. Di kawasan Juanda. Para roker alias rombongan kereta umumnya tahu lokasinya.
Beda dengan Asiang, barista Kopi Aming mengenakan kaos warna coklat muda. Tidak bertelanjang dada.
Racikannya kopinya sama, antara Pontianak dan Jakarta: Ada taburan biji kopi utuh di atas minumannya.