Oleh: Joko Intarto
Saya sangat senang melihat foto kiriman Pak Lambang Saribuana ini. Ada tempe Mbah Bayan dalam boks makan siang gratis yang dibagikan ke panti asuhan dan jamaah salat Jumat di Masjid At-Tanwir, PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat.
Tempe tersebut diolah UKM binaan Lazismu Grobogan menjadi rendang tempe. Setelah dikemas hampa udara, rendang tempe dikirim ke Lazismu Kantor Layanan Manggarai, Jakarta Selatan.
Menurut Andi, pimpinan Lazismu Grobogan, kemasan hampa udara bisa memperpanjang umur simpan makanan hingga tiga bulan. Tapi menurut Pak Lambang, waktu tiga bulan terlalu lama. Sebab, Lazismu Manggarai membagikan makan gratis rata-rata 500 porsi setiap hari Jumat. Karena pemesanan perdana hanya 1.000 potong, berarti dalam 2 minggu sudah habis.
Melihat fotonya, menu makan ini boleh dibilang istimewa. Selain nasi putih dan rendang tempe, ada juga rendang daging sapi, layanan, sambal terasa dan sebotol susu. Semuanya berasal dari para donatur Lazismu.
Meski program bagi-bagi makan gratis ini tampak biasa saja, rantai pasoknya cukup istimewa. Daging sapi berasal dari muzaki Lazismu DKI Jakarta. Rendang daging sapi diolah UKM binaan Lazismu KL Manggarai. Rendang tempe diproduksi UKM binaan Lazismu Grobogan. Susu diproduksi UKM binaan Lazismu Jawa Timur.
Ke depan saya mengusulkan agar Lazismu KL Manggarai menggunakan beras hasil panen petani binaan Lazismu Jawa Tengah. Pabrik tempe Mbah Bayan pun siap membeli hasil panen petani binaan Lazismu Grobogan.
Dengan pola ini, dana zakat, infak dan sedekah masyarakat melalui Lazismu bisa didistribusikan melalui berbagai program pemberdayaan. Para muzakilah offtaker program pemberdayaan yang sesungguhnya. Lazismu bertugas sebagai fund manager dan program manager.
Dengan pengelolaan yang baik, manfaar zakat seperti syair lagu Bengawan Solo ciptaan Pak Gesang: Mengalir sampai jauh.