Oleh: Joko Intarto
Gayeng. Guyub. Begitulah suasana di pabrik tempe Mbah Bayan beberapa malam lalu.
Andi boss Lazismu Grobogan datang bersama Supri, penanggung jawab program UMKM datang mengantarkan sample rendang tempe dan tempe bacem. Ada dua orang lagi yang menyertai mereka: koki yang memasak rendang dan bacem. Produksi pertama pekan lalu gagal total.
Untuk kali kedua Andi dan Supri datang ke pabrik tempe untuk memperlihatkan hasil produksi sample rendang tempe dan tempe bacem.
Pada produksi kedua, tempe bacemnya enak: Manis, gurih, sedikit asam dan sedikit pedas. Tampilan tempe bacemnya juga sudah bagus. Coklat kehitaman dan mengkilat. Cerah. Sudah sesuai dengan harapan saya.
Sebanyak 1.000 bungkus rendang tempe akan dikirim ke Lazismu KL Manggarai, Jakarta Selatan.
Selain dari Lazismu KL Manggarai, pesanan rendang tempe juga datang dari Palembang. Sudah ada satu pengusaha yang meminta sample 100 bungkus untuk diujicoba di pasar lokal.
Adapun tempe bacem akan diproduksi rutin 1.000 bungkus per minggu untuk dipasarkan di Surabaya. Jalur pemasarannya melalui jaringan warung angkringan di sana.
Sebaliknya rendang tempe walau baru dicoba satu kali sudah langsung jadi. Rendang tempe bercitarasa Sumatera Barat itu memiliki tampilan coklat kehuitaman. Citarasanya gurih, manis dan pedas. Rasa pedasnya bukan dari cabai melainkan rempah-rempah.
Kami makan bersama-sama. Lauknya rendang tempe dan tempe bacem dengan nasi putih. Sekaligus untuk menguji rasa.
Hasilnya, kedua produk tersebut sangat layak dipasarkan. Kalau diminta membuat skor antara 1 – 10, rendang tempe mendapat skor 8. Sedangkan tempe bacem mendapat skor 7.5.
Saya pun mengusulkan agar UKM binaan Lazismu Grobogan segera merilis produk rendang tempe dan tempe bacem itu ke pasar. “Jangan hanya melayani order Lazismu KL Manggarai dan pengusaha Surabaya. Produk ini layak dipasarkan di lokal Purwodadi juga,” kaya saya.
“Kami akan perkenalkan rendang tempe dan tempe bacem ini kepada semua peserta rapat kerja daerah Lazismu Grobogan tanggal 18 September 2021,” kata Andi.
Setelah masa perkenalan itu, saya usulan untuk membuat kreativitas produk berbasis tempe bacem dan rendang tempe yang belum ada di Grobogan. Dari obrolan santai itu, ditemukan satu produk baru: Nasi kucing rendang tempe.
Produk kuliner nasi kucing rendang tempe adalah produk eksklusif. Belum ada kompetitornya. Peluangnya untuk menjadi usaha unggulan terbuka lebar. Pemasarannya bisa dikonsinyasikan ke warung-warung angkringan yang menjamur di berbagai sudut kota. Bisa juga dipasarkan melalui outlet nasi kucing milik sendiri.
“Saya siap mendirikan warung nasi kucing rendang tempe untuk ujicoba. Bangunan warungnya sudah ada. Persis di depan pabrik tempe Mbah Bayan,” kata saya.
Warung nasi kucing bisa menjadi sarana pemberdayaan ekonomi bagi kelompok masyarakat yang terdampak pandemi. Misalnya anak-anak sekolah yang terancam drop out atau pekerja yang kehilangan pekerjaan.
Rendang tempe dan tempe bacem merupakan hasil kolaborasi Mbah Bayan dan Lazismu Grobogan. Mbah Bayan yang memproduksi tempe. UKM binaan Lazismu yang menjadikan produk tempe olahan.
Mbah Bayan dan UKM binaan Lazismu saling berbagi pekerjaan. Masing-masing fokus pada bidangnya. Hubungan keduanya institusi itu berkonsep B to B dan idak saling bersaing.
Pola kerjasama ini, kalau berhasil, bisa menjadi model pemberdayaan ekonomi yang menarik. Anda pun boleh menirunya. Gratis.