Oleh: Ribut Wahyudi
Baiklah, ini adalah tulisan pesanan dari beberapa sahabat.Aku akan mencoba menulis sebaik dan se-fair mungkin tentang ibu tunggal yang punya peluang sama untuk bahagia sebagaimana para ibu umumnya.
Menjadi ibu tunggal, baik karena perceraian atau ditinggal mati suami, adalah posisi yang sungguh menantang karena sebagian besar para ibu (istri) tidak punya rencana membesarkan anak (anak-anaknya) sendirian. Sebagian besar tidak pernah mengantisipasi bahwa nantinya akan merawat, mendidik, dan membesarkan anak-anaknya sendirian. Tanpa suami.
Jika kamu pada posisi ini, jangan berkecil hati. Karena kamu punya kesempatan (dan hak) untuk bahagia sama besarnya dengan para ibu yang masih bersuami. Meski sungguh bekerja sembari merawat anak memiliki tantangan tersendiri dan membutuhkan energi yang sangat besar.
Lantas apa yang harus kamu persiapkan dan lakukan?
1. Sayangi dirimu agar tetap sehat luar dalam. Menjadi ibu tunggal mengharuskan kamu selalu sehat baik raga maupun jiwa, serupa atlet yang harus bugar sekaligus motivator yang wajib terlihat bersemangat dan ceria. Untuk itu sayangi dirimu. Minum air yang banyak, makan makanan yang bergizi, dan pintar membagi waktu untuk beristirahat.
2. Menebalkan telinga. Ini karakter masyarakat kita yang sebagian belum siap menerima bahwa ibu tunggal punya hak yang sama dalam segala hal. Belajarlah untuk menebalkan telinga saat orang lain berbicara buruk tentangmu baik secara langsung atau di belakangmu. Kamu tidak bisa mengontrol omongan mereka tetapi kamu bisa mengendalikan dirimu dalam meresponsnya. Belajar cuek ya. Penting lho itu!
3. Sering berkumpul dengan sesama ibu tunggal. Minimal telpon-telponan dengan teman yang kebetulan juga menjadi ibu tunggal untuk bertukar pikiran dan pengalaman, terutama soal mendidik anak.
4. Memandirikan anak. Karena kamu harus bekerja, maka jika anak sudah menginjak usia cukup untuk melakukan tugas rumah, berbagi lah pekerjaan dengan mereka, tentu tidak dengan cara memaksa. Misalnya,mencuci piring, membersihkan kamar atau meja makan, mencuci baju dan menyetrika, dan lain-lain. Banyak bukti menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu tunggal justru lebih mudah untuk mandiri.
5. Sebisa mungkin melihat sisi positif dalam setiap perkara, terutama masa-masa sulit. Menjadi ibu tunggal tentu akan menghadapi masa-masa sulit, masa-masa krisis, yang jika tidak kamu tangani dengan benar bisa membuatmu stress, dan ini berdampak negatif pada anak-anakmu. Pastikan kamu melihat sisi positif dalam setiap situasi agar mampu mengendalikan diri. Untuk bisa mengontrol keadaan, kamu harus mampu mengontrol dirimu sendiri.
6. Anak-anak adalah alasan kamu hidup. Ini yang sangat amat penting. Dalam kasus perceraian, kamu telah gagal menjalani pernikahan, tentu kamu berharap agar anak-anakmu tidak mengalami hal yang sama. Sebahagia apa pun kamu menjadi ibu tunggal, kamu tidak ingin anak-anakmu juga bernasib sama. Mereka lah alasan kamu hidup. Mereka lah alasan kamu bertahan. Mereka lah alasan kamu harus tetap tangguh dalam menghadapi kerasnya hidup. Tentu tanpa harus melupakan kebahagiaanmu.
(RibutWahyudi tnggal di: www.indoliterasi.com)