Oleh: Joko Intarto
Dua jam yang produktif. Saya dapat ide baru setelah ngobrol dengan teman-teman pengurus Lazismu Grobogan, Jawa Tengah, di warung mi ayam pada tengah malam, pekan lalu: Qurban bisa sebagai sarana menggerakkan UKM dengan masa distribusi yang lebih panjang. Bagaimana caranya?
Kabar Qurban Bersama Yatim rupanya sudah sampai Grobogan. Bahkan sebelum saya tiba di sana. Program pengelolaan daging qurban yang saya inisiasi untuk PT Surya Sejahtera Umat (SSU) di Jakarta itu rupanya menarik perhatian teman-teman di Lazismu Grobogan.
Mereka sebenarnya baru tiba di kantor dan mes setelah seharian mengikuti rapat kerja di Solo. Saya pun baru check in di hotel Griya Laksana. Tidak disangka-sangka, mes dan hotel itu berdekatan. Gandeng tembok.
Jadilah kami bertemu di ‘’wilayah netral’’: Warung mi ayam di emper toko seberang hotel menjadi lokasi pilihan. Ngobrollah kami di sana selama tiga jam. Hingga lewat tengah malam.
Topiknya hanya satu: Soal program Qurban bersama Yatim itu. ‘’Bagaimana konsep frozen yang akan dilaksanakan?’’ tanya Wakhid Aji. ‘’Siapa tahu kami bisa meniru,’’ lanjut aktivis IMM yang juga punya usaha frozen daging olahan itu.
Saya akhirnya buka kartu. ‘’Frozen akan dilakukan di PD Dharma Jaya, BUMD milik Pemda DKI Jakarta yang sudah punya teknologi frozen meat menggunakan mesin ice blast,’’ kata saya.
Ternyata konsep frozen meat seperti itu tidak bisa ditiru di Grobogan dan di kota-kota lain yang belum memiliki fasilitas rumah potong hewan modern seperti Dharma Jaya. Tapi mereka punya ide lain: Gagasan frozen meat dimodifikasi. Ujung-ujungnya sama-sama frozen.
Panitia qurban bisa mengirim daging ke beberapa pabrik milik pengusaha frozen daging olahan untuk dimasak dan disimpan sepanjang tahun. Panti asuhan bisa mengambil sewaktu-waktu sesuai kebutuhan, sampai seluruh stoknya habis.
Kerjasama dengan pengusaha frozen daging olahan seperti ini tidak memerlukan investasi tambahan. Cukup numpang fasilitas produksi UKM. Kuota setiap UKM juga jangan besar-besar. Menyesuaikan kapasitas ruang penyimpanannya di masing-masing pengusaha. UKM yang dipilih juga bisa ditentukan sesuai cluster. Setiap UKM menjadi pick up point untuk penerima manfaat di sekitarnya.
Ada benyak pengusaha UKM di bidang frozen daging olahan di Grobogan. Paling tidak, 15 pengusaha di antaranya bisa diajak berpartisipasi. Merekalah yang akan keroyokan mengolah daging qurban agar bisa didistribusikan ke panti asuhan yatim seminggu sekali. Sepanjang tahun.
Qurban di era modern ternyata bukan melulu urusan panitia di masjid-masjid. Qurban juga bisa menggerakkan banyak UKM. Bukan hanya sebagai penyedia hewan, tetapi juga menyediakan jasa pasca qurban: Mulai mengolah dagingnya, menjadikan daging olahan menjadi frozen dan mendistribusikannya sampai qurban tahun depan.
Brilian! Ide cerdas ternyata tidak harus melalui meeting di hotel berbintang. Cukup di warung mi ayam.