Sepanjang Februari hingga Maret yang baru lalu, Yusuf Mansur gencar mempromosikan dua cabang baru pesantren miliknya. Pertama di Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Kedua di Rumpin, Bogor, Jawa Barat.
Dalam promo-promonya, Yusuf Mansur mengatakan, kedua cabang pesantrennya yang diberinama Darul Mansur ini sudah menerima pendaftaran santri baru. Hanya 5 juta rupiah. Begitu biaya yang diminta Yusuf Mansur untuk santri baru. Uang itu sudah termasuk biaya uang masuk, uang gedung SPP dan uang asarama satu tahun.
Dengan mendaftar sejak Februari atau Maret, artinya santri baru tersebut sudah harus mulai bersekolah pada Juli ini. Seperti yang kita tahu, tahun ajaran baru dimulai setiap pada bulan Juli. Dengan mulai bersekolah juga berarti santri-santri yang sudah mendaftar itu juga sudah harus menempati asrama mereka.
Nyatanya, pada pertengahan Maret lalu saat penulis berkunjung ke Wanayasa, Purwakrta, asama dan gedung sekolah Darul Mansur belum ada. Terlihat saat itu hanya kerangka sebuah bangunan baru. Menurut penunggu di situ, itu adalah kerangka bangunan masjid. Bukan sekolah atau asrama. Baca : https://thayyibah.com/2021/03/15/42705/belum-ada-asrama-dan-sekolah-daarul-mansur-sudah-terima-santri/
Lalu bagaimana dengan Darul Mansur yang berada di Rumpin, Bogor? Kemarin, Kamis (27/5) penulis mendatangi dan melihat langsung keadaannya.
Berada di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Darul Mansur ini tidak terbilang dekat dari Jakarta maupun Kota Bogor. Berada di pedalaman dan jauh dari pemukiman penduduk dengan jalan yang sempit meski sudah beraspal. Sebagian pegawai di kantor Desa Leuwibatu yang penulis temui tidak mengetahu di desanya ada pesantren bernama Darul Mansur.
Pesantren Darul Mansur yang oleh Yusuf Mansur dinyatakan membuka pendaftaran santri baru itu, yang ada saat ini hanyalah sebuah bangunan kayu yang belum rampung. Juga sebuah fondasi atau tembok sepanjang kurang lebih 20 meter. Ini semacam tembok penahan longsor tanah.
Sedangkan sebuah bangunan semacam gazebo yang dipublikasikan Yusuf Mansur sebagai Darul Mansur Rumpin itu, bukan berada di lahan Darul Mansur itu sendir. Bangunan tersebut ada di lahan milik orang lain persis di samping lahan Darul Mansur.
Menurut Darto, penjaga lahan di situ, bangunan itu sementara ditumpang oleh Darul Mansur. “Sementara Darul Mansur numpang di sini sebagai kantor. Kuncinya saya tetap saya pegang,” jelas Darto. “Gak ada orang Darul Mansur di sini. Kosong,” tambah Darto yang sudah tinggal di sini selama 10 tahun.
Darto dan keluarganya adalah orang kepercayaan pemilik lahan itu, seorang warga keturunan. “Bos saya tinggal di Bintaro. Saya diminta menjaga dan mengelola lahan dia ini,” jelas Darto sambil menunjuk luasnya lahan dan beberapa bangunan untuk ternak ayam.
Tahun ajaran baru tinggal sebulan lagi. Bagaimana dengan calon santri baru yang sudah mendaftar? Sedangkan di Darul Mansur Rumpin sendiri belum ada apa-apa. Spanduk yang terpasangpun sudah lepas tali pengikatnya. Oh..!