Mosi Integral 3 April 1950: Hari NKRI
Oleh: Salim A Fillah
Konferensi Meja Bundar (KMB) menyisakan berbagai persoalan yang merepotkan. Salah satu yang paling mendasar adalah bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah federasi yang beranggotakan Republik Indonesia (wilayah defacto-nya hanya Yogyakarta dan sekitarnya serta sebagian Sumatera) beserta negara-negara kecil lain yang sebagian besarnya hanyalah boneka Belanda.
Persoalan yang menjadi keresahan masyarakat ini aspirasinya disuarakan oleh Ketua Fraksi Masyumi di Parlemen RIS, Buya Mohammad Natsir. Karena masing-masing pihak baik para anggota Bijenkomst Voor Federal Overleg (BFO) maupun Pemerintah RI di Yogyakarta berkeras dengan pendirian masing-masing (Federalis vs Unitaris), Natsir menggegas dengan memberi pilihan kepada Pemerintah RI:
Pertama, kita berperang dengan semua negara bagian. Mereka semua akan kalah dan kita menjadi satu. Kedua, kita tidak perlu berperang. Kita ajak negara-negara bagian itu membubarkan diri dengan maksud bersatu. Kita, negara bagian RI ini memiliki Dwitunggal Sukarno-Hatta. Mereka tidak punya!
Setelah dua setengah bulan melakukan lobi, pada 3 April 1950, di Parlemen RIS, Natsir mengajukan mosi integral yang pada intinya mendesak Pemerintah RIS untuk melakukan ‘penyelesaian yang integral dan pragmatis terhadap akibat-akibat perkembangan politik yang sangat cepat jalannya pada waktu yang akhir-akhir ini.’
Mosi Integral itu ditandatangani bersama oleh Buya M Natsir, Soebadio Sastrosatomo, Hamid Algadri, Ir Sukiman, K Werdojo, AM Tambunan, Ngadiman Hardjosubroto, B Sahetapy Engel, Dr Tjokronegoro, Moch Tauchid, Amelz, dan H. Siradjuddin Abbas.
Pemerintah menerima mosi integral Natsir. Perdana Menteri RIS, Mohammad Hatta menegaskan, dia akan menjadikan Mosi Integral Natsir sebagai pedoman memecahkan persoalan yang dihadapi. Begitu NKRI tegak kembali, siapa yang jadi Perdana Menteri? “Tentu saja Saudara Natsir dari Masyumi”, tegas Bung Karno. “Mereka punya konsep yang baik tentang NKRI.”
Hari ini, 71 tahun lalu, NKRI lahir kedua kalinya lewat Mosi Integral Natsir. Kita memuji Allah atas taufiqNya kepada Sang ‘Ulama Negarawan. Kita cintai ia sedalam-dalamnya meneladani Buya Natsir.