Oleh: Salim A. Fillah
Alhamdulillaah buka dari jam 08.00-17.00 di hari Selasa-Ahad, selain menu ndeso yang sudah biasanya tersedia, Legen Mangir kini menghadirkan BUBUR PEMBAYUN. Diambil dari nama Putri Panembahan Senopati yang menaklukkan hati Ki Ageng Mangir, rasa buburnya yang lembut berpadu dengan kuah areh yang gurih, gudeg manggar yang legit, juga sayur daun singkong, tempe, dan krecek dengan cabe konkrit. Rasanya langsung jadi Ki Ageng.
Jangan lupa sarapan njih gaesss. Sarapan itu penting. Ngendikanipun Imam Asy Syafi’i, “Dalam pagi; air masih dingin, udara masih bersih, lalat masih sedikit; sarapanlah, agar hatimu tak tamak pada rizqi orang lain.”
Jika diniatkan sebagai sumber tenaga untuk mendayai ketaatan, betapa tingginya nilai ibadah dalam sarapan. Jika diniatkan untuk meraih keberkahan waktu pagi yang didoakan oleh Sang Nabi, betapa besarnya maslahat sarapan, dan betapa banyak mafsadat, penyakit, juga gangguan yang menyingkir dari badan.
Dan jika diniatkan untuk menjaga diri dari syahwat yang tamak lagi rawan dengki terhadap rizqi yang dianugerahkan pada sesama insan, betapa zuhudnya orang yang sarapan.
Adalah muallif kitab Tafsir Al Ibriz, Allahuyarham Kyai Bisyri Mustofa (Ayahanda Gus Mus), memiliki satu kebiasaan yang beliau nasehatkan pada para muballigh yang ke sana-kemari mengisi pengajian. “Makanlah dulu”, ujar beliau, “Agar hati kita tak berharap mendapat suguhan.”
Ini rupanya bagian dari falsafah hidup beliau yang diistilahkan sebagai “ihtiraas”. Ini bukan sekedar wara’, yang bagai jurus melipir menghindar dari yang haram, syubhat, ataupun mubah namun berlebihan. Ihtiraas lebih seperti benteng yang melindungi diri dari aneka serangan lawan yang jelas adalah syaithan.
Hayuk sarapan di Legen Mangir.