Oleh: Imam Suhardjo
Aku ingat sahabatku yang tlah pergi
Almarhum Mahadi
Mantan anggota dewan mantan menteri
Yang hidup biasa-biasa saja
Yang ngomong apa adanya
Dulu dia pernah berkata:
“Sepi ing gawe, rame ing televisi”.
Kini semakin nyata:
Rame ing pernyataan, sepi ing kenyataan
Banyak tokoh teriak: aku pancasila
Ditabraknya tatabahasa, teriak seenaknya
Tetiba aku takut Pancasila kehilangan makna
Dan benar: lalu Pancasila digerogotinya menjadi Trisila, bahkan Ekasila. Lama-lama bisa hilang itu sila-sila.
Banyak tokoh teriak NKRI harga mati
Aku takut NKRI mati harga, tak dihargai sesiapa. Kapal asing seenaknya curi ikan. Traksaksi minyak di tengah lautan. TKA masuk leluasa. Bendera pemberontak berkibar di udara. Merah putih berkibar setengah tiang. Beberapa prajurit gugur di sana,
Ketika membela wong cilik cuma jadi slogan.
Aku yakin yang ngomong jadi wong gede lupa daratan. Yang kejahatannya serba gede. Menipu. Berbohong. Nyolong. Janji Palsu. Menjarah. Menindas. Suara dimanipulasi. Ekomomi meroket padahal roketnya tak ada. Bantuan untuk wong cilik dirampok gede-gedean. Hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas. Wong cilik tetap cilik. Terpuruk. Meringkuk. Tertunduk. Terduduk. Terbungkuk meratapi kecilikannya. Sementara wong gede menikmati kelicikannya. Jahat!
Bekasi pagi hari, ultah ke 74 Himpunanku.