Oleh: Abrar Rifai
Saya berkawan dengan banyak orang, termasuk juga mereka yang tidak sepakat dan bahkan tidak suka Habib Rizieq. Selagi mereka tidak menghina dan tidak mencaci beliau, maka akan saya biarkan.
Tapi kalau ada yang menghina Habib, dengan bahasa satir sekalipun, seketika akan saya putuskan pertemanan dengannya. Atau saya diamkan.
Cinta dan benci itu persoalan rasa. Suka atau tidak suka adalah urusan hati. Tapi jujur mengakui kenyataan atau mengingkarinya, ini adalah urusan moral yang paling mendasar.
Ketidakjujuran inilah yang menyebabkan para penzalim di masa lalu terus terjerembab dalam kubang kezaliman yang begitu dalam.
Fir’aun ketika didatangi Musa dan Harun dengan sejumlah kenyataa, ia mengingkarinya. Karena itulah Fir’aun makin beringas, hingga akhirnya dia tenggelam di tengah laut.
Namrud menolak semua kebenaran yang dikemukakan Ibrahim, hingga akhirnya dia terkapar mengenaskan karena serangan serangga.
Mahfud MD dengan segala kecerdasannya, bukan tidak tahu kebesaran dan ketokohan seorang HRS. Tapi orang ini tak jua sudi menerima kenyataan tersebut. Bahkan sejak 212, Pak Mahfud pun sudah berbual bahwa massa yang ikut aksi bukanlah pengikut HRS.
Entah hijab apa yang membentang pada minda Pak Mahfud, hingga tidak menerima kenyataan bahwa Habib Rizieq begitu dicintai dan diikuti banyak orang.
Entah karena kebencian yang terus dipupuk dan disiram, atau atas pembelaannya terhadap rezim yang saat ini ia menjadi bagian darinya.
Tapi apapun itu, Mahfud MD atau siapapun yang terus menebar kebencian dan berupaya mengesankan bahwa HRS tak mempunyai banyak pengikut, tak akan mempengaruhi kesaksian banyak orang yang terus jujur menjaga nuraninya.
Bahwa menyukai Habib Rizieq tak bisa dilakukan semua orang, itu memang iya. Sebab cinta adalah kerja hati. Tak sesiapa pun bisa menjajah hati setiap orang.
Bahwa sepakat atau kontra terhadap perjuangan HRS, tentu masing-masing kita bisa berbeda. Sebab kesepakatan atau penolakan, itu adalah kerja otak, sesuai kapasitas dan pengetahuan yang memenuhi memorinya.
Otak yang dipenuhi gula, maka semut akan mengerubungi. Sedang otak yang bertabur bunga, akan dikepung lebah. Adapun otak yang berisi sampah, lalat-lalat yang akan terus mengitarinya.
Hari-hari panjang masih akan dilalui Habib. Masih banyak waktu juga yang akan dijalani Mahfud MD dan Presiden Jokowi. Kita akan menyaksikan, apakah kepentingan Bangsa yang menjadi arah kekuasaan, ataukah kerakusan para perusak yang akan terus dipenuhi.
Dalam sebuah tayangan video yang tersebar luas, Mahfud MD memberikan keterangan, “Dia mempunyai hak hukum dan juga mempunyai kewajiban hukum seperti kita semua warga negara Indonesia lainnya.”
Seakan Menkopolhukam asal Madura tersebut memberikan pesan, bahwa Habib silakan pulang. Tapi ada kasus hukum yang siap diproses untuk kembai menjeratnya.
Sudahlah Pak Mahfud, tidak usah memperpanjang masalah dengan pernyataan bernada ancaman. Sebab itu hanya akan membuat para pendukung HRS semakin mengkristal, yang akhirnya nanti semakin merepotkan Pemerintah