Tentang Sebuah Doa
Oleh: Ahmad Syatiri Matrais
وَعَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ:”اللَّهمَّ أَصْلِحْ لِي دِيني الَّذي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتي الَّتي فِيها مَعَادي، وَاجْعلِ الحيَاةَ زِيادَةً لِي في كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الموتَ راحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍ “رَوَاهُ مسلِمٌ.br/>
Doa ini sering dibaca oleh Abuya KH. Nurul Anwar setelah shalat wajib. Tak pernah ketinggalan selalu diucapkan. Bagi santri Attaqwa yang merasa diajarkan oleh beliau akan terus terngiang doa ini. Bahkan mayoritas santri hapal tanpa membaca kitabnya, lantaran sering sima’i dengannya.
Ketika Abuya membacakan ayat ini, kami, santri Attaqwa biasa saja mendengarnya. Seperti wirid yang warid. Tidak ada yang ajib atau aneh dari doa yang dilantunkan. Mungkin karena kami sebagai santri kala itu tidak mengerti arti dan kedahsyatan doa yang diucapkannya.
Beberapa tahun kemudian setelah menyelesaikan studi, dan pulang ke masyarakat, doa ini menjadi senjata pamungkas saat saya dipersilahkan memimpin doa. Sontak keingintahuan pun terusik dengan pertanyaan dalam hati. Kenapa Abuya senang sekali dengan doa ini.
Saya pun mencari tahu, apa rahasia dibalik doa ini. Ternyata kedahsyatan doa ini begitu hebat. Ada 5 pilar dasar yang menjadi keajaiban doa ini. Wajarlah jika doa ini keluar dari lisan Nabi yang ma’sum sebagai wahyu yang diucapkan.
Pertama : Tentang Agama.
Dalam doanya nabi mohon kepada Allah kebaikan agama. Agama sebagai komponen vital kehidupan manusia. Pembeda antara yang hak dan yang batil. Barometer dan neraca kehidupan, way of life keselamatan. Agama patut dan layak dipelihara, dijaga dan diamalkan.
Ramadhan Al Buthi, pemikir kontemporer dari Syiria menganggap Agama sebagai salah satu kebutuhan vital hidup manusia (dharuriyah khamsah) yang harus dijaga. Karenanya Syariah diturunkan. Saking luhur adan agung kedudukan agama sampai ada hadits yang begitu tegas. Siapa yang menggonta-ganti agama, wajib dibunuh (من بدل دينه فاقتلوه). Sebab agama Islam yang ada disisi Allah, dan orang yang menganut agama selain Islam akan merugi dunia akherat.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Ali Imron : 86)
Ada maksud agung dari doa Abuya ini, agar agama dan keyakinan santri terpelihara, menjadikan agama sebagai benteng kehidupan dan solusi dari permasalahan hidup. Itulah mengapa dalam doanya secara tidak langsung beliau memohon doa agar santri Attaqwa kuat dalam keyakinan agamanya. Menjalankan nilai-nilai keagamaan dengan sempurna.
Kedua : Tentang Dunia.
Sebagai tempat hidup. Pada konteks ini, Nabi memohon kelayakan dunia sebagai wasilah taqwa. Menjalankan proses secara proporsional. Walau sebatas persinggahan, diharapkan bisa membawa bekal yang cukup untuk kehidupan akhirat. Memohon kecukupan dari kebutuhan hidup, bukan memenuhi keinginan hawa nafsu. Dicukupkan dengan yang halal, bukan untuk konsumsi yang diharamkan. Sebab adanya hidup dan mati adalah pertarungan kwalitas hidup, manakah yang terbaik amalnya.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk : 2)
Ketiga : Tentang Akherati.
Tujuan dari persinggahan dan perantauan di dunia. Semoga Husnul khatimah, dapat menggapai kasih sayang Allah dengan keikhlasan dan ketaatan. Menuai amal kebaikan di dunia fana, berpanen ria di tempat baqa’. Kehidupan akherat nyata adanya. Mendapat nikmat bahagia itulah balasannya.
Keempat : Tentang Kehidupan.
Sebuah fase yang harus dilewati manusia di dunia, menentukan akhir sebuah perjalanan. Semoga kebaikan senantiasa mengiringi kehidupan, dengan keyakinan ilmu dan kemantapan amal. Itulah doa yang selalu dimunajatkan. Siang dan malam menjadi persaksian, meraih harapan dalam kenikmatan. Ya, sebuah kenikmatan hidup yang menjadi dambaan insan dalam arti swbenarnya, Ridha Allah sebuah tujuan dari perjalanan hidup manusia dan kehidupannya. Bahagia bagi insan yang menjadikan kehidupannya sebagai nilai kesucian dan sengsara bagi insan yang mengotori hidupnya dengan keburukan.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا . وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (Q.S. ASY Syams 9-10)
Kelima : Tentang Kematian
Kematian adalah awal dari kehidupan akherat. Sebuah babak peristirahatan duniawi, menuju kehidupan yang abadi. Doa ini selalu dipanjatkan agar kematian membawa kebaikan, terhindar dari fitnah, bala dan musibah serta su’ul khatimah. Doa ini ternyata memiliki keutamaan yang luar biasa. Seluruh isi kehidupan, tujuan dan harapannya terangkum dalam sebuah doa yang indah di dengar dan mudah diucap. Semua itu membawa kepada kebaikan akhir sebuah perjalanan manusia.
اللهم اختم لنا بحسن الخاتمة ، ولا تختم علينا بسوء الخاتمة.
Rangkaian doa ini menghantarkan pada kemulian hidup sekaligus penutup yang baik.