thayyibah.com :: Beberapa negara sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan, bahkan mempersiapkan diri untuk masuk ke fase The New Normal. Langkah ini dinilai bisa menjadi boomerang dengan kemungkinan adanya gelombang kedua virus corona.
Tanpa vaksin dan penanganan yang masih dalam fase penelitian, ditakutkan akan datang gelombang kedua yang memberikan dampak lebih dahsyat ketimbang sebelumnya. Menurut Dr. Anthony Fauci, imunolog dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases, ketika masyarakat kembali ke kehidupan normal bisa menjadi awal untuk kemunculan gelombang kedua corona.
Gelombang Kedua Lebih Berbahaya?
Para ahli menyimpulkan gelombang kedua akan memberikan dampak yang lebih besar didasarkan pada pandemi ataupun endemi sebelum-sebelumnya. Misalnya, ketika di pertengahan tahun 1960-an, saat empat jenis coronavirus menginfeksi masyarakat, wabah ini justru memuncak di musim dingin.
SARS-CoV-2 yang sekarang ini menginfeksi dunia besar kemungkinan akan mengikuti pola tersebut. Jika itu terjadi, gelombang kedua virus akan kembali tepat pada saat dimulainya musim flu. Flu telah menjadi ancaman konstan bagi orang Amerika Serikat selama tahun terakhir ini.
Centers for Disease Control and Prevention memperkirakan setidaknya ada 39 juta kasus flu di Amerika Serikat dan setidaknya 24.000 kematian selama musim dingin pada 2019–2020. Kemungkinan bila gelombang kedua terjadi pada musim flu akan menciptakan banyak kebingungan karena gejala yang tumpang tindih dan menimbulkan tekanan besar pada sistem perawatan kesehatan.
Tindakan Pencegahan untuk Gelombang Kedua
Untuk penanganan dan pencegahan gelombang kedua corona, diperlukan beberapa persiapan. Mulai dari persiapan rumah sakit dan klinik untuk menyediakan peralatan pelindung diri dan persediaan test corona.
Masyarakat umum juga harus lebih menjaga kesehatannya. Teruslah menggunakan masker wajah dan jangan berkumpul dalam satu area lebih dari 10 orang. Ketika kota-kota dibuka kembali, pemerintah harus membuat rencana untuk segera mengeluarkan kembali aturan untuk tinggal di rumah atau langkah-langkah physical distancing yang ketat di masa depan jika diperlukan.
Pejabat kesehatan di seluruh negeri harus terus fokus pada perluasan pengujian virus corona, pelacakan kontak, dan pengobatan. Meningkatkan efisiensi petugas kesehatan menangani pandemi coronavirus akan menjadi salah kunci menghadapi corona gelombang kedua.
Sebagaimana kerja virus pada umumnya, orang-orang yang telah pulih dari virus akan memiliki semacam kekebalan. Namun pada kasus corona ini, belum diketahui seberapa kuat kekebalan tersebut, dan berapa lama akan bertahan.
Pasien dengan infeksi MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome) tidak mungkin terinfeksi kembali setelah mereka pulih. Sejauh ini belum diketahui apakah perlindungan kekebalan yang serupa akan terjadi juga untuk orang yang terinfeksi COVID-19.
Menurut WHO, sebagian besar penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang telah pulih dari infeksi corona memiliki antibodi untuk virus tersebut, tetapi beberapa di antaranya memiliki tingkat antibodi yang sangat rendah dalam darahnya.
Masih banyak teori-teori yang belum bisa dibuktikan sepenuhnya terkait kasus corona ini. Para ahli masih mengimbau untuk mereka yang telah terinfeksi harus mengikuti langkah-langkah kebersihan dan tindakan pencegahan yang direkomendasikan oleh WHO.
Sumber: halodoc