thayyibah.com :: Anemia selama kehamilan (konsentrasi Hb <11 g/dL) tidak hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di negara berkembang, tetapi juga merupakan masalah yang signifikan di negara maju. Lebih dari setengah wanita hamil dan anak-anak di bawah usia lima tahun menderita anemia.

Faktor penyebab anemia selama kehamilan

Terdapat banyak faktor yang berhubungan dengan anemia selama kehamilan. Malaria dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama, meskipun banyak sekali faktor penyebab anemia selama kehamilan. Anemia selama kehamilan dapat timbul akibat gizi buruk baik sebelum maupun selama hamil; sosial-ekonomi, pendidikan, dan pengetahuan yang rendah akibat kurangnya informasi; usia ibu hamil; kunjungan antenatal; dan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. Prevalensi anemia selama kehamilan meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan serta berhubungan dengan tingkat pendidikan dan status sosioekonomi yang rendah.

Anemia nutrisional (anemia karena kekurangan gizi) adalah jenis anemia yang paling banyak terjadi. Defisiensi (kekurangan) besi adalah penyebab terbanyak anemia yang terkait dengan nutrisi. Anemia defisiensi besi bertanggung jawab pada kurang lebih 95% anemia selama kehamilan, yang menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan terhadap besi selama kehamilan.

Defisiensi berbagai jenis mikronutrien juga berkontribusi terhadap anemia dalam kehamilan. Anemia nutrisional juga dapat terjadi karena kekurangan asam folat atau vitamin B12. Anemia lainnya yang terjadi selama kehamilan adalah anemia karena hemoglobinopati, anemia aplastik, anemia yang diinduksi oleh obat, kelainan sel darah merah bawaan (talasemia α, defisiensi glukosa-6-fosfat) serta anemia karena kekurangan vitamin A.

Anemia dapat berperan sebagai faktor pokok yang menyebabkan seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk meninggal karena salah satu dari lima penyebab utama kematian ibu hamil (kematian maternal), yaitu perdarahan, sepsis, eklampsia, aborsi, dan partus macet (obstructed labor). Sehingga anemia dapat bertanggung jawab pada 17-46% kasus kematian maternal. Oleh karena itu, salah satu komponen kunci dari safe motherhood (kesehatan ibu hamil) adalah pemberantasan anemia selama kehamilan.

Akibat anemia selama kehamilan

Selama kehamilan, anemia berat (Hb <7 g/dL) dapat menyebabkan perubahan sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan risiko gagal jantung. Selama persalinan, wanita dengan anemia berat kurang mampu menoleransi kehilangan darah, meskipun hanya dalam jumlah sedang, sehingga memiliki risiko lebih tinggi untuk menerima transfusi darah selama persalinan. Anemia selama persalinan juga menyebabkan lemahnya kontraksi uterus, tenaga mengejan lemah, dan perdarahan post partum (perdarahan setelah melahirkan) akibat atonia uteri (kontraksi uterus yang lemah). Padahal, perdarahan adalah penyebab terbanyak kematian maternal di Indonesia.

Bagi janin, anemia berat yang diderita ibu hamil dapat menyebabkan IUGR (intra  uterine growth retardation/gangguan pertumbuhan janin), abortus, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini disebabkan karena anemia selama kehamilan akan menyebabkan berkurangnya transpor oksigen ke dalam janin yang sedang berkembang sehingga akan menimbulkan efek yang merugikan pada pertumbuhan janin.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pencegahan anemia selama kehamilan hendaknya menjadi salah satu prioritas utama dalam program perawatan antenatal. Informasi dan penyuluhan kepada ibu hamil tentang anemia selama kehamilan juga hendaknya menjadi salah satu program promosi kesehatan yang terus-menerus disampaikan di masyarakat.

***

Selesai disusun di pagi hari, Rotterdam NL 25 Dzulhijjah 1438/17 September 2017

Yang senantiasa membutuhkan ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

Tulisan ini disarikan dari skripsi S1 penulis berjudul, “Faktor risiko anemia pada saat persalinan pada ibu hamil di daerah endemik malaria kabupaten Jepara propinsi Jawa Tengah”, Fakultas Kedokteran UGM tahun 2007.

Sumber: kesehatanmuslim.com