Breaking News
(Foto : Rancah Pos)

Catatan Cinta Lansia (15)

RAMADHAN, SEMOGA BENCANA CEPAT PERGI

(Foto : Rancah Pos)

Oleh : Pipiet Senja

Anno 16 April 2020

Ini memasuki pekan ke-6 kami #Dirumahaja. Anggap saja sikon terkendali aman dan baik-baik saja. Dalam artian tidak ada yang sakit. Bahkan warga di perumahan Kavling Pupuk Kujang tak ada yang sakit seorang pun. Ini sudah saya tanyakan kepada Pak RT.

Sementara anakku yang dirumahkan dari pekerjaannya dengan gaji tinggal 25%. Ia masih mengerjakan pekerjaannya melalui online dan teleconference. Biasanya dia pergi ke kamar di atas yang dijadikan ruang kerja juga. Anaknya diminta tidak ganggu. Harus seperti hari biasa, bersama neneknya di bawah.

Ada kesibukan tersendiri untukku sejak #dirumahaja. Menjadi guru buat cucu, Qania. Awalnya semangat saja anak ini melakukan tugas tugasnya. Belakangan ada bosannya. Mulai sering membantah dan mendadak ngambek.

“Boseeeen Manini. Mau sepedahan!” rengeknya.

Akhirnya kuizinkan juga dia sepedahan. Setelah dilengkapi, baju serba tertutup, masker dan sarung tangan.

Belakangan Qania bosan juga rupanya sepedahan sendirian. Memang tak aa lagi satu pun anak sebayanya yang keluar rumah bermain.

“Udahan Manini, maleees, sepedahan sendirian!”

Gubraaaak!

“Aduuuh, jangan main bantinglah, Nak,” tegurku kaget sekali lihat kelakuannya.

Sepanjang hari itu Qania ngambek. Menolak belajar, makan pun sedikit dan sama sekali tak mau minum susu. Aku celingukan di dapur. Kuambil air wudhu dan sholat dhuha. Lanjut berdoa dan berzikir. Diam diam kupasang ruqiyah penyinglar segala penyakit.

Awalnya Qania merasa terganggu.

“Kecilkan Manini pliiis!”

Kuhampiri dia dan mulai cerita.

“Qania, di luar sana musuh kita itu semakin kuat. Tahu kan namanya?”

“Tahulah si covid 19.”

“Sudah banyak loh yang meninggal. Gara gara dimakan si covid 19. Apa kita biarkan saja dia memakan kita?”

Qania meletakkan gadgetnya tab buluk yang sering terbanting dan tak hancur hancur.

“Kita lawanlah, Manini. Gimana caranya?”

“Kita bikin video tentang covid 19, mau?”

“Mauuuu!”

“Qania mandi dulu, pake baju cantik, rambutnya disalon sama Manini. Sambil makan dan minim susu, gimana?”

“Mau, asyiiiiklah. Betul disalon ya, Manini?” semangatnya kembali dengan sepasang bintang elok, mata putriku.

“Iya sayangku, cantikku, jelitaku. Qania kan anak solehah ya,” shittu merepet sambil menggiringnya he kamar mandi.

Jadilah videonya dan kami mengunduhnya di YouTube Pipiet Senja juga IG @pipietsenja.

Membujuk anak anak mudah saja ternyata. Sekarang saat sendirian di malam senyap, giliranku tercenung.

Aku pasien Thallasemia dengan DM dan ashma. Karena kuatir terpapar aku ogah ke rumah sakit. Bertahan di rumah saja sudah 6 pekan begini. Masih ada persediaan obat gula dan jantung plus lambung.

Adakah yg bisa beri solusinya, bagaimana agar tidak harus lama nunggu di RS saat mau berobat rutin? Antrian BPJS hari-hari biasa saja datang jam 7 antrian sudah nomer 300 an. Di loket BPJS orang berjubelan tanpa jarak. Atau bertahan saja terus di rumah tanpa berobat rutin? Paling resikonya tahu-tahu mati, eaaaaa?

Allahu Akbar. Gema azan dari Masjid tanpa terasa telah membuyarkan resah pasahku. Ya, hanya kepadaMu jualah kami memohon perlindungan. Tiada daya tiada upaya.

Ya Robbana. Kami mohon segera angkatlah wabah ini dari bangsaku dan negeriku. Selamat datang wahai Ramadhan. Semoga Kira diperjumpakan dalam barisan orang orang beriman yang pantang menyerah. Ikhtiar dan berdoa tambah sedekah.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur