Oleh : Luthfi Bashori
Imam Wahab Ibnu Munabbih berkata, “Nabi Musa pernah mendatangi Fir’aun seraya berkata, ‘Berimanlah kamu, agar kamu mendapat surga dan kerajaan.’ Maka Fir’aun bermusyawarah dengan Haman tentang usulan Nabi Musa. Jawab Haman, ‘Kalau engkau sekarang disembah orang, mengapa engkau mau mendengar usulan Musa sehingga engkau menjadi seorang penyembah?’ Sehingga Fir’aun menjadi sombong, padahal di awal pemerintahannya, ia bersifat adil dan baik. Setelah menjadiakan Haman, Qarun, dan orang-orang fasik sebagai kawan dekatnya, maka ia menjadi binasa.”
Menurut sejarah, Fir’aun dulunya adalah pemimpin yang bijaksana, jujur, tidak korup dan senang mensejahterkan rakyatnya, hingga semua orang mencintai dan menghormatinya. Namun sayangnya dalam perjalanan karir kekuasaannya ia salah dalam memilih anggota wantimja (Dewan Pertimbangan Raja) yang terdiri beberapa bidang keahlian, namun Fir’aun mengangkat khusus seseorang yang dianggap paling cerdas dan brilian serta menonjol dengan ide-idenya khususnya untuk urusan yang tekait dengan dunia kekuasaan dalam kerajaan yaitu Haman, maka diangkatlah si Haman sebagai penasehat dan pengawas hampir di semua bidang (Menteri Segala Urusan).
Dengan melihat ketaatan dan ketulusan rakyatnya serta rasa cinta mereka yang mendalam kepada Fir’aun sang raja bijak itu, serta seringnya mempertimbangkan pemikiran-pemikiran jitu yang disampaikan oleh para anggota Wantimja, maka mulailah datang rasa kesombongan dan keangkuhan Fir’aun, apalagi saat mendengar rayuan-rayuan maut dari sosok Haman sang Menteri Segala Urusan, hingga mulailah si Fir’aun menginginkan kedudukan lebih bagi dirinya itu, bukan hanya sekedar menjadi seorang raja yang ditaati dan ditakuti, namun Fir’aun akhirnya berani mentahbiskan dirinya sebagai tuhan bagi seluruh rakyatnya.
Saat Allah mengutus Nabi Musa untuk menyadarkan kesombongan Fir’aun, dengan dakwah yang baik, melalui kata-kata yang bijak dan ilmiah, agar Fir’aun menyembah kepada Allah. Maka semula dakwah Nabi Musa sempat berhasil masuk dalam hati Fir’aun, dan Fir’aun pun mulai berpikir tentang isi dakwah Nabi Musa yang dinilai rasional.
Lantas Fir’aun meminta pendapat kepada Haman sang penasehat yang memiliki karakter jahat, hingga Haman mengatakan, “Wahai Raja, sekarang engkau telah dipertuhankan dan disembah oleh rakyatmu, apakah engkau akan turun derajat lagi menjadi seorang penyembah Tuhannya Musa ?”
Sejak itulah Fir’aun marah kepada Nabi Musa, bahkan berjanji akan membunuh Nabi Musa karena hasutan si Haman sang penasehat jahat.