Breaking News
(Jadi pintar)

Catatan Cinta Lansia (10)

Suami untuk Butet

Oleh : Pipiet Senja

(Jadi pintar)

Anno 10 April 2020

Ini boleh dibilang sesi #MencariMenantu. Malam kemarin, saat aku asyik di depan laprop, menyunting buku Kesadaran dan Penjara. Tiba tiba Qania turun dari kamarnya di atas. Setengah loncat begitu sepertinya terakhir dua anak tangga, ciaaaaat!

“Astaghfirullahal adhim…. Qania, tega ya bikin Manini kaget. Nyut-nyutan nih jantung Manini, tauk!” Spontan neneknya yang memang punya masalah dengan jantung, mengomel.

Fakta, serasa nyut-nyutan kalau mendadak ada aksi mengagetkan. Bahkan baru baca berita duka saja kontan tak nyaman. Sudah bengkak sejak hamil Butet, 1989.

“Manini, mau tidur di sini sajalah. Gak enak tidur sama Mami,” lapor Qania sambil menaruh bantal guling kesayangannya di kasurku.

Aku menghentikan kegiatan menyunting. Kutatap wajah anak kecil kesayanganku.

“Memang ada apa sama Mamimu?”

“Tadi kan kita sudah tidur tuh. Tiba tiba Qania denger ada yang nangis. Si Mami tuh sengguk senggukan. Terus bilangnya begini nih; gak mau tua sendiri, gak mau mati sendiri. Teruuuuus aja bilang begitu. Qania kan jadi takut….”

Jantung ini serasa kian senut senut, tambah agak sesak. Waduuuh!

“Ayo, kita tengok saja ke atas,” ajakku segera mengumpulkan semua kekuatan.

Aku bisa paham dengan galaunya anakku. Sejak cerai hampir 4 tahun yang silam, dia berjuang keras. Kerja sambil S2, serius jungkir balik dibuatnya. Belum lagi kalau emaknya ini mendadak kumat. Acapkali aku memutuskan pergi sendiri ke UGD, setelah menitipkan Qania kepada adikku, atau teteh yang suka antar jemput sekolah.

“Ayo, Manini, lihat si Mami. Kasihan juga ya, nangis sendirian,” kata Qania terdengar cemas.

Namun, sebelum bergerak, suara dari tangga terdengar lantang.

“Qaniaaaa…. Kok ninggalin Mami sih?”

Butet langsung menyambangi kami,   memeluk anaknya sekejap. Kemudian beralih memelukku, sambil bilang, “Mama sedih gak sih tua sendirian?”

Aku spontan menyahut,”Siapa bilang sendirian? Kan ada kalian. Banyak sahabat juga yang perhatian. Terutama ada Gusti Allah….”

Anakku seperti terperangah mendengar jawaban emaknya.

“Memang ada apa bikin Qania bingung?’

“Oh, yeah, ngelindur kayaknya. Ayo, ke atas lagi, Qania!”

“Asyiiiiik! Jangan ngelindur lagi, janji ya Mom?”

Kuawasi mereka kembali ke atas. Namun, masih kudengar permintaan putriku.

“Mama kan pintar carikan jodoh buat murid-murid Mama. Sekarang serius, tolong carikan jodoh Butet, ya Mama, pliiiis.”

“Kriteriamu bagaimana?”

“Mandirilah, maksimal 45 an bujang atau duda. Jadi imam Butetlah, Mam….”

Nah, sahabat Manini. Kali ini seŕius Manini cari menantu buat putriku. Bagi yang serius silakan langsung WA: 08111581856.

Jangan main main dengan Manini, ya Brow. Kalau main main, awaaas, gw gentayangin loh! Putriku ini anak yang sangat berbakti kepada emaknya. Alumni FHUI 2007. Kandidat Notaris. Termasuk perempuan tangguh, mandiri.

About Redaksi Thayyibah

Redaktur