Seseorang yang memiliki ilmu agama dan mengamalkan ilmunya, orang yang bertakwa, lagi sadar dan waspada, tentunya mengetahui bahwa ada malaikat pencatat amal yang senantiasa menuliskan segala tindakan yang dia perbuat dalam catatan mereka, dan ada Allah yang senantiasa terjaga, tidak pernah tidur, dan tidak pernah lalai dalam mengawasi segala gerak-geriknya dari atas ‘Arsy sana.
Dia sadar, bahwa segala perbuatannya itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan seluruh makhluk ketika hari pembalasan tiba. Oleh karena itu dia berusaha menjaga tindak-tanduknya agar berada dalam lini koridor syariat karena dia memahami bahwa dari atas ‘Arsy-Nya, Allah dapat melihat segala hal yang nampak dan tersembunyi dari makhluk ciptaan-Nya, dan dia juga mengerti bahwa ada balasan atas apa yang telah dikerjakannya di dunia, berupa surga dan neraka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan, tetapi merekalah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiya’: 23).
Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al-Isra’: 36).
Bandingkan keadaan di atas dengan orang yang minim pemahaman agama. Yang terjadi adalah: dia akan merasa enak-enak saja memandang, mendengar, mencium, menjamah sesuatu yang tidak halal baginya. Dia dengan tanpa rasa berdosa, berbuat maksiat dan zina dengan berbagai variannya. Melakukan kedurhakaan pada Allah tanpa mengingat mati, siksa kubur, hari pembalasan, dan adanya balasan Allah berupa surga-neraka. Dia merasa santai-santai saja berkubang dalam maksiat dan dosa. Aduhai… kita lihat bukan, betapa jauh perbedaan di antara keduanya.
2. Minimnya komitmen berumah tangga dan kedewasaan berpikir dalam mempertahankan pernikahan.
Kurang matangnya pola pikir seseorang mengenai konsep rumah tangga, juga mengambil peran yang besar dalam memicu perselingkuhan. Ia tidak mau terlalu dibebani dan terikat dengan tanggung jawab serta konsekuensi dalam komitmen berumah tangga. Dalam pikirannya, pernikahan tidak lain hanya sebatas ajang penyaluran nafsu biologis tanpa diiringi adanya hak dan kewajiban yang harus ditunaikan dalam rumah tangga. Walhasil, dia hanya mau “enak-enakan” saja dan “bermain-main” sebagaimana kondisinya ketika berada dalam masa lajangnya.
3. Pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita.
Adanya ikhtilath (campur baur antara lelaki dan wanita) di manapun terlebih di kantor, semakin membuka ruang gerak perselingkuhan. Betapa banyak percikan perselingkuhan tercipta dari obrolan ringan antara rekan sejawat, dilanjutkan saling curhat tentang masalah rumah tangga, lalu timbul perasaan iba/kasihan/simpatik, hingga tumbuh benih-benih cinta berdasarkan nafsu di dalam jiwa. Belum lagi dibarengi pergi atau makan bersama, tugas ke luar kantor bersama, lalu klimaksnya adalah bergumul di ranjang bersama. Wal’iyadzubillah.
Tidak beda halnya dengan pelaku perselingkuhan di dunia maya, yang biasanya memulai perselingkuhannya dengan saling sapa, lempar canda di komentar, atau saling like status, berlanjut mojok asyik masyuk di inbox Facebook; BBM; Whatsapp atau media lainnya.
4. Kurang tercapainya kepuasan dalam perkawinan (marital disatisfaction).
Setiap insan, tentu memiliki keinginan yang dia harapkan dari pasangan. Entah keinginan tersebut berhubungan dengan kondisi fisik pasangan (kepuasan lahir), atau keinginan terpenuhinya kebutuhan yang berkaitan dengan perasaan (kepuasan batin). Apabila kebutuhan tersebut tidak bisa tercapai dalam suatu perkawinan, maka kondisi ini akan memicu kurangnya kepuasan dalam perkawinan.
Ketika tidak ada komunikasi efektif dan media saling memahami yang terjalin di antara pasutri, perasaan kurang puas yang dibiarkan berlarut-larut ini tentu akan menimbulkan kekecewaan dalam diri pasangan yang merasa dirugikan. Saat itulah pasangan yang merasa dikecewakan dan kurang mendapatkan kepuasan -serta kurang beriman dan bertakwa- ini akan mencarinya di luar kehidupan pernikahan, yang terbingkai dalam kerangka perselingkuhan.
Pasutri yang mengenyam kebahagiaan dan meraih kepuasan dalam pernikahan pun ada yang berselingkuh, apalagi yang memang kurang mendapat kepuasan dalam perkawinan. Sebenarnya ada banyak penyebab perselingkuhan akibat adanya rasa kurangnya kepuasan dalam suatu perkawinan. Beberapa hal yang bisa memicu kurangnya kepuasan dalam rumah tangga adalah: fisik pasangan kurang menarik seperti sedia kala sehingga cinta pun berkurang, kurang terpenuhinya kepuasan biologis, kurang perhatian dan pengertian dari pasangan, kurang kasih sayang dari pasangan, kurang mendapat penghargaan dari pasangan, akhlak pasangan yang kurang baik, ketidakcocokan dalam visi; misi; prinsip hidup (Insya Allah untuk poin ini akan dijadikan bahasan tersendiri).
5. Kepribadian narsistik (Narcissistic Personal Disorder/NPD).
Penderita NPD sebenarnya justru memiliki rasa penghargaan diri yang rendah, sehingga dia mencari pengakuan, pujian dan penghargaan dari orang lain. Ini dapat menjadi pemicu perselingkuhan karena dia ingin sebanyak mungkin diakui, dipuji, dan diangkat harga dirinya oleh orang lain. [5]
6. Tidak menundukkan pandangan.
Dari mana datangnya lintah… dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta… dari mata turun ke hati. Mata ibarat duta, sedangkan hati sebagai rajanya. Betapa banyak cinta itu bermula, hanya karena pandangan mata yang sungguh menggoda. Hingga lambat laun bergerak, menjalar, dan mengakar di dalam dada.
7. Ada “dayyuts” di rumah Anda.
Dayyuts: pria yang tidak memiliki rasa cemburu, terlebih cemburu yang syar’i (cemburu jika keluarganya melakukan perbuatan kemungkaran).
8. Bertebaran wanita yang bertabarruj.
Memperlihatkan aurat yang seharusnya ditutup dan perhiasan yang seharusnya tidak boleh tampak. Termasuk di dalamnya mengenakan parfum yang baunya tajam hingga bisa tercium kemana-mana, terlebih dengan gayanya yang seronok.
9. Bosan.
Perkawinan yang telah berlangsung lama, disertai dengan kesibukan dan aktivitas yang relatif bersifat monoton begitu saja sehari-harinya, dapat menimbulkan kebosanan bagi jiwa dan cinta. Ibarat “Bertemu muka itu lagi…itu lagi. Kamu terus…kamu terus… bosan saya jadinya.“ . Kebosanan ini akan memicu seseorang untuk mencari pergantian suasana lain yang tidak terdapat dalam kehidupan perkawinan dengan pasangan sahnya. Maka dari itu, sangat penting untuk melakukan reformasi cinta dengan memperbaharui perkawinan Anda dan melakukan penyegaran cinta dalam hidup berumah tangga.
10. Pelarian dari tekanan masalah dalam rumah tangga.
Pertengkaran, himpitan beban kehidupan, konflik rumah tangga, tuntutan pekerjaan, dan seabrek stressor (penyebab stres) kerapkali membuat seseorang mencari pelarian sekejap dari masalahnya. Alih-alih mendinginkan pikiran, merenung, dan mencari jalan keluar, orang-orang seperti ini malah mencari kesenangan semu di balik topeng sandiwara perselingkuhan. Pilihan bertindak semacam ini adalah dampak sampingan dari tipe pribadi yang kurang komitmen terhadap syariat, kurang matang, dan kurang memiliki komitmen tinggi dalam menjalin hubungan rumah tangga.
Kalaulah dia merupakan pribadi shalih yang matang dan berkomitmen tinggi dalam rumah tangga, dia akan berusaha menyelesaikan dan mencari pemecahan atas masalah yang dihadapinya. Dia akan mencoba mencari akar persoalan, mengurai satu persatu simpul benang permasalahan hingga lama kelamaan benang itu kembali terurai dengan baik dan sempurna sesuai dengan syariat. Bukan malah mencari jalan pintas yang praktis, untuk sekadar rehat sejenak dari pusaran masalah rumah tangga.
Selingkuh bukanlah solusi dalam menangani masalah dan stress yang Anda derita. Bahkan dengan selingkuh tersebut, seperti halnya Anda ingin keluar dari cengkraman mulut buaya, namun Anda justru masuk ke dalam kandang singa.
11. Iseng dan ingin mencoba sesuatu yang baru/tantangan baru di luar pernikahan.
12. Trauma dan luka hati masa lalu yang menyebabkan seseorang mengalami masalah dalam kedekatan hubungan dengan pasangan (intimacy disorder).
Catatan kaki
[1] http://kbbi.web.id/selingkuh
[2] http://kbbi.web.id/khianat
[3] Disarikan dari http://www.divorceknowledgebase.com/blog/types-of-infidelity/
[4] Disarikan dari https://www.psychologytoday.com/blog/insight-is-2020/201106/how-define-emotional-infidelity-different-types-cheating
[5] Dari http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/narcissistic-personality-disorder/basics/definition/con-20025568 dan https://en.wikipedia.org/wiki/Narcissistic_personality_disorder
Penyusun: Fatihdaya Khoirani
Pemuraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel: https://muslimah.or.id/7885-selingkuh-pengkhianatan-dalam-pernikahan-part-1.html